DOSENKU SUAMIKU 2 [ TAMAT ]

By kepojanganberlebihan

2.8M 395K 203K

PRE-ORDER NOVEL DOSENKU SUAMIKU 2 TANGGAL 30 AGUSTUS 2022 Cover by : Azhara Natasya. Ini masih melanjutkan c... More

1
2
3
4
5
6
7
cekkk!
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
PO DOSENKU SUAMIKU 2 DIBUKA
Selasa, 01 November 2022
PO kedua novel DS2 dibuka!

28

37.8K 5.9K 2K
By kepojanganberlebihan

Halo, apa kabar?

Baca cerita ini jam berapa?

Boleh spam emot "💕💞💓💗💘" dulu?

Oke, jangan lupa vote dan spam komen! Terimakasih! 🤍



- selamat membaca -




      Keesokan harinya, Rey memenuhi permintaan Dira untuk pulang lebih awal dan menemani sang istri ke lapangan voli yang berada tidak jauh dari rumah mereka.

Sembari berjalan menuju lapangan voli, Rey bertanya pada Dira, "Ntar kamu mau ikut main voli disana?" 

Dira menoleh dengan kedua alis yang naik. Cewek itu lalu menggeleng. "Enggak," ia menjawab seadanya.

Dahi Rey mengerut. "Terus mau ngapain?" tanyanya.

"Mau makan gorengan."

Rey tercengang mendengar jawaban Dira barusan. Hanya itu keinginan sang istri hingga memaksa ia untuk pulang lebih awal dan meninggalkan beberapa urusan pentingnya di kantor?

"Cuma pengen makan gorengan?" 

"Oh iya, satu lagi," celetuk Dira.

"Apa?" tanya Rey lagi. Kali ini ia berharap Dira memberikan alasan yang berarti agar dirinya tidak menyesal karna sudah meninggalkan banyak urusan penting di kantor.

"Pengen minum marim*s jeruk juga," ucap Dira. 

"Ya Allah," gumam Rey yang seakan putus asa. "Itu doang?" tanyanya kemudian. 

Dira mengangguk. "Aku penasaran rasanya beneran kayak jeruk apa enggak," ucapnya. 

"Kalo bener kayak jeruk?"

"Kalo bener, kan, kita bisa nyetok di rumah, siapa tau Dira tiba-tiba ngidam jus jeruk dan kamu nggak perlu repot lagi."

Rey menghela nafas sejenak. "Kenapa tadi nggak bilang aja, sih? Biar aku beliin pas pulang dari kantor dan kamu ga perlu repot-repot keluar gini." 

Dira menyipitkan matanya sembari menatap Rey dengan tajam. "Kamu nggak ikhlas ya nemenin aku?" tanyanya. 

Mata Rey terbelalak. "Ikhlas dong!" sahutnya dengan cepat. 

"Buru-buru banget jawabnya. Kamu bohong, ya?" tanya Dira masih dengan tatapan tajam.

Rey lagi-lagi menghela nafas sejenak kemudian berkata dengan lembut, "Nggak bohong, Cantik." 

Satu alis Dira naik. "Kesambet apaan tiba-tiba manggil aku Cantik?" tanyanya dengan heran. 

"Gak mau dipanggil Cantik?" 

"Mau dong," sahut Dira dengan cepat.  "Lagian, emang seharusnya kamu panggil Dira Cantik. Karna for real atau untuk nyata, Anindira Maheswari emang cantik," lanjutnya.

"Masya Allah. Ntar kena ain loh," tegur Rey. 

"Masya Allah, Dira cantik banget. Beruntung banget Bapak Abraham Reynand dapetin istri se-Masya Allah ini."

Rey mengulum senyum. Pria itu kemudian menggenggam telapak tangan Dira dan mengajak istrinya tersebut untuk melangkah lebih cepat. 

"Eh, eh? Santai dong, Sayang. Jangan salting gitu," ledek Dira. 

Rey menggeleng pelan sembari menahan tawa. Ia lalu berkata kepada Dira, "Kalo kelamaan ntar gorengannya keburu abis, Cantik."

