19

60.9K 10K 5.3K
                                    

Halo!
Apa kabar guyssss?

Absen dulu, baca part ini jam berapaa?

Jangan lupa vote & spam komen di part ini yaaa!!!

Yuk, bisa, yuk 8k votes & 5k komen! Semangat guysss!




Silahkan ss part ini dan tag akun Instagram :

nidabukanrahma
aaabraham.reynand
anindiraaa.maheswari

Follow juga akun Wattpad kedua aku @ rahmanidaaa !

Tiktok : rahmanida2810



Selamat membaca!



[ Dosenku Suamiku 2 ]
[ Part 19 ]






...

Raya dan Raka segera mengalihkan pandangannya dan menjauh dari jangkauan Dira dan Rey, tak ingin ikut campur urusan rumah tangga sang adik.

"Mantan aku?" tanya Rey memastikan.

Dira menggelengkan kepalanya.

"Dira?"

"Gapapa," ucap Dira. Cewek itu menghela nafas sejenak lalu tersenyum simpul. "Barusan aku cuma becanda, kok," lanjutnya.

Rey terdiam dengan perasaan bingung. "Cuma becanda?"

"Iya," sahut Dira dengan cepat. "Aku cuma acting. Lagian, emang kamu beneran mentingin mantan kamu dari pada aku?"

Rey segera menggeleng. "Nggak mungkin dong. Ngapain juga aku mentingin orang lain dari pada istri aku sendiri," ucapnya.

Dira tersenyum. 'Tapi lo lebih mentingin urusan lo sama Reni,' – batinnya.

"Yaudah, kamu diem dulu disini. Aku mau ngambil kotak obat bentar," ucap Rey. Setelah mendapati anggukan dari Dira, cowok itu segera pergi mengambil kotak obat.

Tak lama kemudian Rey kembali dengan membawa sebuah kotak obat. Cowok itu kembali berjongkok dihadapan Dira, membantu mengeluarkan beberapa pecahan kecil gelas dari telapak kaki sang istri, lalu mengobatinya.

"Sssh.." keluh Dira yang masih tertahan.

"Tahan, ya. Bentar lagi selesai, kok," ucap Rey dengan lembut.

Dira perlahan menganggukkan kepalanya tanpa berkata apapun. Cewek itu diam-diam memandangi wajah sang suami dengan tatapan sedu.

Rey meniup pelan telapak kaki Dira yang terluka sejenak, lalu ia selesai mengobatinya. Cowok itu sedikit menengadah, membuat ia dan Dira tanpa sengaja saling menatap mata satu sama lain.

Rey mengerutkan dahinya saat melihat tatapan sang istri yang kini tampak begitu murung. "Sayang? Kamu kenapa?"

Dira yang mendengar pertanyaan Rey barusan langsung tersadar dari lamunannya. Cewek itu menaikkan kedua alisnya sejenak lalu menggeleng. "H-ha? Gapapa."

"Kenapa hari ini kamu banyak ngelamun? Lagi mikirin apa, sayang?"

Dira menaikkan sebelah alisnya. 'Mikirin lo sama selingkuhan lo,' batinnya.

"Hm?" deham Rey, menagih jawaban dari Dira atas pertanyaannya barusan.

"Gak lagi mikirin apa-apa. Tadi cuma lagi ngantuk aja," ucap Dira.

"Masih pagi udah ngantuk aja," ucap Rey dengan heran. Cowok itu lalu beralih duduk disebelah sang istri.

"Emang ga boleh?" tanya Dira dengan sewot.

"Eh, nggak, kok. Boleh. Cuma aneh aja," jelas Rey dengan lembut.

"Suka-suka Dira dong," ucap Dira, lagi-lagi dengan nada sewot.

Rey tersenyum. "Iya, suka-suka Dira, deh."

Dira segera mengalihkan pandangannya. Ia sangat tidak ingin menatap sang suami.

“Oh, iya. Dira mau minta nomor sekretaris baru kamu,” ucap Dira sembari melirik ke arah Rey sekilas.

“Nomor Yerin?” tanya Rey memastikan.

“Emang kamu ada sekretaris baru lagi?”

