Like A Black Rose That Only G...

Autorstwa Alphanis1453

477 55 6

Disclaimer❗ Karena cerita ini sedikit banyak mengandung kata-kata kasar dan peristiwa yang cukup berat, saya... Więcej

Bella's Pov
The Legend of Amaryllis
An Annoying Boy
Homo Homi Ni Lupus
Homo Homi Ni Socious
A New Classmate, A New Problem
A Great Conversation
Boys Character
Alteo's Pov
What a coincidence
Helping Is Caring (Author pov)

An Awful Day

12 4 0
Autorstwa Alphanis1453

Jam Istirahat (09:00)

Alunan Fur Elise adalah favorit semua murid SMA Kubang. Instrument klasik karya Ludwig Van Beethoven itu adalah bel penanda jam istirahat telah tiba. Tempat-tempat diluar kelas segera terisi oleh kerumunan siswa. Sebagian banyak siswa menuju kantin, sebagian lagi kamar mandi, koperasi, perpustakaan, uks, dan masjid.

Aku sendiri sedang berjalan lurus ke arah timur, sejauh 10 langkah aku harus belok ke kanan dan berjalan lurus ke arah selatan melewati deretan kelas 11 dan kelas 10, tidak ada jalan lain lagi karena kelas 12 memang berada paling jauh dari fasilitas sekolah yang sedang ku tuju yaitu perpustakaan dan masjid, setelah berjalan cukup jauh aku harus berbelok kiri sebentar dan gedung perpustakaan yang berlantai dua ada di sebelah kananku.

Divya tidak bersamaku kali ini, dia bilang belum sempat sarapan dan akan menghabiskan jam istirahat pertamanya untuk menghabiskan bekal makannya di kelas. Aku segera berbelok kanan dan memasuki perpustakaan setelah melepas sepatuku dan meletakannya di rak sepatu dekat pintu masuk.

"Pagi Mas Toro."

"Pagi pengunjung perpustakaan favorit Kusuma Bangsa. Eh tumbenan nih kesini dulu, bukannya biasanya ke Masjid dulu Mbak Bell?"

Mas Toro adalah pustakawan yang sangat ramah. Usianya baru memasuki angka 30 dan yaps tentu saja dia mengenalku dengan baik. Maksudku aku adalah pengunjung setia perpustakaan. Hampir semua buku disini sudah kubaca dan lagipun aku tidak pernah membatasi jenis bacaan dan ya, dia benar biasanya aku baru mampir ke perpustakaan setelah dari masjid.

"iya nih mas, ada amanah dari Sam, dia minta maaf terpaksa terlambat kesini soalnya ada emergency"

"Oh okee it's fine, paling nanti upah dia bakal mas potong 75%"

Mas Toro berkata sambil tersenyum jahil dan mengedipkan sebelah matanya. Dia memang humoris dan kata banyak siswi Mas Toro juga sangat tampan, makanya jangan heran kalau dia menjadi salah satu alasan perpustakaan ini menjadi cukup ramai. Seperti Divya misalnya, dia juga sering ke perpustakaan hanya untuk melihat Mas Toro yang sedang serius bekerja menambahkan barkot pada buku-buku baru, Divya bilang Mas Toro adalah definisi semakin tua semakin mempesona. Ck ck ck ada ada saja memang temanku satu itu.

"Astaghfirulloh Mas Toro, dikata penindasan kaum proletar oleh kaum borjuis kalik ah."

"Loh jangan salah Mbak Bell, time is money. Eh iya Mas ada kabar baik nih buat kamu, kamu kemarin nanyain buku Jane Austen kan? Nih udah mas keep buat kamu."

Aku tidak tahu bagaimana ekspresiku saat ini, mungkin mataku sudah dipenuhi kerlipan bintang demi menyaksikan novel klasik yang sedang dipegang Mas Toro. Buku yang cukup tebal dengan kertas yang sudah sedikit kusam. Buku itu berjudul Sense and Sensibility. Buku yang sudah lama kuincar. Aku senang dengan gaya penulisan Jane Austen setelah aku membaca karyanya yang sangat fenomenal berjudul "Pride and Prejudice"

"Wah makasih banyak mas. Langsung saya pinjam ya mas, ini kartu perpustakaannya."

Setelah proses peminjaman buku selesai, aku langsung menuju masjid yang hanya melwati satu bangunan berukuran sedang di dekat perpustakaan yaitu uks.

Perpustakaan, uks, dan masjid berada satu deret di kanan jalan. Kali ini aku hanya menunaikan sholat sunnah duha 2 raka'at, biasanya 4 namun aku takut terlambat mengingat tadi aku berbincang cukup lama dengan Mas Toro dan juga urusan ke kamar mandi sebelum menunaikan ibadah sunnah sholat duha. Masjid juga cukup ramai, dan selalu ramai.

Pengunjung masjid kebanyakan anak-anak kelas 12. Tidak perlu di ragukan lagi, do'a-do'a yang dipanjatkan pasti tidak jauh-jauh dari meminta kelancaran ujian dan di loloskan masuk perguruan tinggi negeri tanpa tes. Maksudku aku juga begitu.

Aku yang kata Divya pintar, tapi aku tidak percaya diri. Jadi, sholat adalah kuncinya. Aku selalu merasa tenang setelah menunaikannya. Biar saja aku tidak percaya dengan kemampuanku, yang penting aku tidak pernah ragu sedikitpun akan kemampuan Tuhanku. Allah, yang tanpa campur tangan_Nya hidupku bukanlah apa-apa.

"Belllllll oyyyy"

Divya dan kebiasaan teriak-teriaknya itu ya ampun. Aku tidak menjawab panggilannya bukan karena apa, tapi aku tidak terbiasa berteriak didepan banyak orang. Aku hanya mempercepat langkahku saja karena sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikan. Divya dan beberapa teman sekelas kami sedang duduk-duduk di teras kelas.

"Ada urusan sepenting apa sih Divya-ku tersayang sampe kamu teriak gitu manggilnya. Gendang telingaku sampai mau pecah loh."

"Amit-amit habis sholat bukannya dapet cahaya malah jadi gila."

"Kan ketularan kamu hehe. Eh bentar, pintu kelas kenapa di tutup segala?"

"Nah ini hal penting yang mau aku sampein nih."

"Achaaa. So?"

"Nehi-nehi kamu jangan sok india deh Bell. Emang kamu mau kalo aku kirim ke frindavan?"

"Mau dong, siapa tahu nanti diperisteri Hritik Kroshan. Dia kan duda sekarang," demi mendengar jawabanku, Divya langsung menutup mulut dengan kaget dan tidak lupa matanya juga melotot padaku.

"Astaga Belladona Lily Azzahra? Sejak kapan seorang Bella mengikuti gosip aktor Bollywood?" konyol sekali padahal Divya lah yang menceritakan semua aktor bollywood kesukaannya itu. Bella suka mengajaku nonton film India karena darah India mengalir dalam tubuhnya. Aku bahkan sampai hafal deretan nama-nama aktor Bollywood itu.

"Kan berkat cerita-cerita kamu aku jadi tahu."

"Oh iya hehe."

"Yaudah deh Div, aku masuk kelas duluan ya. 5 menit lagi juga bel nya bakal bunyi. Oh iya makan piscok yuk? Aku bawa banyak loh kalo kamu mau."

Tidak ada jawaban dari Divya, jadi aku meneruskan jalanku dan ketika sampai didepan pintu, sampai suara Nana menahanku.

"Bell, demi Tuhan jangan masuk."

"Emang kenapa Na?"

Semua temanku yang ada disitu menatap saling pandang. Sebenarnya ada apa?

"Div jelasin ke Bella deh."
Aku mendekat ke arah Divya, dan dia mulai berbisik.

'Bell ini yang mau aku jelasin ke kamu tadi, di dalem ada Mak Lampir sama Al. Aku ngga tau mereka ngapain. Dia tadi bilang jangan ada yang berani buka pintu atau bakalan berhadapan sama dia. Katanya nunggu dia nylesein urusanya dulu di dalem'
Aku heran kenapa hatiku sedikit terhentak mendengar berita itu. Apa aku sakit hati? Lupakan, mungkin aku hanya kaget.

'urusan apa emangnya?'

'mana ku tahu. Logisnya si urusan nafsu. Ya bayangin aja, ngapain dua remaja yang lagi menginjak dewasa ada di satu ruangan yang sama kalo bukan..'

'udah ah Div jangan nethink gitu, lagian ini kan sekolah mana mungkin mereka melanggar aturan sekolah'
Saat aku dan Divya sedang berbisik-bisik mengenai apa yang dilakukan, tiba-tiba Nana dan teman-teman berteriak histeris.

"SAMMMMM JANGAN DIBUKAAAAAA!!!!!!!!!"

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Ceklekkkkk, pintu terbuka dan ketika Sam baru menyempurnakan langkah pertamanya, buku-buku pinjaman dari perpustakaan yang ada di tangannya terjatuh.