"Oiya," gumam Dira sembari mengangguk. 

Setelah sampai, Dira segera mengajak Rey untuk duduk di sebuah kursi yang tersedia di warung gorengan tersebut. Sebelum memesan, ia bertanya kepada Rey dengan cara berbisik tepat di telinga sang suami, "Kamu bawa duit gak?" 

Rey menoleh ke arah Dira dengan dahi yang berkerut. "Bawa," jawabnya. Ia kemudian bertanya balik, "Kenapa? Kamu gak bawa?" 

"Aku bawa, tapi takut gak cukup." jawab Dira. 

"Emang kamu bawa berapa?" tanya Rey lagi.

Dira menunjukkan lima jarinya ke arah Rey. 

"Lima ribu?" tebak Rey.

Dira menggeleng sejenak. "Lima puluh," bisiknya.

"Lima puluh ribu?" tanya Rey memastikan.

Dira mengangguk. 

Rey menghela nafas sejenak. "Itu udah lebih dari cukup, Sayang. Emang kamu mau makan berapa puluh gorengan?" tanyanya yang keheranan.

"Gak sampe sepuluh kok. Cuma takut harga gorengannya mahal," ucap Dira.

Rey beralih menoleh ke arah si Penjual. "Harga gorengannya berapa, bu?" tanyanya mewakili sang istri. 

"Seribuan, Mas. Kecuali sosis," ucap si Penjual.

"Sosis harganya berapa?" kini Dira yang bertanya.

"Kalo sosis harganya dua ribu, Mbak." 

"Oh," gumam Dira sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. "Saya mau gorengan tempe dua, tahu dua, sama sosisnya tiga, bu," ucapnya memesan. 

"Boleh, sebentar ya." 

"Oke, bu." 

Kemudian Dira kembali menoleh ke arah Rey dan bertanya, "Kamu gak mau coba?"  

"Mau," jawab Rey. 

"Mau coba gorengan apa? Biar nanti aku tambah gorengannya," tawar Dira.

"Mau gorengan yang kamu pesen barusan," ucap Rey.

"No! No! No! Kamu beli sendiri," ucap Dira menolak.

Dahi Rey mengerut. "Kenapa beli sendiri? Kamu gak mau bagi dua sama aku?" tanyanya.

Dira menggeleng. Ia lalu berkata, "Apapun Dira bagi, kecuali makanan." 

"Apapun? Kecuali makanan?" Rey mengulang ucapan Dira barusan.

Dira mengangguk.

"Suami? Boleh dibagi juga?" 

"Nggak dong!"

"Tadi kamu bilang.."

"Ulang deh. Apapun Dira bagi, kecuali makanan dan suami Dira." Setelah mengucapkannya, Dira menaik-turunkan kedua alisnya sembari tersenyum.

"Kenapa makanan dulu baru suami?" protes Rey.

"Karna aku lebih dulu mencintai makanan dari pada kamu," ucap Dira. 

"Ini gorengannya, Mbak." 

Dira mengalihkan pandangannya dari Rey dan menerima gorengan yang diberikan oleh si Penjual. "Makasih, bu." 

"Sama-sama. Ini saus sama kecapnya," ucap si Penjual lagi sembari memberikan botol saus dan kecap kepada Dira.

Dira menerimanya sembari tersenyum dan mengangguk. Kemudian ia bertanya, "Ada marim*s jeruk nggak, bu?" 

"Ada, mau berapa?" 

"Dua ya, bu." 

"Oke, sebentar." 

Dira kemudian mengambil satu piring kecil yang berada didekatnya lalu menuang sedikit saus dan kecap. Setelah itu ia mulai memakan gorengannya. 

"Ehm." gumam Dira sembari mengunyah gorengan didalam mulutnya. 

Sedangkan Rey, ia dari tadi melirik sinis ke arah gorengan yang berada dihadapan Dira. Bisa-bisanya Dira lebih mencintai gorengan tersebut dari pada dirinya.

Dira kini menoleh ke arah Rey dan bertanya, "Kamu mau nggak?" 

Rey beralih melirik ke arah Dira. "Katanya tadi gak mau bagi," ucapnya. 

