A Frozen Flower [ Terbit ]

By Yn1712

3.3M 270K 42.8K

• Obsession Series • [ SELAMAT MEMBACA ] Menggantikan saudari kembarnya untuk menjadi pengantin wanita dari s... More

Prolog
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42 ( END )
Ext Chp I
Ext Chp II
Ext Chp III
Info Skuel
Info terbit
Info PO - vote cover
Open PO

01

117K 8.3K 606
By Yn1712

A Frozen Flower
Sekuntum bunga yang beku.

🥀

Amsterdam, Belanda.

Laura mematut dirinya di cermin, senyum gadis itu merekah sempurna. Tiga hari menjelang pernikahan membuat Laura mati-matian menjaga pola makannya, agar badannya tetap bagus saat berpadu dengan gaun cantik yang akan dikenakannya, di hari istimewanya itu.

"Bagaimana gaunku sayang, cantikkan?" Tanya Laura pada pria di depannya.

Alzion menaikan pandangannya, pria itu sedikit menurunkan kacamatanya dan mulai menilai selembar kain yang menutup anggun tubuh sang tunangan, Laura Belva Anneline.

Putih dan menjutai indah, jatuh menyentuh lantai dengan pernik berlian di sisi dadanya, memukau mewah tubuh Laura. Alzion mengangguk sebagai jawaban atas penilaiannya, pria itu menarik senyumnya tipis.

"You can make me want to pounce on you as soon as possible."

Tertawa Laura mendengarnya, gadis dengan surai yang dicepol anggun itu, berjalan mendekat membawa aura penuh goda dan rayu dunia pada Alzion.

"Then, finish me now!" Bisiknya sensual, nakal dan menantang. Nafasnya yang dihembus sengaja menyentuh permukaan kulit telinga Alzion. Mata pria itu terpejam sejenak, sebelum akhirnya terbuka dengan seringai seksi yang membuat Luara tersenyum puas.

"Kau memang paling tahu apa yang aku mau, Laura."

Mendekat lalu menyerang benda kenyal itu dengan buas, mencecap dan mengabsen rongga hangatnya. Mendesah dengan rintihan kecil Laura berikan, aura panas nan menggila itu tercipta di ruang ganti sebuah butik mewah yang menjadi langganan keluarga Kalansi.

Melepasnya dengan sedikit tak rela, tangan Alzion mengusap dengan lembut bibir basah Laura, menatapnya nakal menginginkan lebih. Laura tertawa pelan, anggukan kecil dari perempuan itu membuat seringai Alzion semakin seksi terbit menggoda. "Tunggu sebentar ya? Aku ganti baju dulu." Ucap Laura merenggangkan jarak.

Alzion melepas dengan elegan tubuh molek yang barusan berada di atas pangkuannya, menatapnya terus sampai ia hilang dalam pandangan mata. Masuk ke dalam ruangan kecil untuk mengganti gaun indah yang akan menjadi gaun pernikahannya.

Alzion terkekeh, di usapnya dengan pelan bibirnya yang masih terasa ciuman itu. "Laura.. Laura. You make me ceazy, darling."

Gaun, gedung, undangan, bahkan hal kecil seperti pernik dekorasi pesta sudah Alzion persiapkan. Antusias dan penuh ketidaksabaran ingin menikahi kekasihnya, Laura. Perempuan cantik yang sudah Alzion incar kepemilikannya sedari pria itu kecil.

Masih begitu nyata dalam ingatan, Alzion ingat betul saat pertama kali mereka bertemu. Pertemuan yang mungkin hanya Alzion yang mengingatnya, sembilan tahun lalu. Tahun di mana tangan kecil seorang gadis dengan rambut tergerai sebahu itu terulur ke arahnya, dengan senyum manis yang meyakinkan Alzion kala itu bahwa semua akan baik-baik saja.

"Kamu ngapain di situ? Ayo bangun, nanti bajunya kotor." Alzion kecil yang rapuh, tengah terduduk di pinggiran toko yang sudah tutup lama, berdebu dan begitu usang tak layak untuk ditempati.

Kala itu, tangisan Alzion tak bersuara. Anak laki-laki dengan seragam putih biru yang sudah berantakan kacau, hanya mempertontonkan bahunya yang bergetar sesekali isakan yang tercuri keluar. Ia masih menunduk, Alzion tidak mempercayai siapapun saat itu.

"Kamu kenapa? Kalau nangis jangan di sini, nanti kesurupan." Celetuk anak perempuan itu kembali.

