Pengantin Iblis

By Miss_Kha11

217K 13.9K 483

"Kau telah terikat dengannya, Alana." Malam itu burung gagak membawa kabar buruk yang akan menghancurkan selu... More

P r o l o g
S a t u
D u a
T i g a
E m p a t
L i m a
E n a m
T u j u h
D e l a p a n
S e m b i l a n
S e p u l u h
S e b e l a s
D u a b e l a s
T i g a B e l a s
E m p a t B e l a s
L i m a B e l a s
E n a m B e l a s.
T u j u h B e l a s
D e l a p a n B e l a s (18+)
S e m b i l a n B e l a s
D u a P u l u h
D u a P u l u h D u a
D u a P u l u h T i ga
D u a P u l u h E m p a t
D u a P u l u h L i m a
D u a P u l u h E n a m
D u a P u l u h T u j u h
D u a P u l u h D e l a p a n.
D u a P u l u h S e m b i l a n
T i g a P u l u h
T i g a P u l u h S a t u
T i g a P u l u h D u a
T i g a P u l u h T i g a
T i g a P u l u h E m p a t
T i g a P u l u h L i m a
T i g a P u l u h E n a m
T i g a P u l u h T u j u h
T i g a P u l u h D e l a p a n
T i g a P u l u h S e m b i l a n
E m p a t P u l u h
E m p a t P u l u h S a t u
E m p a t P u l u h T i g a

D u a P u l u h S a t u

4.6K 326 3
By Miss_Kha11

"Non, Alana mau ngapain ke gudang? Tadi malam soalnya mbok denger ada suara orang nangis dari dalam gudang."

Baru saja aku akan memutar knop pintu tetapi kuurungkan kembali saat mendengar suara dari mbok Ijah. Annaliese memang masih menahan hantu Indira di dalam gudang, tetapi mengapa mbok Ijah bisa sampai mendengar tangisan yang kuyakin adalah suara dari hantu Indira.

"Suara tangisannya lama?"

Mbok Ijah menganggukki ucapanku, "Agak lama Non, tapi suaranya jelas banget dari dalam gudang. Mbok mah nggak berani mau lihat ke dalam."

Mungkin saja mbok Ijah ini memang sedikit sensitif atau hantu Indira memang ingin memperlihatkan tangisnya. Entahlah aku juga tidak tahu, hanya dua itulah prasangkaku.

"Alana!"

Panggilan itu mengalihkan perhatinku, kulihat bunda yang baru saja pulang, masih lengkap dengan jas dokternya. Bunda mengajakku untuk duduk di sofa, semoga saja bunda sudah mendapatkan banyak informasi.

"Bunda udah dapat informasi?"

Bunda mengangguk, "Dokter yang kamu gambar ini namanya dokter Reno Adrian, dia seorang dokter umum. Reputasinya cukup baik, cuma memang dokter Reno jarang bergaul. Sekarang ini dokter Reno baru bertugas ke luar kota dan baru akan kembali besok lusa."

"Dia jahat banget Bun, dia harus dapat balasan yang setimpal."

Bunda ikut mengangguk, membenarkan ucapanku.

"Bun kalau menyelinap masuk ke sana susah nggak sih?"

"Kamu beneran mau nyelidikin? Masalahnya ini bisa saja berbahaya."

Sebelum melaporkan ke polisi tentu aku membutuhkan barang bukti, jika tanpa barang bukti yang ada aku yang dikenai pasal karena sebuah tuduhan palsu. Namun, mencari bukti tidaklah semudah itu, di rumah sakit penuh dengan CCTV dan penjaga, tidak bisa keluar masuk sembarangan ke ruangan dokter jika tidak ingin mendapatkan masalah.

Tunggu dulu, jika tidak salah Ale mengatakan Indira dibawa dokter itu sehingga sekarang kemungkinan dalam pencarian orang hilang. Kalau kejadiannya seperti itu maka CCTV di sekitar ruang rawat Indira tidak berfungsi atau malahan tidak ada CCTV.

"Ada nggak Bun, bagian rumah sakit yang nggak ada CCTV-nya?"

