Bastard Obsession

By penulis12

910K 61.4K 13.3K

[Sekuel The Angel of death]-#1 Martinez Series Highest Rank: #1 in billionaire [06-02-2022] Warning: cerita i... More

Prolouge
Bastard Obsession| 01
Bastard Obsession | 02
Bastard Obsession | 03
Bastard Obsession | 04
Bastard Obsession | 05
Bastard Obsession| 06
Bastard Obsession| 07
Bastard Obsession | 08
Bastard Obsession | 09
Bastard Obsession | 10
Bastard Obsession | 11
Bastard Obsession | 12
Bastard Obsession | 13
Bastard Obsession | 14
Bastard Obsession | 15
Bastard Obsession | 16
Bastard Obsession | 17
Bastard Obsession | 18
Bastard Obsession | 19
Bastard Obsession | 20
Bastard Obsession | 21
Bastard Obsession | 22
Bastard Obsession | 23
Bastard Obsession | 24
Bastard Obsession | 25
Bastard Obsession | 26
Bastard Obsession | 27
Bastard Obsession | 28
Bastard Obsession | 29
Bastard Obsession | 30
Bastard Obsession | 31
Bastard Obsession | 32
Bastard Obsession | 33
Bastard Obsession | 34
Bastard Obsession | 36
Bastard Obsession | 37
Bastard Obsession | 38
Bastard Obsession | 39
Bastard Obsession | 40
Bastard Obsession | 41
Bastard Obsession | 42
Bastard Obsession | 43
Bastard Obsession | 44
Bastard Obsession | 45
Bastard Obsession | 46
Bastard Obssesion | 47
Bastard Obsession | 48
Bastard Obsession | 49
Bastard Obsession | 50
Bastard Obsession | 51
Bastard Obsession | 52

Bastard Obsession | 35

10.4K 902 97
By penulis12

Alicia hanya bisa diam saat Lionel menarik tangan nya keluar dari pesta, matanya sempat melirik Kenzie yang menatap kepergian mereka dengan wajah mengeras marah. Alicia tahu betul ekspresi wajah itu, kemarahan yang sedang di rasakan pria itu bukan karena dirinya, atau bahkan rasa cemburu yang sangat ia harapkan melainkan kemarahan saat harga diri Kenzie terasa jatuh dan ketika sesuatu yang pria itu inginkan tidak bisa dia dapat kan.

Selama ia hidup di tempat ini Alicia hanya bisa melihat Kenzie, bagaimana ketika pria itu merasa marah ataupun senang. Dan berbagai ekspresi lainnya yang bisa langsung Alicia tangkap, begitu pula dengan saat ini.

Tapi mengetahui itu semua membuat Alicia hanya bisa tersenyum miris karena merasa hidupnya sangat menyedihkan. Bahkan ketika nyonya Alexa mengumumkan nya sebagai putri angkat nya, itu tidak mengubah apapun, tatapan Kenzie padanya masih sama.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Lionel memecahkan lamunannya.

"Aku baik baik saja," jawab Alicia tersenyum kecil.

Lionel menghela nafas panjang mengetahui bahwa gadis di depannya sedang berbohong.

"Apa kau khawatir padanya?" Tanya Lionel seolah tidak habis pikir.

Alicia menggeleng kuat berusaha mengelak. "Tidak,"

"Katakan saja yang sejujurnya Alicia, kau tidak berfikir dua kali dan langsung berjalan ke arah Kenzie saat pria itu menyuruh mu." Ucap Lionel terdengar sinis.

"Aku...hanya terkejut." Bisik Alicia menunduk kan wajahnya.

Lionel menatap Alicia dalam. "Apa kau tahu, aku justru jadi berfikir bahwa ini semua bukan salah Kenzie. Kau sendiri yang menempatkan diri mu di posisi terendah hingga pria itu bisa memperlakukan mu seperti sampah."

Alicia mengangkat kepalanya tidak percaya, merasa perkataan pria itu sedikit menyakiti perasaan nya.

"Aku tidak begitu," balas Alicia tidak suka.

