[END] Dramione-The Other Side...

Galing kay Poppytata

264K 23.7K 2K

Tahun ketujuh yang dikira Hermione hanya akan terisi dengan pencarian Horcrux ternyata salah. Banyak hal terj... Higit pa

Chapter 1: His Name
Chapter 2: Manor
Chapter 3: Everyone Desire
Chapter 4: Traitors
Chapter 5: Suicide
Chapter 6: Broken Plan
Chapter 7: Prove
Chapter 9: Wound
Chapter 10: Room of Requirement (+)
Chapter 11: Let The War Begin
Chapter 12: Killed
Chapter 13: Biggest Sacrifice
Chapter 14: The Proposal
Chapter 15: Overprotective Daddy
Chapter 16: Sealed Memory
Chapter 17: Daddy's Girl
Chapter 18: Biggest Publication (+)
Chapter 19: I'll give you home
Chapter 20: Preparing
Chapter 21: When Malfoy's tryin
Chapter 22: Twin Sibling
Chapter 23: Amanda Shane
Chapter 24: Diagon Alley
Chapter 25: Sorting Hat
Chapter 26: Catch the Olio Stars
Chapter 27: Holding Something Invinsible
Chapter 28: Vanishing the Fog
Chapter 29: Story About Ben
Chapter 30: Undeniable Scar
Chapter 31: Regret Always Comes Late
Chapter 32 (End)

Chapter 8: This is not Hogwarts!

9.1K 927 111
Galing kay Poppytata

Chapter 8 ^^

Selamat Membaca

***

Draco berjalan lurus ke arah kamarnya dengan ekspresi yang tak terbaca. Saat ini dia tidak begitu yakin dengan semua yang dia rasakan.

Semua terasa aneh dan gamang. Mercerna apa yang terjadi saja rasanya begitu sulit. Hanya mempercayakan dirinya pada takdirlah yang bisa ia lakukan sekarang ini.

Begitu ia tiba di kamarnya, dia bingung mendapati kamar itu kosong tanpa Hermione di dalamnya. Jadi, ia memutuskan untuk berkeliling mencari gadis itu.

'Dasar merepotkan' pikirnya.

Pintu demi pintu ia buka namun dia masih tidak menemukan Hermione.

"Hmph!!!"

Langkahnya terhenti ketika ada suara tertahan seseorang dari balik pintu yang baru saja ia lewati.

Dengan kening yang berkerut ia menarik kenop pintu kayu dengan ukiran rumit itu dan masuk kedalam

Dan mata Draco sukses melebar maksimal tatkala melihat Ben tengah melumat bibir Hermione dengan ganasnya

Dengan tangan yang terkepal erat ia berjalan dan menghampiri mereka. Rahangnya semakin mengeras saja melihat Ben mengelus paksa punggung istrinya yang kini tengah memberontak sia sia itu.

"Brengsek!!" Sebuah bogeman mentah Draco lemparkan untuk sang oknum pemicu kemarahannya itu.

Ben terlempar ke lantai dengan darah segar mengucur dari sudut bibirnya dan menarik Hermione keluar dari ruangan itu.

Sebelum Ben menghilang dari penglihatannya, Hermione menangkap wajah senang Ben yang seakan berkata 'aku menang'

***

Hermione POV

"Brengsek!!"

Aku meringsut menjauh ketika lagi lagi Draco mengumpat kesal sambil memukuli perabotan yang ditempatkan di kamarnya.

Wajahnya sangat merah menandakan dia sangat marah sekarang. Bloody Hell, sebenarnya dia cemburu atau apa sih. Aku sungguh tidak mengerti dengan jalan pikirannya.

Aku berjalan ke hadapannya kemudian menangkup wajahnya dengan telapak tanganku

"Bisakah kau berhenti?" Tanyaku sambil melihat tepat di manik matanya

Kemarahan di matanya menghilang seketika dan sedetik kemudian dia memalingkan wajahnya dariku

"Aku tidak senang seseorang menyentuh milikku itu saja. Dan tolong jaga kelakuanmu, Granger" sahutnya dingin.

Dan siapa yg dia panggil Granger?! Dasar sialan, dia memang tolol dan tidak punya otak.

"Maaf siapa yang kau maksud dengan Granger? Sekarang nama belakangku adalah Malfoy"

Aku membalas perkataannya dengan suara yang tak kalah dinginnya. Setelah itu yang kutahu hanya dia pergi meninggalkanku lagi disini sendirian.

Setelah menjelang jam makan malam, Draco kembali dengan wajah datarnya. Dasar menyebalkan. Kenapa dia bersikap seolah olah dia marah?!

Harusnya kan aku yang marah! Dia benar benar merusak mood ku. Aku melirik kesal pada orang orang dalam ruangan itu. Sembari berjalan aku hanya melempar senyum kecil kepada Cissy.

Oh tidak. Haruskah si idiot ini tidak duduk di seberang Bellatrix? Melihatnya setiap kali membuatku menggigil ketakutan. Bekas lukaku sudah mengering dan bisa di pastikan akan membekas selamanya. Juga aku muak akan pemandangan rambut lepek Snape di depan batang hidungku.

Kenapa badanku tidak bisa berhenti menggigil?

"Ada masalah Granger? Ahh haruskah sekarang kau kupanggil Mrs. Malfoy?" Tanya Snape.

"Tidak ada apapun, Prof Snape. Aku hanya kedinginan" jawabku bohong. Dan dia hanya mengangguk

"Kau pandai berbohong juga ternyata" bisik Draco sambil menyampirkan mantelnya di bahuku

"Yeah. Berterus terang padanya hanya akan memperburuk keadaan." Balasku membisik.

Lalu makan malam dimulai tanpa ada kata apapun dari Voldemort. Aku sadar aku gila karena mengharapkannya membicarakan strategi perang. Dia tidak terlalu bodoh untuk melakukan itu kan?

Ngomong ngomong bisikan dari Draco tadi adalah kalimat terakhir yang ia katakan padaku sampai pada saat dimana aku dan dia akan kembali ke Hogwarts yang katanya sangat mencekam karena Snape yang menjadi kepala sekolahnya. Para Profesor juga merasa tergangu dengan keadaan ini.

***

Draco POV

Benar benar makan malam yang alot. Tidak ada hal berarti apapun yang terjadi. Lantas Mom malah bertambah takut membayangkan apa rencana Voldemort sebenarnya. Gadis di sebelahku sendiri aku yakin sedang mengkhawatirkan tentang kawan kawannya.

Aku hanya bisa berharap semua dapat cepat berakhir.

"Draco.. Kau dan istrimu bisa kembali ke Hogwarts esok hari" perintah Voldemort.

"Maaf My Lord. Kegiatan belajar mengajar baru akan di laksanakan tiga hari lagi" jawabku.

"Oh itu tak masalah Draco. Kudengar Severus memilih kau dan istrimu untuk menjadi ketua murid? Kau bisa datang lebih cepat untuk mempersiapkan hal itu" balas nya.

Oh man. Benarkan kalau mereka menyebutku the boy who can't choose.

"Terserah" kataku akhirnya. Makan malam pun segera di langsungkan.

Dan singkat saja kami semua tidur lalu terbangun dan tau tau sudah berada di dalam Hogwarts express.

Celotehan bodoh para idiot tak terdengar. Mereka sibuk mengisap jempol mereka di rumah karena takut akan pengajaran di Hogwarts sekarang

Setelah Dumbledore tewas di bunuh Snape akibat kegagalanku, kini Snape mengambil alih seluruhnya. Para Death Eaters berseliweran mengajar di sekolah sihir itu.

Dan Longbottom yang malang. Dia sepertinya terus bermasalah dengan Creever bersaudara. Ckck bahkan baru di dalam kereta dia sudah ditegur karena salah bicara

Sekarang kereta ini tidak jauh berbeda dengan kereta tahanan. Kami semakin panik hari ke hari. Terlihat dari bagaimana isakan Mum bergema semakin kencang di Manor. Aku benci mengakuinya tapi aku rasa.. Aku mulai takut...

Hanya sedikit keraguan. Apalah aku bisa membebaskan Mom dari semua penderitaan ini? Aku benci melihat dia yang biasanya dingin dan tak terbaca menjadi cengeng dan lemah seperti ini.

Tak lama kami sampai di Hogwarts dan aku mulai berjalan ke Asrama ketua murid. Letaknya diseberang menara astronomi. Dingin pastinya, karena letaknya yang tinggi dan terletak di belakang bangunan.

Hal menjengkelkan pertama sudah kutemui sesaat setelah aku sampai.

"Ada apa denganmu?" Tanya Hermione cerewet ketika aku ingin masuk ke kamarnya.

"Tentu saja aku ingin tidur. Tadi aku terbangun terlalu pagi" jawabku

"Maksudku adalah kau punya kamarmu sendiri. Kenapa kau masuk ke kamarku?!" Tanyanya lagi mulai jengkel.

Tanpa banyak bicara kutarik tangannya dan memperlihatkannya kamarku yang diisi berbagai macam kotak.

Jangan salah paham itu bukan dari fans ku. Siapa orang gila yang mau bertukar hadiah dalam situasi genting seperti ini?

"Kotak apa itu?" Tanyanya tak mengerti sekaligus curiga.

"Entahlah. Dan aku tak ingin repot repot mengecek atau memindahkannya." Jawabku cuek lalu melenggang masuk ke kamarnya.

Segera aku bergelung di balik selimut milik Hermione yang menguarkan aroma vanila.

Beberapa saat kemudian dia mulai berbaring di sebelahku. Dengan cepat ia tertidur meninggalkan aku yang masih terjaga.