"Setiap bagian ada, hanya saja kalau tidak salah ada 4 CCTV rusak dan belum sempat diganti oleh pihak rumah sakit."

"Kalau begitu Alana bisa menyelidikinya, Bun."

"Besok Bunda bantu awasin, tapi kamu harus hati-hati ya."

"Gimana kalau sekarang aja, kan bunda bisa gitu masuk ke sana lagi, terus bunda bawa Alana kesana."

Bunda adalah seorang dokter yang bekerja disana, jika masuk ke rumah sakit malam hari seperti ini pun tentu tidak akan akan dicurigai oleh security dan tetap akan dipersilahkan masuk. Berbeda jika misal orang luar, tentu saja tidak akan diijinkan masuk, karena jam jenguk itu memiliki batasan waktu.

"Udah malam, rumah sakit tuh serem banget kalau malam."

"Tapi Bun justru malam itu waktu terbaik untuk menyelidiki karena sudah tidak banyak orang, Alana cuma perlu ke sebuah tempat yang CCTV-nya mati."

"Kamu nggak takut Alana, kamu kan bisa lihat mereka, nanti kalau kamu di apa-apa in gimana?"

"Enggak Bun, mereka nggak mungkin jahat karena niat Alana juga nggak jahat. Kalau Alana berniat yang tidak-tidak, barulah mereka bisa jahat balik."

"Kamu yakin mau kesana sekarang?"

"Yakin banget, Bun."

***

Suasana mencekam kini kurasakan, di lorong bagian belakang ini begitu sepi, berisi jajaran kamar kosong tanpa pasien sehingga lampu di bagian ini dimatikan secara total. Kata bunda ini salah satu tempat yang CCTV-nya rusak, bangsal-bangsal ini hanya akan diisi jika ruangan lainnya penuh, sehingga jarang terjamah.

Untuk mahluk lain, sepanjang jalan aku sudah bertemu beberapa, mulai dari yang menyeramkan hingga yang membuatku bertanya-tanya. Seperti sosok seorang wanita di depanku saat ini, tangan dan kakinya di rantai dengan rantai yang besar, seluruh wajahnya tertutup oleh rambut kusut. Aku ingin berbicara dengannya tetapi segera ku urungkan, takut saja jika ternyata dia memiliki energi negatif. Tidak seperti Ale yang bisa berkomunikasi dengan lancar dan tahu banyak hal, aku merasakan energi negatif atau positif dari seorang sosok saja masih belum bisa.

Aku kembali melangkahkan kakiku, berbekal sorot senter ponsel sebagai penerangan. Aku memang masuk sendiri karena bunda berjaga di depan dan tidak bersedia ikut masuk. Ya aku tahu bunda itu memang penakut.

Aku terhenti di sebuah kamar rawat yang tidak asing, melalui kaca jendela itu aku melihat jika itu adalah kamar yang sama persis dengan kamar tempat Indira di rawat, baik penataan ranjang atau semua furniturnya, itu memang kamar Indira waktu itu. Aku mencoba memutar knop pintu tetapi nihil, pintu itu terkunci. Tidak masalah karena sepertinya kamar itu sudah dibersihkan dan tidak ada barang bukti yang tersisa disana.

"Terus cari bukti dimana?"

"Kakak mencari apa?"

Aku melihat anak kecil yang kemarin di ruangan bunda tengah berdiri di sampingku, kata Ale kan dia tersesat, dengan bantuan doa dan energi positif ia bisa kembali. Tetapi hari ini ia masih berada disini.

"Kamu tahu seorang dokter yang pernah bunuh orang di ruangan ini?"

Hantu kecil itu mengangguk, "Dia sudah membunuh tiga orang."

Bukan main, ternyata dokter Reno itu memiliki jiwa psycho. Kalau tidak salah dalam ilmu medis psycho itu adalah sebuah gangguan jiwa yang mempengaruh emosi seseorang sehingga ia memiliki rasa kepuasan saat melihat orang lain tersiksa. Memang sangat menyeramkan, membunuh manusia tidak bersalah hanya untuk kepuasannya sendiri.