Lionel mengangkat sebelah alisnya menilai. "Kalau begitu jawab aku, apa kau pernah sekali saja menolak nya? Apa kau pernah membela diri mu sendiri untuk tidak di perlukan rendah seperti itu?"

Mulut Alicia terbuka siap menjawab tapi di detik berikutnya ia hanya bisa terdiam kaku seolah ada sesuatu yang mencekik tenggorokan nya.

Lionel mengangguk mengerti. "Sudah ku duga, tidak pernah bukan. Kau selalu menuruti perkataan nya sekalipun Kenzie menyuruh mu loncat ke jurang pun aku yakin kau akan menuruti nya Alicia, karena itu dia akan selalu memperlakukan mu seperti ini tidak peduli jika status sosial mu berubah." Ucap Lionel terasa menusuk.

Alicia memalingkan wajahnya menatap taman belakang enggan menatap mata Lionel, tangannya mengusap kasar pipinya yang sudah basah oleh air mata, ia menutup rapat mulutnya tidak berusaha walaupun ia merasa ingin berteriak.

Lionel menghela nafas kecil, mengusap bahu Alicia lembut. "Aku minta maaf, aku hanya tidak suka saat dia memperlakukan mu seperti itu."

Alicia berbalik menarik nafas dalam-dalam lalu tersenyum tipis. "Tidak apa, aku justru harus berterima kasih pada mu karena menarik ku keluar dari sana, karena kalo tidak mungkin aku akan berakhir di kamar Kenzie, membiarkan dia menyiksa ku, lagi." Alicia mengangkat bahunya miris.

Lionel mengusap puncak kepala Alicia lembut. "Belajar lah untuk menjadi kuat di dunia yang kejam seperti ini."

Alicia mengangguk kecil membalas perkataan Lionel.

"Seperti nya kau harus pulang bukan,"

Lionel mengangguk, pestanya telah di bubar kan dan tidak sesuai dengan yang telah di rencanakan, jadi ia harus pergi karena ia tidak memiliki alasan lain untuk menetap.

Dan lagi sekarang ia mulai mengkhawatirkan seseorang yang seperti nya sedang menangis di suatu tempat.

"Kau benar, aku harus pergi."

"Sebelum di usir tentu nya," lanjut Lionel mengangkat bahunya acuh membuat Alicia tertawa kecil.

"Kau bisa menjaga diri mu kan?" Lionel tahu itu merupakan salah satu pertanyaannya bodoh, tapi hanya itu yang bisa ia katakan untuk saat ini.

"Aku akan berusaha, tenang saja." Balas Alicia mengangguk kecil.

Lionel mengucapkan beberapa salam perpisahan sebelum pria itu bergerak pergi menuju pintu utama.

Alicia menatap punggung Lionel untuk beberapa saat lalu berbalik berjalan kedalam mansion, ia harus mengganti pakaiannya dan beristirahat. Tangan Alicia mengangkat ujung gaunnya yang terasa mengganggu hingga matanya sibuk menata langkah nya hingga tidak menyadarinya bahwa ia telah menabrak seseorang tanpa sengaja.

Yang pertama kali matanya tangkap adalah ujung sepatu yang tampak mengkilat.

Seorang pria.

"Maaf tuan," ucap Alicia spontan merendahkan bahunya lalu menatap pria di depannya.

Alicia tersenyum kecil berusaha menghapus rasa canggung saat pria paruh baya di depannya tidak merespon sama sekali dan hanya diam menatap nya dalam.

"Tuan, maaf apa anda baik-baik saja?" Tanya Alicia berhasil membuat sepasang mata abu itu mengerjap.

"Maaf," ucap pria itu memalingkan wajahnya kaku.

Alicia mengangguk kecil, kembali memberi salam hormat lalu berniat kembali berjalan tapi pria itu kembali memanggil nya membuat Alicia berbalik dengan wajah bingung.

"Iya?" Gumam Alicia menunggu pria itu mengatakan sesuatu.

"Kau... Alicia bukan."

Alicia mengerjapkan matanya bingung. "Benar, tuan."

"Apa kau mengenalku?" Tanyanya membuat dahi Alicia mengerut bingung.

