A Frozen Flower [ Terbit ]

By Yn1712

3.3M 270K 42.8K

• Obsession Series • [ SELAMAT MEMBACA ] Menggantikan saudari kembarnya untuk menjadi pengantin wanita dari s... More

Prolog
01
02
03
04
05
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42 ( END )
Ext Chp I
Ext Chp II
Ext Chp III
Info Skuel
Info terbit
Info PO - vote cover
Open PO

06

82.1K 6.6K 505
By Yn1712

A Frozen Flower
Sekuntum bunga yang beku
🥀

Launa berjalan pelan menuju singgasana pernikahan, di sana terlihat Alzion yang sudah menunggunya dengan senyum tipis penuh damba. Beberapa orang menatap penuh puja ke arah Launa, mereka terpukau dengan kecantikannya.

Alzion menatap perempuan yang kini telah resmi menjadi istrinya itu dengan senyuman tipis kemenangan. Kini, ia telah benar-benar menunjukan pada dunia bahwa ia mampu membuat Launa menjadi miliknya.

Semua begitu mudah baginya, Alzion memiliki segalanya, terutama dan paling utama adalah kekuasan dan kekayaannya yang mampu mendapatkan semuanya, termasuk Launa.

"You're so beautiful, my wife." Puji Alzion dengan suara beratnya.

Berbeda dengan Alzion yang berbahagia, Launa kini tengah berjalan pelan sambil menguatkan dirinya. Semua telah selesai, Alzion berhasil merenggut paksa kebahagiannya.

Setiap hitungan langkahnya adalah kutukan untuk Launa, detik yang tersisa menuju neraka itu Launa nikmati dalam diamnya. Andai saja ia punya kekuatan dapat menghentikan waktu, Launa akan menggunakan kekuatan itu sekarang.

Launa hanya butuh waktu sejenak, ia perlu bernafas untuk kembali melanjutkan hidup yang pelik ini. Takdirnya begitu sesak ia terima, sakitnya masih begitu terasa nyata.

Bunga yang dipegang oleh Launa, kelopaknya jatuh gugur di atas karpet merah itu. Gugurnya seakan tanda bekunya hati Launa, jatuhnya seakan pengganti dari tangisannya.

"Come on, Love."

Tangan Alzion terulur menyambut perempuan yang kini resmi menjadi istrinya itu. Launa yang kini sudah hinggap di depan mata menghentikan langkahnya di undakan tangga, perlahan ia mendongak menatap ke arahnya.

Alzion mengkode Launa untuk menggapai uluran tangannya lewat gerakan matanya. Pria itu setia mempertahankan senyumnya guna tak menimbulkan kecurigaan di hadapan mata para tamu undangan.

Tidak mungkin juga kan Alzion harus memberikan ancaman untuk Launa di pesta pernikahannya untuk hanya sekedar menyambut uluran tangannya.

"Sayang.."

Wajah Alzion langsung berubah menjadi sosok Jeff, senyuman manis Jeff andreas menyembang indah di wajah Alzion, hal itu membuat mata Launa berkedut tipis nyaris kembali menangis.

Launa menggapai tangan itu sukarela, karena dimatanya itu bukanlah Alzion si pria gila.

Melihat Launa yang menggapai tangannya dengan senyuman membuat Alzion semakin merasa menang. Pria itu mengecup tangan Launa yang sudah dalam genggamannya, membantu istrinya untuk mensejajarkan posisi dengannya.

Gaun Launa teramat indah, begitu panjang nan mewah. Perempuan manapun iri melihatnya, itu adalah gaun impian para wanita.

Alzion menatap Launa dalam, dengan Launa yang masih terpaku dalam keterdiaman. Alzion memiringkan sedikit wajahnya, ia mendekat ke arah Launa dan menempelkan bibirnya. Dengan sangat lembut nan merayu, Alzion menggerakan bibirnya, melumat dengan penuh cinta bibir Launa.