Rey menggeleng. “Nggak ada,” ucapnya.

“Yaudah, berarti bener Yerin. Ngapain nanya lagi coba,” ketus Dira.

“Emang buat apa?”

“Buat disebar di grup begal,” ucap Dira dengan asal-asalan.

“Ha?”

“Ya, ada perlu, lah! Banyak tanya banget, sih,” ucap Dira dengan kesal. “Nggak bakalan Dira jual juga itu nomor si Yerin,” lanjutnya.

“Iya, maksudnya perlu apa?”

“Lah, kepo banget.”

“Ya, aku harus tau dong, sayang.”

“Urusan kamu tadi malem aja aku nggak mau tau, ngapain kamu mau tau urusan aku coba.”

“Kan, kamu nggak nanya sama aku.”

Dira menatap mata Rey dengan kerutan didahi. “Kenapa aku harus nanya dulu? Kenapa kamu nggak kepikiran buat ngasih tau aku?”

“Aku udah minta tolong bang Raka buat ngasih tau kamu, kan? Bukannya kamu udah dikasih tau sama bang Raka?”

Dira mengangguk. Cewek itu menghela nafas sejenak lalu berkata, “Iya. Bang Raka yang ngasih tau aku.”

“Nah, trus masalahnya dimana lagi, Dira?”

“Kenapa nggak kamu sendiri aja yang ngasih tau aku? Kamu, kan, bisa telfon aku.”

“Aku nggak sempet telfon kamu, Dira.”

Dira menaikkan kedua alisnya dengan mata yang kini mulai memerah. “Oh, sesibuk itu, ya, kamu?”

Rey mengerutkan dahinya. “Kenapa masalahnya jadi gede gini, sih?”

“Kenapa masalahnya jadi gede gini?” Dira mengulang perkataan Rey barusan.

“Sebenernya masalah kamu apa?” tanya Rey dengan tatapan tajam.

“Kalo kamu kasih tau aku dari awal, kan, aku nggak perlu repot-repot nungguin kamu pulang bareng bang Raka,” ucap Dira. “Atau kalo kamu jelasin dari awal juga aku nggak perlu repot-repot khawatir atau bahkan mikirin kamu di luar ada urusan mendesak apa, sama siapa, cewek mana, atau apa yang kamu lakuin sama mantan kamu, sampe-sampe kamu nggak bisa ngasih tau aku dulu.”

Rey terdiam setelah mendengar perkataan Dira barusan. Tak lama kemudian, cowok itu membuka suara, “Oh, kamu pikir aku diluar cuma macem-macem sama cewek?”

Dira mengalihkan pandangannya dari Rey. Cewek itu lalu meneguk salivanya dengan susah payah. 

“Iya, maaf. Aku salah karna nggak ngabarin kamu langsung. Maaf karna udah bikin kamu repot buat nungguin dan ngekhawatirin aku. Tapi, kamu nggak berhak nuduh aku macem-macem sama cewek lain, apalagi sama mantan aku sendiri,” ucap Rey.

Dira menoleh ke arah Rey. “Emang beneran kamu nggak ada ketemu sama mantan kamu?”

Rey menghela nafas sejenak. “Iya, aku emang ada ketemu sama Reni. Tapi-”

Dira menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tipis. Cewek itu lalu berkata, “Masih bilang aku cuma nuduh?”

“Aku cuma ketemu, bukan berarti aku punya hubungan macem-macem sama dia.”

Dira lagi-lagi mengalihkan pandangannya dari sang suami. Cewek itu diam sembari menahan tangisnya.

Rey mengalihkan pandangannya sembari menghela nafas dengan kasar. “Abis ini terserah kamu mau mikirin apa. Itu hak kamu.” Setelah mengucapkannya, cowok itu kemudian beranjak dari duduknya dan meninggalkan Dira sendirian.

Tak lama setelah Rey pergi, Raya segera melangkah dengan cepat mendekati Dira. Cewek itu duduk disebelah Dira sembari mengusap punggung sang adik ipar. “Dira,” ucapnya dengan pelan.