Tunggu, apa ia mengenal pria di depannya? Seperti nya ia pernah melihat nya di suatu tempat.

Mata Alicia membulat saat mengingatnya. Dia salah satu orang yang duduk saat jamuan makan malam saat ia sakit, tatapan dingin nya masih ia ingat walau tidak jelas karena saat itu Alicia hanya melihat nya sekilas.

Jika ia benar, itu tandanya pria ini adalah Eros Robertson, ayah Helen. Gadis yang menjadi tunangan Kenzie.

"Ah tentu saja Mr. Robertson, maaf aku sempat tidak mengenali anda."

Eros tersenyum kecil melihat wajah gadis di depannya yang sedikit memerah, mata Eros menatap dalam pada Alicia. Setiap gerakan yang di lakukan gadis itu tidak lepas dari matanya, bagaimana cara dia menyelipkan helai rambut ke belakang telinga nya dan bagaimana gadis itu tersenyum canggung menatap nya.

Semua itu membuat nya merasa melihat seseorang yang selalu memenuhi pikiran nya.

"Bisakah kau menemaniku berkeliling taman?"

Alicia terdiam bingung, rasanya ia ingin sekali menolak nya apalagi ia merasa aneh dengan situasi ini. Entah pikiran dari mana tapi apakah pria di depan nya ini menyukai nya? Oh tentu saja ia pasti sudah gila karena memiliki pikiran seperti itu pada tuan Eros yang mungkin sudah menginjak angka lima puluh tahun.

"Tentu, tuan. Silahkan." Alicia berjalan menuju tangga kecil yang mengarah ke taman utama di Mansion.

Puluhan lampu menyala indah seperti bintang yang menerangi malam.

"Kau sangat cantik Alicia," ucap Eros membuat Alicia mengerjapkan matanya.

"Te-terimakasih tuan," balas Alicia ragu, rasanya aga sedikit aneh mendapatkan pujian dari ayah Helen yang biasanya hanya diam di setiap acara.

Walaupun Alicia tidak terlalu memperhatikan tapi ia tahu bahwa pria itu tidak banyak bicara.

"Apa kau tahu? Saat pertama kali melihat mu di pesta tadi entah kenapa wajah mu mengingat saya pada wanita yang pernah saya cintai dulu." Ucap Eros terdengar sedih.

"Dia wanita yang cantik dan baik hati. Kecantikan nya seperti bunga yang bermekaran saat musim semi, begitu indah."

Ujung mata Alicia menatap wajah pria paruh baya di sebelah nya, tuan Eros sempat tersenyum tulus dengan mata menatap langit malam.

"Dia pasti sangat cantik seperti yang anda bilang tuan."

Eros mengangguk. "Sangat," bisiknya lirih.

"Sama seperti mu," lanjut nya.

Alicia menggeleng kan wajahnya. "Itu tidak benar, wanita yang tuan bicarakan pasti lebih cantik dari saya."

Eros tersenyum menanggapi perkataan.

"Seperti nya Alexa mengangkat mu sebagai anaknya karena kecantikan mu," ucap Eros sambil mengambil tempat duduk di bangku taman yang mengarah pada ratusan mawar merah yang bermekaran di depan sana.

Alicia ikut mendudukkan dirinya di sebelah tuan Eros.

"Aku tidak yakin akan hal itu," jawab Alicia.

Alis Eros terangkat menilai. "Kenapa?'

"Karena nyonya Alexa memiliki putri yang jauh lebih cantik dari ku, bahkan saat aku kecil aku tidak secantik itu."

Eros mengerut kan dahi nya bingung. "Kecil?" Tanya nya tidak mengerti.

"Kau tumbuh di sini?"

Alicia mengangguk.  "Saya datang ke tempat ini sejak saya kecil,"

Eros terdiam sejenak.

"Kau datang ke tempat ini dengan siapa?"

"Dengan bibi saya," jawab Alicia.

Eros menggeser posisinya menatap mata Alicia serius seolah pria itu ingin mencari sesuatu dalam matanya.

"Lalu orang tua mu?" Tanya Eros penuh harap.