"Kasian, kamu dari tadi liatin gorengan aku mulu." 

"Mana ada," bantah Rey.

"Jadi mau gak? Enak loh," tawar Dira lagi.

Rey menggeleng. Ia lalu berkata, "Nggak, kamu makan aja." 

"Loh? Jangan ngambek gitu dong," ledek Dira.

"Mana ada ngambek. Orang beneran gak mau," ucap Rey. 

"Trus kenapa dari tadi liatin gorengan aku?"

"Gapapa. Gak habis pikir aja," jawab Rey dengan suara lebih pelan yang masih bisa didengar oleh Dira. 

Dira mengerutkan dahinya. "Gak habis pikir? Kenapa?" tanyanya.

"Gak habis pikir aja kamu bandingin aku sama gorengan," gumam Rey. 

"Hah? Kenapa suaranya makin pelan sih? Gak kedengeran tau," protes Dira. 

"Mas-nya nggak ikutan main voli?" tanya si Penjual, mencoba untuk berbasa-basi. 

"Gak minat, bu." jawab Rey dengan canggung.

"Oh, gak minat. Mbak gimana? Gak minat juga?" 

"Minat sih, tapi gak bisa mainnya. Hehehe." jawab Dira. Ia lalu tersenyum dengan ramah. 

"Kenapa nggak coba dulu? Disini juga banyak yang baru belajar main voli kok," ucap si Penjual. 

"Dari dulu udah coba, tapi tetep aja gak bisa, bu." 

"Nah, sekarang coba aja belajar disini," saran si Penjual. 

"Gak berani, bu." ucap Dira dengan canggung.

"Loh? Kok gak berani? Orang-orang disini baik kok." 

"Bukan takut sama orang-orang disini, bu." 

"Trus takut kenapa? Takut bolanya kena kepala?" 

"Takut keguguran, bu." jawab Dira, membuat si Penjual mengerutkan dahinya dengan perasaan terkejut. 

"Hamil?"

"Iya, bu. Kenapa?" tanya Dira.

"Oh.. udah nikah? Tadinya saya pikir kalian masih pacaran loh, ya ampun. Maaf ya," ucap si Penjual dengan tak enak hati.

"Hahaha, gapapa, bu. Wajar kok," ucap Dira sembari tertawa ringan.

"Wajar?" celetuk Rey.

Dira melirik ke arah Rey sembari berbisik, "Iya, wajar. Muka Dira, kan, masih kayak tujuh belas taun." 

"Capek! Boleh istirahat gak?" ucap salah satu cewek yang berada ditengah lapangan voli.

"Kalo kamu istirahat, tim kita kurang satu dong."

"Masa yang lain ga ada yang mau main?" 

"Ada yang mau main gak? Gantiin Nadin," teriak salah satu orang di lapangan voli.

Dira dan Rey kemudian menoleh ke arah lapangan voli.

 "Kamu nggak mau coba main?" tanya Dira pada Rey. 

Rey menggelengkan kepalanya. 

Kemudian salah satu orang menunjuk ke arah Rey. "Mas, mau ikut main gak?" tanyanya sedikit berteriak.

Rey langsung menggeleng. "Nggak, Mas." jawabnya. 

"Ayo ikut aja. Kita kurang pemain nih," pinta salah satu pemain.

"Coba ikut aja, Sayang. Cari pengalaman," bisik Dira pada Rey. 

Rey melirik ke arah Dira dan kembali menggelengkan kepalanya. "Enggak deh," tolaknya lagi. 

"Yah," gumam beberapa pemain. 

"Padahal aku pengen liat kamu main loh," ucap Dira dengan pelan dan masih bisa didengar oleh Rey.

Rey menghela nafas sejenak. Ia lalu beranjak dari duduknya dan berkata pada Dira, "Iya, aku main." 

Mata Dira berbinar-binar serta bibirnya membentuk senyuman. Ia kemudian berkata pada Rey, "Semangat, Sayang!" 

Rey kemudian bergabung dengan tim voli yang kekurangan pemain tadi. 

"Oke, udah bisa dimulai!" teriak salah satu pemain. 