Kepala Alzion kecil akhirnya terangkat, dengan sembab juga terisak ia mendongak menatap gadis kecil yang tersenyum tipis sambil menatapnya bingung. Mata redup Alzion menyiratkan luka yang beribu derita, sakit nan tajam tak tereda.

Dengan berani, anak perempuan itu duduk di samping Alzion kala itu. Ia meniup lantai berdebu itu terlebih dahulu, sebelum akhirnya ikut berjongkok menyamakan posisi dengan anak laki-laki yang mungkin hanya berjarak dua atau tiga tahun darinya. Tangan anak itu terulur, memberikan sapu tangan putih ke arah Alzion. "Hapus air matanya, anak laki-laki ga boleh cengeng. Masa anak SMP nangis sih, malu dong sama Lau yang SD kelas enam."

Nada penuh ceria dengan sedikit usaha menghibur itu, kembali terlontar. Alzion ingat betul, saat dimana anak perempuan itu tak pernah melunturkan senyum manisnya dan dan terus berusaha membuatnya berhenti menangis.

"Kamu siapa?" Saat itu, saat dimana Alzion mengucapkan kalimat pertamanya pada orang asing. Entah gerakan dari mana, ia dengan mudah mempercayai gadis di sampingnya. Gadis dengan baju kaos abu-abu dan celana olahraganya. Bahkan, tangan Alzion menggenggam erat sapu tangan putih itu. Tak mau jika kain lembut itu kembali ditarik olehnya.

"Aku Lau——,"

"ASTAGA LAURA!! Bunda cariin kamu ya! Kenapa main terus sih? Ayo pulang, Kak Leiden sudah menunggumu sedari tadi. Katanya Lau nungguin hadiah dari Kak Leiden, hm?"

Ya, berakhirlah di situ pertemuan mereka. Karena saat itu, gadis cantik itu langsung beranjak pergi begitu saja meninggalkan Alzion, ia dengan mata berbinar berlari menarik paruh baya yang tadi menghampirinya.

Sejak saat itu, Alzion tahu. Bahwa, dia adalah Laura. Laura Belva Anneline.

Tujuh tahun setelahnya, setelah Alzion mampu bangkit dari keterpurukannya dan berhasil membangun perusahaan raksasa, ia kembali mencari gadis itu. Berambisi mendapati, dan memiliki sampai mati. Utuh, tanpa bantahan.

___________

Alzion duduk tenang dengan segelas minuman menyegarkan itu di tangan kanannya, memutarnya, lalu menenggaknya. Menuangkan lagi, dan mengulangnya sama. Pergerakan Alzion begitu tenang, namun sorot matanya tajam terkesan. Bulir keringat yang merembes dari lapisan epidermisnya, membuatnya panas memesona.

Cara itu dipilih oleh Alzion sebagai bentuk pengistirahatan dan merileksasikan tubuhnya dari tumpukan dokumen yang harus ditandatangani, dan sialnya menghasilkan jutaan dolar.

Drttt...drttt.

Fokus Alzion teralih pada benda pipih yang kini nampak bergeser karena bergetar, mengintip layarnya dan menampilkan nama Laura di sana. Ia tersenyum tipis, sebelum akhirnya menggeser panel hijau itu menjawab panggilannya.

"Sayang, kamu dimana?"

"Kantor."

"Kamu sibuk?"

Alzion terdiam sebentar, ada pertemuan penting dengan beberapa kolega bisnisnya satu jam kedepan. Namun sepertinya Laura sedang memberikan kode untuk mengajaknya bertemu. Dengan peka, Alzion memilih berbohong. "Tidak. Mau bertemu?" Sahutnya.

"Ya. Aku ingin memperkenalkanmu dengan seseorang," kata Laura di sebrang sana. Antusias dan tidak sabar. Alzion semakin dibuat penasaran, tidak biasanya Laura begitu exited untuk sesuatu.

"Someone? Perempuan atau laki-laki?"

"Come on, Darling! Jangan banyak bertanya, cepat ke restaurant favorit kita. Aku menunggumu, lima belas menit harus sudah sampai. Okay?"

"Tap——,"

Tut.

Panggilan itu terputus sepihak, Alzion langsung mendengus sebal. Kebiasaan Laura yang tidak Alzion suka. Jujur saja, ia bukanlah pria yang sabar. Namun demi meluluhkan hati perempuan itu, ia harus lembut dan penyabar. Tentu saja panas dan seksi, hal itu adalah utama untuk meluluhkan hati wanita.