Aku, Divya dan teman-teman segera menyusul masuk. Di dinding pojok ruangan kelas kami dibuat terkejut dengan pemandangan dua remaja. Pemandangan tidak sopan yang kuharap tidak akan pernah kulihat sepanjang hidupku.

Mereka... Al dan Kimmy. Kimmy dengan posisi tertahan di tembok dengan Al yang menguncinya dengan satu tangan dan satu tangan lainnya menguasai wajah Kimmy. Mereka hampir berciuman. Wajah mereka dekat sekali, hanya berjarak beberapa senti saja.

Mereka kaget dengan kedatangan kami, Al langsung menjauhkan wajahnya dari Kimmy. Al sempat mengejek wajah Kimmy yang terlihat sangat mendambakan Al. Kimmy pun mengumpat, namun masih ku lihat ada gurat malu dalam wajahnya. Al berbalik arah dan melihat kami. Oh tidak, tepatnya hanya melihat ke arahku dengan tatapan ganjilnya itu, setelahnya dia berjalan tanpa rasa malu dan duduk dengan tegak di bangku nya seolah-olah tidak terjadi apapun.

Giliran Kimmy yang masih berada ditempatnya dan merapikan baju atas serta rambutnya. Setelah itu dia menghampiri Sam dan kami semua.

"Gua tanya, siapa yang tadi buka pintu padahal udah gua bilang jangan!"

"I-itu Kim eh anuu," Nana hendak menjawab namun takut-takut

"Siapa anjirrr?" Kimmy membentak
Kami masih diam dan hal itu tentu membuat emosinya semakin naik.

"Oke gini aja, gua tandain ya satu-satu dari kalian. Kalo ada yang ketahuan nyebarin ini bakal gua bikin ga tenang idupnya!"

Kimmy berlalu dari hadapan kami setelah mengatakan hal itu. Nana, Divya dan yang lainnya pun sudah bubar menuju tempat duduk masing-masing. Tersisa aku dan Sam yang masih berdiri. Namun tiba-tiba suara Sam menghentikan langkah Kimmy yang sedang menuju kursi nya dan berbalik lagi ke arah dimana Aku dan Sam masih berdiri.

"Aku. Aku yang buka pintu. Kenapa? Kenapa kalian melakukan tindakan amoral seperti itu didalam tempat untuk menuntut ilmu? Kalian udah kaya binatang tau ngga. Dan kamu anak baru, kita semua nggak nyangka kamu bakal bikin kesan buruk di hari pertamamu"

Al hanya mengedikan bahu dengan cuek.

"Keep calm broo. Okedeh ntar gua bikin kesan baik biar lu seneng."

"Oh jadi elu yang buka pintu? Nama lu itu bukan Samir hahaha. Kebagusan tau nggak? Nama yang lebih cocok buat lu itu sam...pah. Just mind your own business Sam, atau aib lu bakal gua sebar di mading siswa biar semua tau?"

Kimmy menghina Sam sambil menunjuk nunjuk muka Sam dengan emosi, sementara itu kulihat muka Sam yang biasanya tenang agak memerah menahan emosi. Kedua tangannya sampai mengepal. Setelah melihat ekspresi Sam, Kimmy tertawa puas sambil menuju tempat duduknya karena melihat Sam tidak berkutik atas ancamannya. Sementara itu aku mengambil 3 buku Sam yang tercecer di lantai.

"Sam, udah ngga usah di gubris. Balik ke tempat duduk yuk. Bel juga udah bunyi tuh. Bukumu biar aku yang bawa. Kamu kan lagi emosi ntar ini buku melayang ke kepala orang lagi."
Kudengar Sam menghela nafas panjang sekali. Mungkin itulah cara dia untuk menghilangkan emosi.

"Lawakanmu jayus banget Bell. But, thanks ya."

"anytime Sam."

Waktu berjalan lambat sekali. Untuk pertama kalinya aku ingin cepat-cepat pulang ke rumah. Kenapa hal sekecil ini sedikit banyak sangat mengganggu pikiranku? Arrrgghhh.
🍁🍁🍁

Aku upload 2 part sekaligus untuk menebus kemalasanku akhir-akhir ini. Semoga suka:))

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

87.6K 2.2K 33
A little AU where Lucifer and Alastor secretly loves eachother and doesn't tell anyone about it, and also Alastor has a secret identity no one else k...
191K 395 21
just some of my horny thoughts;) men dni
5.2M 45.9K 56
Welcome to The Wattpad HQ Community Happenings story! We are so glad you're part of our global community. This is the place for readers and writers...
142K 21.3K 99
Translation novel Unicode only Zawgyi users များ page မှာဖတ်လို့ရပါတယ်ရှင်