Mata Launa terpejam, gadis itu diam tak membalas gerakan bibir Alzion. Air mata Launa jatuh menetes, cairan bening itu menyebrangi mulut mereka membuat Alzion menelan air matanya.

Terdengar suara tepuk tangan dari para tamu undangan, hal itu membuat Alzion mau tak mau harus menyudahi kegiatan penuh kenikmatan itu. Ia mengusap bibir Launa dengan ibu jarinya, tak lupa dihapusnya pula dengan lembut air mata Launa yang menjadi bukti rasa sakitnya itu.

"Jadilah penurut, maka kau akan lebih bahagia dari kebahagian yang Laura pernah ceritakan saat ia bersamaku, Launa." Bisik Alzion.

*******

Hari kian malam, namun pesta semakin ramai. Beberapa orang tengah berdansa dan berpesta ria penuh suka cita.

Alzion duduk dengan kaki menyilang di salah satu kursi dengan meja bundar, bersama para tamu undangan yang menjadi kolega bisnisnya. Pria itu sesekali tertawa menikmati obrolan mereka.

Di bagian pojok sana, terlihat seorang wanita dengan dres merah batanya menatap Alzion dengan tatapan sendu nan tak rela. Tangannya terkepal kuat, matanya memanas melihat wajah Alzion yang nampak cerah di hari pernikahannya.

Ia kira setelah kematian Laura pria itu akan memilihnya, karena ia pikir selama ini hanya Laura penghalangnya. Namun ternyata, ia disalip tanpa aba oleh perempuan lain yang dimana adalah saudari kembarnya Laura.

"Kau jahat Alzion! Apa hebat wanita itu? Aku lebih cantik darinya." Geram wanita itu tak terima.

Ia masih ingat betul saat dimana Alzion pernah menatapnya lembut, pernah tersenyum hangat, dan pernah membuatnya tertawa. Lalu, kenapa perempuan lain yang menjadi tempat pelabuhannya? Apa arti kehadirannya selama ini bagi Alzion?

"Awas kau Launa!"

Wanita itu pergi dengan segudang kemarahan dalam hatinya, hal itu tentu saja tak luput dari pandangan Alzion yang sebenarnya menyaksikan kemarahan perempuan itu dari jarak jauh.

Pria itu tersenyum miring, ia membenarkan letak earphonenya sebentar lalu kembali menyeruput minumannya. "Mau menyingkirkan Launaku, heeh?" Kekehnya.

"Langkahi dulu mayatku,"

Alzion tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Launa, istrinya. Hanya dirinya yang boleh membuatnya terluka, yang lain tidak mendapatkan hak itu.

Hanya dirinya yang boleh membuat Launa menangis, orang lain tidak berhak untuk itu.

Hanya dirinya yang berhak atas apapun yang terjadi dalam hidup Launanya.

"Tuan,"

Lamunan Alzion teralihkan saat melihat seorang maid yang bertugas menjaga Launa di kamar, datang menghampirinya. "Maaf menggannggu aktivitas anda,"

"N-nyonya Tuan,"

Alzion langsung menoleh, melirik ke arah maid itu dengan pembawannya yang tenang nan mematikan. Alzion menaikan sebelah alisnya, dengan tangannya yang masih setia memutar gelas kaca yang berisikan minuman bersodanya itu.

"Nyonya demam, dan panasnya sangat tinggi." Ucap maid itu dengan wajah ketakutan.

Tatapan Alzion langsung berubah dingin dan gerakan tangannya yang semula memutar gelas itu terhenti. Dengan posisi yang masih sama, Ia menaruh gelas itu di atas meja dengan cukup kencang. Sontak hal itu membuat seluruh atensi tamu undangan terfokus padanya. Alzion menarik senyumnya tipis, senyum yang sarat akan kemarahan jika ditilik lebih dalam.

"Maafkan aku karena tidak bisa menemani kalian, istriku sedang sakit." Ucap Alzion pada rekan bisnisnya yang kini sedang bergabung dengannya dalam satu meja.