Siapa yang bisa menolak tubuh atletis yang terpahat sempurna hasil olahraganya itu? Bahkan Laura saja selalu tertunduk takluk dibawah kendalinya. Ah, Alzion jadi merindukan adegan panas mereka.

Tiga belas menit tersisa yang Alzion punya, pria itu segera bangkit dari duduknya dan menyambar kunci mobilnya. Membiarkan dua kancing teratasnya terbuka, dengan kemeja yang digulung sampai siku.

Ada yang berbeda di hari ini, euforia dalam dirinya mendadak menggebu. Dengan alasan yang Alzion tidak tahu. Mungkin karena akan bertemu Laura untuk kesekian kali? Ya. Pasti karena itu.

Laju mobil Alzion membelah jalanan kota. Memasuki musim kemarau membuat beberapa orang berlalu lalang menggunakan pakaian yang sangat terbuka, gerah dan menyengat. Banyak diantara merekatidak tahan dengan musim satu ini.

"Maaf sayang, aku terlambat." Alzion berjalan sedikit terburu menghampiri seorang perempuan cantik yang duduk di kursi bundar itu sendirian.

Perempuan itu menoleh dan spontan menghindar saat Alzion hendak memeluk pun menciumnya. "M-maaf?" Ucapnya bingung.

Alzion menghembuskan nafas panjang, pria itu berdecak kesal. Oh ayolah, apakah kekasihnya ini marah karena ia terlambat nyaris sepuluh menit? Kenapa Laura berpura-pura tidak mengenalinya?

Alzion mendudukan dirinya di kursi pasangan yang tersedia di sana, mengambil segelas beer dan menenggaknya ganas. "Kau, Alzion?" Ucapnya lagi.

Alzion melirik ke arah perempuan itu, sinis dan begitu ketus. "Tentu saja aku Zion. Aku adalah calon suamimu kalau kau lupa!" Sahut pria itu sedikit ngegas.

Tangan lembut nan putih itu terulur di depannya, hal itu sontak kembali membuat Alzion mengalihkan atensinya pada perempuan itu. Ia tersenyum manis, hal itu mampu membuat Alzion terdiam lama. "Aku Launa, adik kak Laura. Kami—,"

"Kembar." Laura muncul dari arah kanan Alzion, membelai punggung sang kekasih dan mengecup pipinya. Hal itu sontak membuat Alzion menoleh, ia menatap Laura lama dan kembali menatap ke arah——Launa.

Tertawa pelak Laura melihat ekspresi kebingungan dari Alzion, dimatanya itu begitu menggemaskan. Launa sudah menarik tangannya, ia tersenyum kikuk saat uluran tangannya tak di sambut sama sekali.

"Laura," panggil Alzion.

Laura berdehem singkat, ia menarik kursi dan mendudukan dirinya di sana. Tangannya masih aktif mengusap lengan kekar Alzion, tersenyum manis khas Laura. "Sejak kapan kau punya saudara kembar?" Tanya Alzion, ia kembali mencuri pandang ke arah Launa yang nampak tak acuh dengan keduanya.

Alzion tak menemukan perbedaan sama sekali di antara mereka, terlebih sekarang keduanya memakai baju yang sama. "Maaf, karena kami tinggal ditempat yang berbeda. Dan, bunda tidak mengizinkanku untuk bertemu Launa apalagi ayah. Jadi, aku tidak berani untuk bilang sama kamu. Dan—,"

"Dan baru sekarang kau mengatakannya saat dua hari lagi kita akan menikah, Laura?" Sela Alzion menatap Laura dengan sedikit kekecewaan yang kentara.

Laura menggeleng, ia mengusap rahang Alzion mencoba menenangkan kekasihnya itu. "Maaf sayang. Tenang okay?"

Alzion membasahi bibirnya yang terasa kering, ia membuang nafasnya kasar berulang kali. Kembali Alzion menatap ke arah Launa yang tengah sibuk dengan makanannya itu, seakan perempuan itu tak terusik sama sekali dengan perdebatan kedua sejoli itu barusan.

"Kau Launa?"

Launa mendongak, ia mengangguk sebagai jawaban. Lalu kembali fokus pada makannya itu. "Launa? cih. Jelek sekali namamu! Laura lebih cantik." Ucap Alzion meledek.

Laura terdiam sebentar, ia sedikit kaget dengan cara berbicara Alzion yang berbeda dari biasanya. Tidak tidak, Zionnya tidak pernah berbicara santai dengan nada memancing keributan seperti ini. Zionnya itu tipikal pria yang menjaga image dan tak banyak bicara.

"Sayang, kenapa ngomongnya gitu?" Bisik Laura tak enak hati dengan adiknya itu.

Berbeda dengan Launa, perempuan itu nampaknya tak tersinggung sama sekali.

"Hallo cantiknya aku, maafin Jeff ya? Jeff tadi kejebak macet sayang." Seluruh atensi teralih saat seorang pria dengan pakaian casualnya itu, berjalan ke arah Launa dan mengecup kening perempuan itu dengan sayang.

"Iya gapapa sayang,"

Jeff mendudukan dirinya tepat di samping Launa. Hingga kini meja dengan empat kursi itu terisi sempurna. Dua pasangan dengan wajah sang perempuan yang serupa.

"Karena kita akan cantik dalam hal apapun, di mata orang yang tepat dan mencintai dengan tulus." Ucap Launa tanpa menoleh sama sekali ke arah Alzion. Namun dengan jelas lagi telak, bahwa ucapannya adalah menjawab kalimat Alzion yang menghinanya beberapa menit yang lalu.

Hening mendera beberapa waktu, sampai akhirnya suara Jeff kembali mencairkan suasana.

"Saya Jeff Andreas, tunangan Launa." Ucapnya memperkenalkan diri. Jeff dengan ramah mengulurkan tangannya ke arah Alzion, yang duduk tenang menatap penuh intimidasi pada Jeff saat itu.

Bukannya menyambut uluran tangan Jeff, Alzion justru melirik ke arah Launa yang sedang sibuk memfoto makanannya dan Jeff untuk diunggah di sosial medianya.

Kenapa Launa dan Laura begitu berbeda? Launa terlihat sangat kekanakan dimatanya. Untung saja ia jatuh cinta dengan Laura, yang cantik lagi elegant, juga tahu cara memuaskan laki-laki.

Launa dan Laura. Lahir dari rahim yang sama, namun hidup dengan lingkungan yang jauh berbeda. Laura hidup dengan bundanya, dan Launa hidup dengan ayahnya. Kedua anak itu adalah korban dari perceraian orang tua.

"Alzion," sahut Alzion begitu saja.

Melihat itu, Jeff hanya mengangguk paham. Ia menarik kembali tangannya dan mengusap pucuk kepala Launa dengan sayang. "Makan yang banyak biar makin gendut pipinya." Bisik Jeff menggoda.

Launa cemberut, perempuan itu memukul pundak Jeff sebagai bentuk protes. Tentu saja Jeff tertawa pelan, ia sangat suka saat pipi gembil kekasihnya itu mengembung, dengan ekspresi sebal yang justru sangat menggemaskan di matanya.

Dan interaksi keduanya, tak pernah lupus dari pandangan Alzion. Tak terasa tangan pria itu mengepal, ada rasa tidak suka saat Launa tertawa lepas dengan pria lain.

Setitik keinginan memiliki muncul begitu saja, kini, Alzion menyadari bahwa; ia menginginkan keduanya.

Bersambung....

Ada yang masih bingung sama jalan ceritanya?

Gapapa, wajar kalau masih bingung, kan baru satu chapter. Sampai chapter lima pasti kalian bakalan paham dan sudah mulai kelihatan karakter dari setiap pemain.

Yang sudah mau baca cerita ini, kalian hebat!
And, i love you so muchhhh🦋

Follow akun ig aku yuk, aku mau interaksi sama kalian di sana🤗





Spam next di sini!!

Continue Reading

You'll Also Like

4.5M 400K 72
(Belum di revisi) Apa yang kalian pikirkan tentang Rumah sakit jiwa mungkin kalian pikir itu adalah tempat penampungan orang gila? Iya itu benar aku...
35.3K 1.7K 42
Příběh je rozepsaný ( kapitoly nevycházejí pravidelně ). začátek: 8.1.2024 V příběhu se nachází návykové látky a sexuální scénky.
94.4K 5K 53
[FOLLOW SEBELUM BACA] Pernahkah kalian bermimpi akan berpacaran dengan musuh bebuyutan kalian? mungkin jika iya,maka itu akan disebut mimpi buruk. M...
16.2K 683 45
Druhý díl. Zvládne Emily a Matheo rodinný život?A jak se vypořádají s nepřáteli?A co minulost ?Budou schopni udržet lásku a vášeň?