“Ka Raya, hiks.. Dira takut,” ucap Dira, air matanya seketika mengalir dengan begitu deras dipipinya.

Raya lalu memeluk tubuh Dira sembari masih mengusap lembut punggung Dira. “Udah, gapapa, Dira.”

-



Saat pukul empat sore, Dira dan Rey pulang ke rumah mereka. Setelah memarkir mobil di garasi, Rey segera keluar tanpa berkata apapun kepada Dira.

Dira menghela nafas sejenak lalu keluar dari mobil. Cewek itu lagi-lagi menahan tangis. “Gapapa, Dir. Lo ga boleh nangis lagi,” gumamnya pada dirinya sendiri. Setelah itu ia mulai melangkahkan kakinya memasuki rumah.

Saat hendak menaiki tangga menuju kamar, Dira tanpa sengaja melihat Rey yang saat ini berada didapur sembari merebus air dikompor. Cewek itu menghentikan langkahnya.

“Mau masak mi?” gumam Dira dengan dua alis yang kini terangkat. “Samperin, nggak, ya,” lanjutnya sembari berpikir.

“Tapi, gue gengsi.”

Tak lama kemudian Dira mulai melangkahkan kakinya dengan cepat menuju dapur. Ia lalu menghentikan langkahnya saat berada didekat Rey yang kini tengah berdiri didekat kompor sembari menatap air yang ia rebus tanpa berkedip.

“Pak Rey?” panggil Dira dengan pelan.

Tak ada jawaban.

Dira segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. ‘Anjrit, gue di cuekin,’ – batinnya. 

Saat air-nya mendidih, Dira kembali menoleh ke arah Rey. Ia menatap sang suami dengan perasaan bingung, suami-nya ini menunggu air-nya gosong atau bagaimana?

“Ehm, nungguin apalagi, Pak?”

Rey mengedipkan matanya satu kali. Cowok itu lalu melirik ke arah Dira. “Nunggu air-nya mendidih,” ucapnya dengan nada dingin.

Dira mengerutkan dahinya. Cewek itu lalu menunjuk air yang direbus oleh Rey “Lah, itu? Kan, udah mendidih.”

Rey mengikuti arah tunjuk sang istri. Ia mengerutkan dahinya sejenak, lalu mengangguk tanpa berkata apapun.

Ngelem apa gimana, sih?” gumam Dira.

Rey segera mengambil dua bungkus mi instan dan membukanya. Sembari memasukkan mi ke dalam panci, Rey bertanya kepada Dira, “Kamu ngapain disini?”

“Liat kamu masak mi,” jawab Dira.

Rey lagi-lagi melirik sekilas ke arah Dira. “Kurang kerjaan,” gumamnya.

Dira mengangguk. “Sekalian mau minta nomor sekretaris kamu,” ucapnya.

Rey hanya diam, tak berniat menanggapi perkataan Dira barusan.

“Mana hp kamu? Biar aku cari sendiri nomornya,” ucap Dira dan lagi-lagi tak ditanggapi oleh sang suami.

Dira menatap Rey dengan tajam. “Saya ada urusan, loh, sama sekretaris bapak.”

Rey menoleh ke arah Dira dengan satu alis yang naik. “Apa?”

“Saya perlu nomor sekretaris Pak Rey, karna saya ada urusan sama dia. Jadi, saya boleh minta nomornya sekarang?”

“Nggak,” ucap Rey singkat. Cowok itu lalu mengalihkan pandangannya dari sang istri.

Dira menghela nafasnya. “Pelit,” ucapnya sembari menahan kesal. Ia lalu melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan Rey di dapur.


-



08120000xxxx
Online


Halo, bu Dira. Saya Yerin.
Kata Pak Rey, bu Dira nyari saya. Ada apa ya, bu?



To be continued..

GIMANA PART INI?!

SERU?

SEDIH?

BIKIN PENASARAN?

Ada saran untuk nextpart? Silahkan komen disiniii, terimakasih❣️

SPAM KOMEN NEXT DISINIIII!👉

SPAM KOMEN UP DS2 DISINIIII!👉

See u!

Senin, 20 Desember 2021.

DOSENKU SUAMIKU 2 [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang