AMBIVALEN (End)

Per agustzz

7.6K 490 125

||follow dulu yuk, biar makin akrab sama aku|| Part lengkap tersedia di wacaku! (Judulnya ambivalen by agust... Més

1. Waktu SMATUSA Bagian Bacot
2. Jenny Luciana
3. Inara Dan Lukanya
4. Nggak Boleh Cepu
5. Si Janda Kembang
6. Pertanyaan Tanpa Jawaban
7. Titik Terendah Seorang Wildan Pamungkas
8. Jam Kosong
9. Pertu, Perawan Tua
10. Lelah Secara Mental
11. Harus Sembunyi!
12. Cinta tak Selamanya Indah, Dek!
13. Mangga Muda
14. Janda Bolong Bikin Heboh
15. Insiden Mobil Bergoyang
16. Yudha Day
17. Kado dan Permintaan Maaf
18. Isi Hati Serta Retaknya Persahabatan
19. Napak Tilas
20. Napak Tilas pt2
32. Om Pram Balik Kampung
33. Bikin Boneka Dari Kain Flanel
34. Kesederhanaan Cinta Untuk Jenny
36. Pulang Bareng Ariel
37. Nenek Datang Hati Riang
38. Nonton Pertunjukan Wayang
39. Wildan Culik Inara
40. Kerja Kelompok IPS 1

35. Wildan Senang, Inara Bimbang

92 14 0
Per agustzz

HAI, MAAF BARU SEMPAT UPDATE 😭

AKU TUH, AKHIR-AKHIR INI SIBUK.

JANGAN LUPA BUAT VOTE DAN KOMEN YA✨

BIAR AKU TAMBAH SEMANGAT

Happy reading ❤️

Inara menguyah nasi dengan sangat pelan. Padahal hanya makan malam biasa, tapi suasana terasa sangat berat. Biasanya, ia hanya makan malam bersama Mamanya karena Papanya yang jarang pulang. Tapi malam ini sepetinya Papanya sudah tobat, beliau ikut makan malam di rumah.

Inara menatap Papa Dodi yang sedang makan. Tidak sengaja Papanya juga melihatnya. Alhasil mereka saling bertatapan. Ia jadi gelagapan sendiri, dan malah tersedak makanannya.

"Uhuk ... " Inara memukul dadanya yang terasa sesak.

"Pelan-pelan nak," ujar Ina mengusap bahu anaknya.

Papa Dodi dengan sigap mengambilkan air minum untuk anaknya. "Diminum."

Inara segera mengambil gelasnya dan meminum dengan cepat. Ia merasakan kepalanya yang diusap lembut oleh Papanya. Hatinya menghangat, tidak pernah ia merasakan ini sebelumnya.

"M-makasih Pa," ucap Inara.

Ketiganya melanjutkan acara makan malamnya. Tidak ada percakapan, hanya ada suara dentingan garpu dan piring yang bergesek.

Ketika Papanya beranjak dari tempat duduknya. Inara meliriknya sekilas, sepertinya beliau akan pergi ke teras depan dan merokok. kebiasaan setiap bapak-bapak.

Inara langsung membantu Mama Ina mencuci piring. Ia segera ke wastafel, mengambil spons dan menggosoknya ke piring yang kotor.

"Kak Inara!"

Kegiatan Inara terhenti saat mendengar suara anak laki-laki yang memanggilnya. Siapa lagi kalau bukan Yudha, ia sangat mengenalinya.

"Udah, kamu keluar dulu sana," suruh Ina.

"Siap, Ma!"

Inara membersihkan tangannya terlebih dahulu. Ia menuju ruang tengah dan langsung disambut oleh pelukan hangat dari Yudha yang membawa mainan ditangannya.

Tidak hanya Yudha ternyata. Ada Tante Endah, Om Pram yang baru saja pulang dari Kalimantan, dan juga Wildan yang tersenyum senang. Pasti ada sesuatu, nanti ia akan menanyakannya.

"Om," Inara mencium punggung tangan Pram.

"Udah besar ya, sekarang," ujar Pram membuat Wildan merotasikan matanya.

"Itu aja basa-basinya. Ganti dong pa! Gak kreatif," cibir Wildan membuat mereka tertawa.

Padahal Om Pram hanya pergi sebulan sampai dua bulan sekali. Tapi selalu saja dramatis.

"Piye kabare juragan sawit?" tanya Papa Dodi tertawa.

(Bagaimana kabarnya)

"Sehat-sehat," jawab Pram juga tertawa.

"Wah, ada tamu toh," ujar Ina.

Tante Endah langsung menyerahkan tas kresek, yang berisi oleh-oleh dari suaminya. Memang mereka baru sempat bermain ke rumah Inara malam ini.

"Walah, malah ngrepoti," ujar Mama Ina menerima kantong kreseknya.

(Merepotkan)

"Sedikit buat Inara," timpal Pram.

Mama Ina melihat mobil yang terparkir di depan rumahnya. "Habis jalan-jalan yo, Yudha?"

"Iya Tan," balas Yudha dengan senyum mengembang.

"Yudha tadi yang ngajak makan ke luar," ujar Endah menjelaskan.

Mama Ina mengusap kepala Yudha pelan. "Nggak papa ya, Yud, mumpung papah-mu di rumah."

"Aku ya cuma masak sayur lodeh tadi," balas Ina.

"Mantap iku,"

Pembicaraan orang tua membuat Yudha pusing. Ia menarik ujung baju Inara. "Kak ayo ke teras."

"Yudha punya mainan baru!" seru Yudha menunjukan mobil remote yang ia bawa.

"Hayu!"

Yudha dan Inara pergi ke luar untuk bermain, disusul oleh Wildan yang ikut keluar. Ia juga tidak mau gabung dengan rombongan orang tua. Lebih baik ikut ke teras.

"Lihat ya, kak!"

Yudha dengan semangat menunjukan mainan barunya. Ia mulai menaruh mobilnya dilantai, kemudian dengan remote control-nya ia mulai menggerakkannya ke depan dan ke belakang. Setelahnya ia menekan tombol agar bisa melaju dan berbelok.

Inara sesekali bertepuk tangan agar Yudha merasa senang. Entah hanya perasaannya saja atau bagaimana, Wildan sama sekali tidak ikut menimbrung. Wildan malah duduk di kursi bambu dengan senyam-senyum sendiri.

"Kak Wildan kok, diem aja sih!" seru Yudha kesal karena Wildan tidak memperhatikannya bermain mobil-mobilan.

Inara setuju dengan Yudha, apalagi raut Wildan yang terlihat mencurigakan. "Kenapa sih, Wil?"

Wildan yang sedari tadi mengulum senyum mendadak pudar. Bayangan Jenny di kepalanya mendadak hilang. Ia mendegus kesal.

"Ganggu aja lo Ra!" sewot Wildan.

Tapi didetik berikutnya, Wildan mendekati Inara. "Ra, gue lagi senang banget. Nanti lo mau beli apa? Gue beliin!"

Inara mengerutkan keningnya bingung. Tidak seperti biasanya Wildan bersikap baik seperti ini. Apalagi ingin membelikan apa yang ia mau.

"Kamu kerasukan apa sih, Wil?" tanya Inara heran.

"Gue nggak peduli Ra, mau kerasukan setan, kerasukan babi ... "

"Itu mah, kamu Wil!" celetuk Inara membuat Yudha tertawa.

"Iya kak, persis!" sahut Yudha ikutan meledek.

(Sama)

"Sialan lo berdua!" umpat Wildan.

"Bercanda Wildan," ucap Inara menghentikan tawanya.

"Gue pulang sama Jenny," ujar Wildan menceritakannya, walau sempat kesal di ledek.

Wildan tukang ledek, tapi giliran diledek orang. Ia merasa tersinggung.

"Pulang sama Jenny?" ulang Inara dengan reaksi yang tidak suka. Tapi buru-buru ia menetralkannya.

"Oh," lanjut Inara tanpa ekspresi.

Wildan berdecak, tidak puas dengan jawaban yang dilontarkan Inara. "Sebelum pulang jajan dulu tadi, sekalian obatin lukanya."

"Awalnya dia tidak mau, gue paksa. Khawatir liat lukanya," ujar Wildan melanjutkan.

Khawatir ya?

"Apanya yang terluka Wil?" tanya Inara penasaran.

Wildan menggeleng, tidak seharusnya Inara mengetahui ini. "Bukan apa-apa, gue-nya aja yang berlebihan."

Inara tersenyum tipis, bukan berlebihan. Itu karena rasa sayang, Wildan sangat menyukai Jenny hingga tidak bisa melihatnya terluka walau hanya satu goresan saja. Andai Inara yang menjadi alasan Wildan khawatir.

"Diem wae, Ra," ujar Wildan, ia tidak melihat raut wajah Inara yang gembira. Hanya ada muka masam yang menghiasinya.

Inara sendiri bingung harus bersikap bagaimana. Harus bicara apa dengan Wildan. Ia sudah berusaha untuk tidak menyukai Wildan, tapi usahanya selalu sia-sia saat Wildan memberi perhatian lebih padanya. Membenci saja tidak cukup, nyatanya dinding kebencian itu makin terkikis seiring berjalannya waktu. Ia benar-benar tidak bisa membenci Wildan.

"Kak, ayo mainnya di jalan," ajak Yudha.

"Iya, ayo!" seru Inara berdiri.

"Ra, lo kenapa sih?" tanya Wildan tidak mengerti.

Inara melirik Yudha. "Kamu duluan, kakak nyusul."

Inara menatap Wildan masih tanpa ekspresi. "Aku nggak kenapa-kenapa."

"Gak kenapa-kenapa kok, gue tanya diem. Sok-sokan kacangin gue,"

"Kenapa?" tanya Wildan dengan jarak yang dekat.

"Apasih, nggak ada apa-apa!" pungkas Inara meninggalkan Wildan dengan perasaan kesal.

Saat berjalan menjauh dari Wildan, Inara menoleh ke belakang melihat Wildan yang tidak mengejarnya sama sekali. Memang benar, tidak seharusnya semua harus dilibatkan dengan hati. Ia memilih untuk mendekati Yudha agar perasaan membaik.

Di satu sisi, Wildan berdiri membeku. Ia tidak tahu apa kesalahan yang ia perbuat sehingga Inara kesal padanya.

Gimana sama part ini?
Semoga suka yaaa

Guys kalau aku update nya seminggu sekali gimana😭

Pusing aku tuh

Continua llegint

You'll Also Like

130 30 3
Kisah romansa remaja di masa putih abu-abu. Dua orang yang ditakdirkan untuk bertemu namun apakah juga ditakdirkan bersama?? Mari bermain dengan tak...
JUANDARA √ Per kaaa

Novel·la juvenil

12.6K 194 19
FIRST STORY Jangan lupa vote! Gimana perasaan kalian saat orang tua kalian menjodohkan dengan orang yang sama sekali kamu belum ketahui sebelumnya? ...
2.4M 143K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
3.4K 799 22
Vilia zelia Agata, gadis ceria berparas cantik sekaligus murid pindahan sekolah yang tertarik pada kakak kelas yang dingin dan tidak pernah menggangg...