Permainan berlangsung. Dira menonton Rey bermain voli sembari memakan gorengannya. 

"Wah, jago juga suami kamu." ucap si Penjual.

Dira tersenyum sembari mengangguk setuju.

"Suami?" celetuk cewek yang tadi memilih untuk istirahat. 

Dira menoleh ke arah sumber suara. 

"Oh, itu suami kamu?" tanya si cewek sembari duduk disebelah Dira.

Kali ini Dira mengangguk sembari tersenyum canggung. "Iya," ucapnya menjawab pertanyaan barusan. 

"Oh," gumam si cewek. Ia kemudian menoleh ke arah penjual sembari memesan minuman.

Dira kembali menonton permainan voli Rey dengan antusias. 

"By the way, kamu tinggal dimana?" tanya si cewek, berniat memulai obrolan.

Dira menoleh dan menjawab, "Di komplek Permai."

"Komplek Permai? Sama dong," ucap si cewek dengan senyuman. 

"Oh ya?" sahut Dira dengan senyum yang merekah.

Si cewek mengangguk dengan antusias. "Kamu udah lama tinggal disana?" tanyanya lagi.

"Kayaknya sekitar enam bulanan deh," jawab Dira. Ia lalu bertanya balik, "Kamu? Udah lama tinggal disana?" 

Si cewek lagi-lagi mengangguk. "Iya, udah lama. Kira-kira udah dua tahunan," jawabnya. 

"Oh," gumam Dira sembari menganggukkan kepalanya. 

"Oh iya, nama kamu siapa?" tanya si cewek.

"Eh? Belum kenalan ya kita?" Dira lalu mengulurkan tangannya untuk berjabatan. "Anindira Maheswari, panggil aja Dira." ucapnya memperkenalkan diri.

Si cewek menerima uluran tangan Dira lalu berkata, "Aku Jeana Anastasya, panggil aja Jeana." 

Mereka menyudahi jabatan tangannya. 

"Nama kamu bagus," puji Dira sembari tersenyum manis.

"Nama kamu juga bagus banget," puji Jeana sembari ikut tersenyum manis. "Boleh dong kapan-kapan kita jalan atau kumpul bareng," ucapnya kemudian. 

Dira mengangguk. "Boleh banget kok," ucapnya.

Kemudian mereka kembali menonton permainan voli yang masih berlangsung disana. 

"Pemain barunya jago juga ternyata," ucap salah satu cewek yang masih bisa didengar oleh Dira.

Temannya mengangguk seraya berkata, "Mana ganteng banget lagi." 

"Sini, Rey!" teriak salah satu pemain, meminta agar Rey memberikan bola voli ke arahnya.

"Oh, namanya Rey." 

Dira menyipitkan matanya sembari melirik orang yang barusan menyebut nama suaminya. 

Beberapa menit kemudian, permainan berakhir. Tim Rey memperoleh banyak poin. 

"Besok main lagi nggak?" tanya salah satu pemain laki-laki kepada Rey.

"Enggak," sahut Rey dengan tatapan canggung. Ia kemudian berjalan mendekati Dira yang sudah berdiri dan menunggunya untuk pulang bersama. 

"Gimana? Seru, kan?" tanya Dira ketika Rey sudah berada didekatnya.

"Seru," ucap Rey sembari tersenyum tipis.

Mereka kemudian mulai melangkah menuju pulang.

"Katanya nggak minat, tapi kok jago mainnya?" celetuk Dira.

"Kebetulan doang," ucap Rey. 

"Besok mau main lagi?" tanya Dira sembari melirik ke arah Rey.

Rey melirik sejenak ke arah Dira lalu menggeleng. "Nggak deh," jawabnya.

"Kenapa? Tadi katanya seru," tanya Dira dengan kerutan di dahi. 

Rey mengangguk. Ia lalu berkata, "Seru, tapi capek."

"Ntar Dira pijitin kok," ucap Dira sembari tersenyum. "Makasih loh udah mau main," lanjutnya.

Rey kembali melirik ke arah Dira dengan satu alis yang naik. "Makasih?" ucapnya mengulang perkataan Dira barusan.