Alicia menautkan ujung tangan nya ragu, matanya sempat turun menatap ujung dresnya tapi kembali terangkat dengan senyum kecil.

"Kedua orang tua saya sudah meninggal sejak saya kecil tuan."

****

Lionel membanting pintu mobil dan berjalan memasuki mansion dengan cepat,  menatap pelayan yang berdiri menyambut nya dengan wajah memucat.

"Dimana?" Tanya Lionel.

"Nona ada di ruang musik tuan," jawab pelayan itu sopan.

Lionel yang mendengar itu langsung bergegas berjalan menuju lantai dua, berbelok ke arah kiri dan mendorong pintu berwarna putih di depan nya.

Nafasnya tertahan saat melihat semua barang barang di sana sudah hancur berantakan, beberapa pecahan kaca juga tersebar di lantai dengan bercak darah.

Isak tangis Helen terdengar di balik piano, gadis itu menekuk lututnya dengan mata memerah dan bibir bergetar menahan tangisnya.

"Helen.." panggil Lionel lembut membuat gadis itu mengangkat wajahnya yang berantakan.

"Lionel..." Lirih Helen sesak lalu di detik berikutnya tangis gadis itu kembali pecah di pelukan Lionel.

"Hiks...per-pertunangan ku...hiks...rusak...hiks," Helen meremas kuat jemarinya merasa terpukul saat melihat laki-laki yang ia cintai meninggalkan nya di dan berjalan ke gadis lain di depan semua orang.

Lionel mengusap lembut kepala Helen berusaha menenangkan gadis itu walau badannya terus bergetar hebat dan jerit tangis nya semakin terdengar di seluruh ruangan.

"Jangan menangisi pria brengsek seperti dia." Ucap Lionel dingin, tangannya mengepal kuat karena merasa dua gadis yang ia sayangi sedang hancur di waktu yang bersamaan karena satu pria brengsek, Kenzie.

Helen mengangkat wajahnya menatap mata Lionel. "Tidak... hiks... Kenzie tidak salah...hiks...itu semua karena jalang itu!" Teriak Helen kesal.

Lionel mengembuskan napas nya kesal saat tahu siapa gadis yang di panggil Helen dengan sebutan jalang itu. "Dia tidak salah Helen," ucap Lionel dingin.

Helen mengepal kan tangannya kuat. "KENAPA KAU MALAH MEMBELA NYA?!" Teriak Helen dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.

Lionel memejamkan matanya sejenak, ia tidak boleh terbawa emosi, Helen sudah seperti adik kandung nya sendiri ia tidak mau menyakiti perasaan nya.

"Aku tidak membela nya Helen, maaf jika aku menyakiti perasaan mu sayang." Lionel kembali membawa Helen kedalam pelukannya nya membiarkan gadis itu mencurahkan segala rasa sakitnya di sana hingga tangisnya mulai berhenti dan nafasnya mulai teratur.

Gadis itu tertidur.

"Aku membencinya..." Racau Helen dalam tidurnya.

Lionel menghela nafas, menggendong Helen dalam pelukannya dan berjalan keluar menunjuk kamar di ujung lorong.

Ia membaringkan tubuh Helen di atas kasur, menarik selimut hingga ke dada dan mengecup puncak kepala gadis itu.

"Maaf jika nanti aku akan melukai perasaan mu dengan mencintai Alicia." Bisik Lionel halus lalu berjalan keluar kamar.

Sebelum itu ia mematikan lampu dan menutup pintu dengan pelan.

Hanya beberapa detik setelah itu air mata itu kembali mengalir di pipi Helen, mata itu terbuka dan bibirnya bergetar kuat.













To be continued
----------------------

Terimakasih sudah berkunjung, jangan lupa vote and comment yaa.

Instagram: @aurajuliana__

Next? Comment.

Thank you.
Salam penulis12

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 76.8K 35
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
2.3M 28K 28
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
3.1M 211K 60
CERITA MURNI HASIL PEMIKIRAN SENDIRI GAES ‼️‼️⚠️ KALO ADA KESAMAAN YA MBOH Mungkin akan banyak typo, salah nulis nama atau semacamnya jadi kalo mau t...
3.2M 230K 29
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...