Romeo Almahera

By Yn1712

1.8M 107K 34.3K

• Obsession series • [ SELAMAT MEMBACA ] Romeo akan menghalalkan segala cara demi mendapati Evelyn, termasuk... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

Prolog

130K 4.6K 401
By Yn1712

Note :
Cast hanya pemanis. Pembaca bebas berimajinasi sendiri, sesuai cast kesukaan masing-masing.

Kalian dari kota mana aja, nih?

Jangan lupa vote dan komen ya.
Update tergantung keantusiasan kalian💜🤗
.
.

Gadis itu, mutlak milikku.
- Romeo Almahera

***

Seorang pria dengan lengan kemejanya yang digulung sampai siku, tengah memfokuskan diri mengambil organ-organ dari manusia yang sudah tidak bernyawa di bawahnya. Jantung, ginjal, hati, mata, semuanya dimasukan dengan baik ke dalam kotak kaca.

Tersenyum pria itu ketika berhasil mengambil haknya, ia mengangkat kotak kaca itu lalu bangkit dan menoleh ke arah pria yang terkapar mengenaskan, dengan nadi yang tak lagi berfungsi. "Baiklah, hutangmu sudah lunas. Jika ada lebihan penjualan organ-organmu ini, maka tenang saja, aku akan mentransfernya ke keluargamu," katanya, tertawa keji di akhir kalimatnya.

Pria malang itu adalah salah satu teman SMPnya, seorang teman yang berhutang padanya dan tak sanggup membayarnya. Karena ia teramat baik hati, jadilah ia memilih mengambil organ dalamnya untuk dijual sebagai bentuk pembayaran hutangnya.

"Bondan!" Panggil pria itu, berselang beberapa detik, muncul seorang laki-laki berlari kecil ke arahnya. "Sterilkan ini, dan lakukan seperti biasa."

Pria bernama bondan itu mengambil alih kotak kaca dari tangan sang majikan, lalu mengangguk pelan sebagai jawaban. "Baik, Tuan Romeo."

Dia, Romeo Almahera, seorang pria yang menjadi iblis dan dewa, ia menolong lalu menghancurkan, ia memberikan senyum lalu menikam. Publik mengenalnya sebagai pria tampan tanpa pengampunan. Karena baginya, siapapun yang berhutang padanya, bahkan satu rupiah sekalipun, orang itu wajib membayarnya kontan. Jika tidak sesuai perjanjian, maka kematian dan kesengsaraan adalah bayaran yang harus tertunaikan.

Pemilik wajah tampan, iris segelap malam, tatap setajam elang dengan pahatan indah bak dewa yang nyaris sempurna tanpa cela. Ia begitu dipuja-puja wanita.

Eksistensinya di dunia industri perusahaan, sebagai pria penyandang gelar Billioner muda membuat seantero Amerika mengenalnya.

Romeo membuka sarung tangan kulit yang dikenakannya, lalu memberikannya ke arah Bondan untuk dibakar menghilangkan jejak. Walaupun habis membunuh orang, bahkan menguliti organnya, baju pria itu tak bersimbah darah sama sekali, sebab ia bermain teramat bersih.

"Apa jadwalku hari ini?" Tanyanya kembali menurunkan lengan kemejanya yang tadi sempat digulung.

Bondan Varenzi, selaku kaki tangan Romeo menyahut, "Peninjauan pengembangan pembangunan mega mall di Chicago, Tuan. Juga setelah itu, ada pertemuan dengan beberapa petinggi VL Cooperation." Romeo mengangguk singkat mendengarnya.

"Ada lagi?"

Bondan menggeleng. "Tidak, Tuan."

"Baiklah, siapkan keberangkatanku sepuluh menit lagi."

***

McLaren Elva berwarna hitam itu melaju cepat membawa Romeo di dalamnya. Pria itu duduk tenang merapikan sedikit jasnya dan menoleh ke arah jendela mobilnya. Mengedip pelan dengan rona ketenangan memahat rupanya, pria itu menatap ke arah jalanan kota New York yang nampak lenggang sore itu.

"Bondan, beli kopi di tempat biasa."

"Baik, Tuan." Bondan membalikan stir mobil sedikit memutar arah, menuju coffee shop langganan.

Terhenti roda mobil itu di tempat tujuan, dan Bondan langsung turun masuk ke dalam memesan kopi yang Romeo perintahkan.

"KAMU ANAK KECIL, JANGAN IKUT CAMPUR!"

"YA TAPI TINDAKAN BAPAK NGGAK BISA DIBENARKAN. HARUSNYA BAPAK BAYAR DONG!"

Kerusuhan bernada pertengkaran itu, terdengar ke telinga Romeo yang tengah anteng menunggu di dalam mobil. Pria itu menurunkan kaca jendelanya, menatap lurus ke arah seorang gadis dengan pria dewasa yang tengah bertengkar.

"Sudah Nak, biarkan saja, Nenek ikhlas," kata sang Nenek mengusap lengan gadis itu.

Gadis itu masih tak terima, dan kembali bersuara, "Nggak bisa gitu, Nek. Bapak ini sudah makan dagangan Nenek, artinya dia harus tetap bayar!" Gadis itu menunjuk pria dewasa itu dengan berani.

Romeo mulai tertarik melihat perdebatan itu, ia menarik senyumnya dan melipat kedua tangannya menonton dari dalam mobilnya. Jarak mereka hanya sekitar kurang dari dua meter, hal itu menjadikan Romeo dapat dengan jelas melihatnya.

"Ayo bayar!" Sentak gadis itu menatap pria dewasa sengit. "Kalau semisal nggak punya uang, jangan berani makan dagangan orang, dong, pak! Bapak mikir nggak sih? Keuntungan Nenek ini tuh nggak seberapa, jadi kalau bapak makan dagangannya dan dengan gampangnya nggak bayar, bapak bisa buat nenek ini rugi, bahkan kehilangan modalnya!"

"Bayar sekarang! Kalau nggak bayar, saya bakalan teriakin bapak maling!" Ancam gadis itu membuat Romeo menaikan sebelah alisnya lalu terkekeh kecil.

"BERISIK!" Sentak pria itu geram saat kini mereka mulai menjadi pusat perhatian. "NIH SAYA BAYAR!" Pria itu melempar dua lembar uang kertas ke wajah gadis itu, lalu pergi dari sana dengan wajah memerah karena merasa dipermalukan.

"Makasih, ya, Nak." Sang Nenek mengulum senyum menatap ke arah gadis itu. Selama nyaris dua puluh tahun ia berjualan, baru kali ini ada yang mau membelanya dari orang-orang tidak bertanggung jawab seperti tadi.

Bondan yang telah selesai membeli, memasuki mobil dan menyerahkan cup coffee itu ke arah Romeo. "Ini, Tuan."

Atensi Romeo kontan teralihkan, pria itu mengambil cup coffee itu dari tangan Bondan dan mulai menyuruputnya, matanya kini kembali melirik ke arah gadis itu.

"Bondan, carikan semua data tentang gadis itu," titah Romeo membuat Bondan kontan mengikuti arah pandang sang majikan, pria itu terdiam sejenak lalu akhirnya mengangguk pelan.

"Baik, Tuan."

"Semuanya, tanpa tersisa. Aku ingin malam ini sudah kau serahkan datanya padaku."

***

Romeo menjabat tangan kliennya, ketika mereka menutup perbincangan. Romeo antarkan pria stengah baya yang memangku peran sebagai presiden direktur VL Cooperation itu sampai kepada mobilnya.

Pria itu tersenyum tipis, lalu menepuk pundak kekar Romeo. "Titip pesanku pada Ayahmu," katanya mendapat anggukan dari Romeo.

"Baik, Sir," sahut Romeo tersenyum ramah.

Mobil itu melesat menjauh tertelan jarak, bersamaan dengan itu, senyuman yang tadi terukir di wajahnya meluntur sempurna. Pria itu mengendurkan sedikit dasinya lalu kembali mendudukan dirinya di kursi tunggal dekat sana.

Tak lama, Bondan datang dan berjalan ke arahnya membawa map berwarna coklat dan memberikannya pada Romeo. "Ini data yang anda minta, Tuan," ucap pria itu membuat Romeo menarik seringai tipis penuh kepuasan.

"Bacakan," titah Romeo yang langsung diruti oleh pria itu.

"Namanya Evelyn Seira, dia tinggal sendiri di rumah susun, orang tuanya bercerai sejak gadis itu baru berusia satu tahun. Ia semula tinggal bersama neneknya, tapi dua tahun lalu neneknya meninggal dan sekarang gadis itu sendirian." Romeo mengangguk pelan, latar belakangnya Evelyn membuatnya dengan mudah menarik gadis itu. Bahkan hanya dengan satu jarinyapun, ia mampu.

"Lanjutkan," ucap Romeo, mengangkat gelas berisi air mengkristal itu lalu menenggaknya pelan.

"Usianya 18 tahun, menyukai warna abu-abu, alergi santan, dan memiliki nilai tertinggi di mata pelajaran seni. Ia baru lulus SMA tahun ini, memiliki satu teman bernama Naomi Zenandra, seorang selebgram dan juga model."

"Dia pernah menjalin hubungan dengan teman SMAnya, namanya Kinan, dan mereka berpisah karena keputusan sepihak. Kabarnya, sekarang pria itu sudah berpindah ke Swiss."

"Kinan?" Gumam Romeo tidak senang dengan informasi terakhir itu.

Bondan mengangguk. "Kinan Lazarick," ucapnya meluruskan.

Romeo mengedip pelan, namun sorot matanya tajam menikam. Ia memutar gelas dalam genggamannya, memainkan air yang tersisa di sana. Bondan ikut diam, pria itu hanya akan kembali bersuara jika Romeo kembali memerintah.

"Apa yang dia butuhkan sekarang?" Tanya Romeo.

"Pekerjaan, Tuan. Dia mengirim surel ke beberapa perusahaan, termasuk ke perusahaan anda. Namun kabarnya sampai saat ini, belum ada satupun yang diterima mengingat dia hanyalah lulusan SMA dengan nilai yang hanya sebatas rata-rata."

Romeo menarik seringainya. Apakah ini sebuah kebetulan, atau memang perencanaan semesta untuk gadis itu terikat padanya? Ah, ini sangat menyenangkan.

"Berikan panggilan interview untuknya besok, dan suruh dia langsung menghadap ke ruang kerjaku. Sebelum itu, perintahkan untuk instansi manapun tidak boleh ada yang menerima Evelyn," kata Romeo lalu bangkit dari duduknya.

"Anda akan kemana, Tuan?" Tanya Bondan saat kini Romeo hendak memasuki mobilnya.

Langkah Romeo terhenti, sabit kecil di sudut bibirnya terukir. Ia membasahi bibirnya dengan nakal dan menjawab, "Tidak ada yang lebih menyenangkan, dari menemui Evelynku dimalam hari," katanya tersenyum banyak arti.

Bersambung...

Argh. Akhirnya bisa up cerita ini juga💃 wkwk.
Jangan lupa tambahkan cerita ini ke perpus kalian, ya💜 masukin list favorit kalau perlu🤭

Siap nemenin kegilaan Romeo?🤪

Spam Next di sini!
.
.

Jangan lupa follow📌

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 250K 30
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...
628K 57.1K 54
⚠️ BL LOKAL Awalnya Doni cuma mau beli kulkas diskonan dari Bu Wati, tapi siapa sangka dia malah ketemu sama Arya, si Mas Ganteng yang kalau ngomong...
4.3M 130K 88
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
8.8M 109K 44
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...