Dira mengangguk. "Tadi, kan, kamu mau main pas aku bilang pengen liat kamu main," ucapnya.

"Oh," gumam Rey yang sudah mengerti. Satu tangannya kemudian menarik tangan Dira agar lebih dekat dengannya. 

"Eh?" ucap Dira dengan perasaan terkejut. 

Rey sedikit menunduk, menyamakan tingginya dengan Dira. 

"Kamu ngapain?" tanya Dira yang kini kebingungan. 

"Masa cuma bilang makasih?" ucap Rey lalu jari telunjuknya menunjuk-nunjuk pipinya, memberikan kode agar Dira menciumnya. 

Dira mengulum senyum sejenak. Kemudian ia mulai mencium pipi Rey.

Cup.

Rey kemudian menunjuk satu pipinya yang lain. "Disini juga dong," ucapnya menggoda Dira.

"Nggak mau!"

"Loh? Kenapa nggak mau?" 

"Satu kali main cuma dapet satu ciuman di pipi," ucap Dira.

Rey mengerutkan dahinya. "Mau dapet cium aja harus main voli dulu?" tanyanya dengan tak percaya.

Dira mengangguk. "Iya dong," jawabnya.

"Susah banget syaratnya," protes Rey.

"Sekali-sekali," ucap Dira sembari menampilkan cengirannya. "Lagian, kan, syaratnya masih batas wajar."

"Wajar, tapi capek." 

"Gapapa capek, yang penting kamu dapet apa yang kamu mau." 

Rey menghela nafas sejenak, membuat Dira menahan tawa. 

"Kalo cium disini gak pake syarat, kan?" tanya Rey sembari menunjuk bibirnya. 

Dira mengerutkan dahinya. "Loh? Siapa bil-"

Cup.

Rey tersenyum manis setelah mencium bibir Dira. 

"Curang!" protes Dira.

"Besok aku gak main voli juga gapapa, kan cuma gak dapet ciuman di pipi." 

"Gak dapet semua!"

"Eit? Tadi kamu bilang cuma ciuman di pipi loh," ucap Rey mengingatkan Dira akan perkataannya tadi.

"Ralat, semua!"

"Gak bisa, saya sebagai Dosen gak nerima revisi atas ucapan kamu tadi." 

Dira menatap Rey dengan tatapan tajam. "Dosen licik!" 

"Mau peluk?" ucap Rey sembari melebarkan kedua tangannya dihadapan Dira.

Dira mengangkat satu tangannya dan bersiap untuk memukul sang suami.

"Eh? Satu kali pukul, satu kali cium loh." ancam Rey.

Bug!

"Akh!" keluh Rey dengan kedua mata yang kini membulat sempurna. 

Setelah memukul dada Rey dengan cukup keras, Dira langsung berlari seraya tertawa. "Rasain!" ledeknya disela tawa.

"Eh? Jangan lari-larian! Nanti jatuh, Sayang!" teriak Rey dengan khawatir. Ia kemudian mulai berlari mengikuti Dira. 

"Jangan kejar Dira dong! Ntar Dira jatoh!" protes Dira sembari berlari. 

"Makanya jangan lari, Sayang!" 

"Takut ada om pedo!" pekik Dira. 

"Heh! Aku cium beneran ya kamu!"

"Hahaha, becanda!"



- to be continued -




GIMANA PART INI?

SERU?

DLL?

UDAH NABUNG BUAT NOVEL DS2?!!!!

Spam komen "UP DS2" disini! 👉

Spam komen "NEXT" disini! 👉


Jangan lupa follow ig :
@ rahma_niida
@ wp.kepojanganberlebihan
@ anindiraaa.maheswari
@ aaabraham.reynand



SEE U DIREY LOVERS! 🤍


Selasa, 12 Juli 2022.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 103K 27
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
772K 49.9K 33
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
1M 42.8K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...
1M 1.9K 17
WARNING!!! Cerita ini akan berisi penuh dengan adegan panas berupa oneshoot, twoshoot atau bahkan lebih. Untuk yang merasa belum cukup umur, dimohon...