Membunuh seseorang seperti itu pasti setelahnya ia akan menghilangkan barang bukti, lalu pasien akan di anggap sebagai orang hilang. Kabar itu tidak mudah menyebar ke luar karena tentu saja pihak rumah sakit akan menutup itu rapat-rapat, jika sampai kabar menyebar tentang hilangnya pasien di rumah sakit, tentu akan mengundang banyak sekali kritikan dari publik.

"Lalu kamu tahu juga apa tidak mayatnya di buang kemana?"

Anak itu menggeleng, "Ikuti aku Kak."

Aku mengangguk dan mengikuti anak kecil itu, dia mengajakku berjalan menelusuri lorong.

"Siapa namamu?"

"Aku tidak ingat kak, aku sudah lama disini. Sebelum kemarin kakak berdua datang aku bahkan tidak bisa berbicara seleluasa ini."

Mungkin itu Ale yang kemarin menolongnya, aku ingat dengan jelas kalau saat itu mereka berkomunikasi melalui tatapan mata saja.

"Di dalam sini Kak."

Dia berhenti di ruangan dokter Reno, memang ruangan ini masih di bagian belakang. Sekarang masalahnya adalah ruangan ini terkunci rapat, tentu saja karena dokter Reno tidak ada di ruangan.

"Kunci cadangan ada di bawah pot bunga," ucap hantu kecil itu.

Entah sebuah keberuntungan atau apa, mungkin saja dokter Reno itu orangnya pelupa sehingga kunci cadangan ruangan saja ia sembunyikan di pot bunga. Aku beranjak mengangkat pot bunga di sudut, memang benar ada sebuah kunci yang terlihat kotor karena tanah dari bunga.

Aku membuka pintu dengan kunci di tanganku, bau menyengat langsung menyeruak, campuran anatara bau formalin, pewangi dan bau busuk bersatu padu membuat aroma yang sangat memuakkan. Bagaimana bisa ruangan dokter memiliki aroma super aneh seperti ini.

Pandangan mataku berpendar, berusaha memindai barang yang sekiranya mencurigakan, aku membuka lemari satu persatu dan begitu terkejut melihat stoples kaca yang berisi gumpalan daging atau apa itu, ia sebesar kepalan tangan dan diawetkan dengan cairan putih. Tanganku langsung bergetar, apakah itu janin milik Indira? Perut Indira waktu itu sudah sedikit membesar, mungkinkah tebakanku benar?

"Mayatnya ada di pendingin, dua mayat masih disana yang satu sudah berhasil dibawa keluar."

Aku mengangguk, segera memotret stoples berisi janin itu. Ini saja sudah cukup menjadi bukti kejahatan dokter, karena aku pasti tidak akan sanggup untuk melihat mayat yang ada di pendingin. Setelahnya aku buru-buru keluar dan mengunci ruangan tetapi kali ini aku membawa serta kunci.

"Terima kasih kamu sudah sangat membantu," ucapku tulus.

Tanpa hantu anak kecil ini tentu aku tidak akan mendapatkan apapun, dia yang tahu banyak hal dan menuntunku untuk mengetahui semuanya.

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Dont forget to click the vote button!

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^

And, see you.

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 118K 32
Lelah melawan penyakit selama bertahun-tahun, Bella berdoa kepada Tuhan untuk segera mencabut nyawanya dan diberikan kehidupan baru yang lebih baik...
518K 27.6K 40
Sequel The Destiny Rheva Nadira Alva Black. Dia adalah gadis cantik dengan mata hijau dan rambut pirang gelap yang menawan. Dia selalu berpenampilan...
53.3K 5.9K 34
"Aku bersumpah atas nama Poseidon, anak mu akan menjadi sama seperti ku !!!" Ucap nya penuh dengan amarah dan seketika Gelombang laut tinggi di serta...
544K 41.1K 40
Lalita seorang werewolf tangguh yang di anugrahi serigala putih dalam legenda yang akan menyelamatkan dunia dari kehancuran. Beban berat yang ia paks...