Semua mengangguk paham, beberapa dari mereka peka dan langsung bangkit dari kursi. "Baiklah, kami juga ada urusan besok pagi. Jadi, bukankah lebih baik jika istrihat lebih awal?" Terdengar kekehan dari orang-orang yang mendengarnya.

"Terima kasih telah datang di pestaku, Tuan Ferdo."

Alzion menjabat tangan satu persatu diantara mereka, lalu setelahnya pria itu beranjak pergi menuju kamar utama yang terletak di lantai paking atas. Kamar yang kini resmi menjadi kamarnya dengan Launa.

Pesta masih berlanjut, dan Klazo yang menghandle semuanya. Launa memang sudah meninggalkan pesta sejak pukul sembilan malam tadi, hal itu tentu saja atas perintah Alzion. Pria itu melihat wajah Launa yang terlihat lelah, jadilah ia menyuruhnya untuk naik ke atas dan beristirahat.

Brak!

Alzion membuka pintu kamarnya dengan kasar, terlihat beberapa maid yang tengah sibuk mengurusi Launa menoleh spontan.

Sebuah handuk kecil juga menempel di dahinya, hal itu membuat darah Alzion mendidih sempurna.

"Minggir!"

Alzion langsung ambil posisi di samping Launa, menggeser dengan kasar seorang maid yang sedang mengompres istrinya itu. "APA INI?! TIDAK BERGUNA!" Alzion langsung membuang handuk kecil yang digunakan untuk mengompres Launa itu.

"KENAPA KALIAN HANYA DIAM MENONTON HAH?! PANGGIL DOKTER, CEPAT!" Maki Alzion pada seluruh pekerjanya.

"K-kami sudah menelpon dokter Fuji Tuan, t-tapi d-dia belum datang." Sahut Helen, kepala pelayan di sana yang ditugaskan khusus oleh Alzion untuk melayani Launa.

Mata Alzion semakin berang menatap ke arah para pekerja bodohnya itu. "PANGGIL DOKTER LAIN! SEPULUH DOKTER KALAU BISA! DASAR BODOH!" Pekik Alzion semakin menjadi.

Prang!

Alzion melempar vas bunga ke arah salah satu maid karena geram akan Helen yang lelet hanya untuk mendial panggilan ke dokter-dokter pribadinya. Semua memekik ketakutan melihat kemarahan Alzion, mereka semua mundur perlahan, dan menjarak dari pria itu yang kini sedang dalam mode buasnya.

"Sshh, dingin..." lirih Aruna dengan bibir bergetar. Alzion spontan menoleh, pria itu menempelkan tangannya di dahi Launa. Suhunya sangat panas hal itu membuat Alzion cemas.

"Dingin... tolong... mau selimut, dingin..." racau Launa dengan mata terpejam pun terisak.

Melihat itu Alzion langsung mengambil selimut yang disodorkan oleh maid, ia langsung memakaikannya pada Launa. "Sudah hangat sayang, hm?" Tanya Alzion lembut.

Launa menggeleng pelan, gadis itu masih menggigil dengan matanya yang sentiasa terpejam. "Dingin... masih dingin..."

Alzion tak kehabisan cara, pria itu meringsek mendekat ke arah Launa. Ia membuka selimut yang membukus tubuh istri kecilnya itu, Alzion memeluk Launa dari dalam dan membungkus tubuh keduanya dengan selimut.

Helen mematikan AC ruangan itu, mereka keluar satu persatu dari sana.

Alzion bermandikan keringat, namun pria itu tak mempedulikannya. Ia terus mengelap keringat di dahi Launa yang bahkan gadis itu masih saja meringis pelan.

"Sekarang sudah hangat sayang?"

Launa mengangguk pelan, hal itu membuat Alzion sedikit lega. Ia terus mengusap punggung Launa dari balik selimut bermaksud memberikan kehangatan pun ketenangan.

"Takut... Lau takut.." Adu Launa tanpa sadar, tubuhnya bergetar, menandakan bahwa Launa memang benar-benar ketakutan.

Alzion hanya diam, pria itu masih mengusap punggung Launa sesekali mencium pucuk kepala istrinya itu mencoba memberikan ketenangan. "Kak Laura... Lau takut, tolong..."

"Hiks.. sakit... dada Lau sesek," Launa semakin terisak di alam bawah sadarnya.

Tubuh Alzion semakin merasakan hawa panas Launa, bahkan kini sudah menyerap tubuhnya. Alzion tak menggubris sama sekali rintihan kesedihan Launa, pria itu memilih menutup telinga atas kesakitan Launa akibat ulahnya. Karena baginya, apa yang dilakukannya telah benar.

Alzion hanya mempertahankan apa yang sudah seharusnya menjadi miliknya.

Jika menangis dalam keadaan terpejam dapat sedikit mengobati rasa sakit di hati Launa, Alzion tidak masalah. Asalkan setelah ini, ia tidak melihat air mata istrinya lagi. Launa harus hidup bahagia, bersamanya, dengan caranya.

"Permisi Tuan," tiga orang Dokter datang bersamaan, dua laki-laki dan satu perempuan.

Alzion menatap ke arah ketiganya tajam, satu tangan Alzion keluar dari selimut. Tangannya menunjuk Dokter perempuan itu. "Kau, periksa istriku. Dan kalian—" Alzion menunjuk dua sisanya. "Keluar. Aku tidak sudi istriku diperiksa oleh Dokter laki-laki."

Ingatkan Alzion untuk menghukum Helen yang dengan bodohnya menghubungi dokter laki-laki untuk memeriksa Launanya.

Ketiganya saling pandang sebelum akhirnya dokter perempuan itu maju mendekat hendak memeriksa. Satu persatu alat kedokteran yang ia bawa itu dikeluarkan, sambil menunggu sang dokter, Alzion berinisiatif kembali membaringkan Launa agar dokter itu lebih leluasa memeriksanya. Namun, tangan Launa spontan menahan pria itu dengan meremas kemejanya kuat. "Jangan..."

Alzion tersenyum tipis, pria itu mengangguk pelan lalu mengusap surai Launa lembut. "Yes, Love. I'm here, i will not leave you." Ucapnya menenangkan Launa.

"Maaf Tuan, jadi kapan saya bisa memeriksa Nyonya?" Tanyanya hati-hati.

"Sekarang!" Alzion menatap Dokter perempuan itu tajam. "Dan kau, tidak boleh menganggu tidur istriku. Jika sampai dia terbangun maka kepalamu jaminannya." Ancam Alzion tak main-main.

Glek! Ini adalah kesialan nyata bagi dokter muda yang baru memulai karir sepertinya. Tolong, beritahu dirinya bagaimana cara memeriksa pasien yang dipeluk erat dengan selimut oleh suaminya begini?!

"KENAPA DIAM SAJA?! KAU TULI!" Pekik Alzion makin geram.

Teriakan Alzion nyatanya membuat Launa semakin mengeratkan cengkramannya pada kemeja Alzion karena kaget.

"Kau membuat istriku ketakutan, sialan!" Geram Alzion.

*******

Launa membuka matanya perlahan, kepalanya langsung diserang pening, dengan segera Launa menghalaunya dengan memijit pelan. Setelah mereda, gadis itu mulai menarik tubuhnya untuk beranjak duduk. Namun badannya terasa berat seakan tertindih oleh sesuatu. Launa melirik dan mendapati seorang pria tengah bertelanjang dada tidur tengkurap memeluk perutnya.

Launa menatap wajah damai Alzion yang saat terlelap. Sangat berbeda dengan kala mata itu terbuka, Alzion versi terlelap jauh dari kata meyeramkan.

Launa menggigit bibir bawahnya mengingat kejadian semalam, ia menyesali tindakannya itu. Launa ingat saat dimana ia meminta Alzion untuk menemaninya, Launa ingat saat dimana ia memeluk Alzion dengan begitu eratnya, Launa ingat saat dimana ia bersandar di dada bidangnya.

"Sialan!" Desis Aruna.

Alzion tersenyum tipis di tengah matanya yang terpejam. "Tidak apa Launa, kau boleh selamanya memelukku seperti tadi malam." Ucap Alzion dengan matanya yang masih tertutup.

Mendengar itu, spontan Launa bangkit dan mendudukan dirinya. Alzion yang terusik karena pergerakan Launa mau tak mau harus membuka matanya, dengan kantung mata yang sedikit menghitam, juga raut kelelahan yang sedikit terlihat, Alzion menatap Launa dengan posisinya yang sudah terduduk.

"Masih betah mendiamkanku?" Tanya Alzion.

Tangannya bersedekap dada, ia menatap Launa dengan terkekeh. Ternyata Launanya di pagi hari nampak dua kali lebih cantik, tentu saja hal itu membuatnya betah menatapnya lama.

Mendapat tatapan tak berkedip dari Alzion membuat Launa risih, gadis itu segera beranjak dari kasur hendak turun kebawah karena perutnya lapar. Namun belum sempat kakinya menapak ubin, pergerakannya langsung ditahan oleh Alzion. "Mau kemana, kamu?"

Launa menoleh menatap ke arah Alzion datar, sekuat tenaga ia menyentak tangan pria itu. Tentu saja hal itu membuat Alzion frustasi, ternyata didiamkan oleh Launa membuat otaknya serasa akan pecah.

"Kubur dalam-dalam mimpimu untuk bisa kabur dariku, Launa. Karena itu mustahil untuk terjadi," Launa tersenyum kecut, gadis itu semakin berani menatap Alzion.

Launa kembali beranjak dari kasur, hal itu membuat Alzion geram bukan main.

"Mau kemana kam—LAUNA!"

Bruk!

Alzion menarik Launa yang sedari tadi berusaha untuk turun dari ranjang, hal itu membuat mereka jatuh bersamaan di atas kasur empuk itu dengan Launa yang berada di atasnya. "Kubilang jangan keluar berarti jang—"

"AKU LAPAR SIALAN! AKU INGIN MAKAN! KAU PIKIR AKU AKAN KENYANG DENGAN BERDUAAN SAJA DI KASUR BERSAMAMU. HAH?!" Maki Launa mulai habis kesabaran.

Mendengar itu Alzion malah terkekeh pelan. Dengan sekali gerakan pria itu langsung mendudukan posisi mereka berdua dengan Launa dalam pangkuannya. Alzion mengusap surai Launa dengan tangan kekarnya.

"Kalau lapar bilang sayang, aku mampu memberimu makan apapun. Jangan berteriak, nanti kau kehabisan suara. Dan jika suaramu habis, kau tidak bisa lagi memakiku, bukan?" Kekeh Alzion.

Launa mengangkat jari tengahnya di depan muka Alzion. "Fuck!"

Bersambung.....

Spam Next di sini!

Continue Reading

You'll Also Like

23.6K 862 62
Vládce podsvětí Lucius Darkmoon, dostal ultimátum od svého otce, vládce nebes i země. Do tří let si musí najít ženu svého srdce, nebo mu otec vezme...
3.4M 430K 63
[TAMAT - LENGKAP] Demeter Ceysa Crusader, seorang model juga ceo brand terkenal di kota A. ia mengalami kecelakaan hingga membuatnya koma 3 tahun. sa...
ABRAXAS By Lisaa

Teen Fiction

4M 539K 38
⚠️ FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ "Kak Abra bakal ninggalin Ula?" tanya Alula sedih. Abraxas menggeleng dengan cepat. "Gak bakal." "Gue sayang Lula! Sampai ka...
8.6K 979 35
Anna má problém. Její strýc, u kterého žije, jí dal ultimátum. Musí se konečně postavit na vlastní nohy nebo už se na jeho podporu nemůže dále spoléh...