Aku pusing. Haruskah aku memiliki strategi untuk melawan Dark Lord? Ah lupakan. Biarkan saja Potter yang mengemban tugas itu.

Yang harus aku pikirkan adalah bagaimana caranya agar aku dapat melindungi ibu selama perang berlangsung nantinya. Ya itu satu satunya hal yang terpikirkan olehku. Ah mungkin aku harus melindungi Mr dan Mrs Granger.

Kurasakan pergerakan dari sebelahku. Karena penasaran aku membalikkan badan dan ternyata Hermione yang terus bergerak gerak tak nyaman. Dia memasukkan tangan ke balik kausnya dari belakang dan hei hei sialan sebenarnya apa yang ingin ia lakukan??

Tangannya bergerak gerak di balik punggungnya dan ternyata ia melepas kaitan Bra nya. Setelah itu ia meloloskan tangannya dari tali bra miliknya. Setelah itu ia melepas bra itu sepenuhnya dan melempar bra itu ke wajahku!

Kuulangi sekali lagi KE WAJAHKU!! Hermione sialan. Perempuan idiot. Dan Shit! Jangan kau coba coba berdiri nak!

Oh siksaan lagi. Ada apa sebenarnya dengan dia?!

***

Draco masih bertahan pada posisi nya yang semula. Ia menghadap ke langit langit dengan bra yang masih setia bersarang di keningnya.

Tubuhnya dan sesuatu di bawah sana bertambah tegang tatkala sepasang lengan memeluk tubuhnya dengan sepasang payudara menghimpit lengan kananya.

"And here we go again." Desahnya lelah.

"Oh adik kecil. Bertahanlah di bawah sana oke?"

Draco membawa lengannya untuk merengkuh tubuh Hermione mendekat ke arahnya.

"Sialan, Hermione. Kau menyiksaku setiap malam." Gerutu Draco.

"Engh.." Erang Hermione ditengah tidurnya. Dan tanpa sengaja lutunya menendang kemaluan Draco dengan kerasnya

"Argh!!!!!" Ciloko dua belas. Alamat kehancuran.

"Arghh masa depanku. Ngghh" erang Draco kesakitan. Bahkan pemuda itu hampir saja menangis menahan sakit pada kejantananya. Dan pelakunya? Sudah memunggunginya dan kembali melanjutkan tidurnya.

***

Hermione melepaskan diri dari dekapan erat Draco, mulai membiasakan diri dengan hal ini. Pria itu melilitnya seperti ular.

Dia memutuskan untuk berkeliling keliling sesaat di Hogwarts setelah mandi dibawah guyuran Shower.

Ternyata benar. Hogwarts benar benar telah berubah total sekarang. Koridor yang biasanya diisi keceriaan para muridnya kini sepi mencekam. Ketakutan mengudara dan perasaan tertekan terasa membumi dan menyiksa setiap kali tanah itu mereka pijak.

Hermione berjalan mengendap berhati hati agar tidak berpapasan dengan salah satu Death Eaters.

Ia mengarah ke ruang rekreasi Gryffindor tempat biasa ia, Ron dan Harry berkumpul bersama.

Keadaannya masih sama seperti dulu. Hanya saja kini sama sekali tidak ada kehangatan di dalamnya. Tempat itu gelap dan dingin. Membuat bulu kudukmu berdiri kapan saja.

Hermione terkejut ketika bola kristal yang ditempatkan diatas perapian menyala terang.

"Hermione!"

"Hermione!"

"Harry!" Pekik Hermione ketika ia menyadari bahwa suara yang baru saja memanggilnya adalah Harry

"Hermione kau baik baik saja?!" Tanya Ron

"Ya aku baik. Apa yang rerjadi? Kalian mendapatkan Horcrux nya?!" Tanya Hermione.

"Beberapa hari lagi kami akan pergi ke Hogwarts untuk mencari Horcrux selanjutnya. Kami membawa juga piala yang sudah kami ambik dari vault di Gringgots." jawab Ginny.

Hermione hanya mengangguk mendengarnya.

"Kalian harus hari-hati, tempat ini jadi sarang Death Eaters setelah Draco berhasil menyusupkan mereka semua lewat lemari sialan itu." Ujar Hermione dengan bisikan.

"Hei siapa disana?!"

Hermione terkesiap dan segera memadamkan cahaya pada kristal itu.

Ia pikir berjalan jalan di waktu subuh merupakan hal yang tepat. Ternyata yang terjadi malah yang sebaliknya. Sialnya lagi ia tidak membawa tongkat sihirnya.

Ia bersembunyi di pojok ruangan di balik sebuah lemari kayu dan berharap bahwa siapapun yang bicara tadi tidak bisa menemukannya.

Keringat dingin mulai bercucuran dari pelipisnya dan tangannya mulai berkeringat.

"Gotcha!" Bisik suara itu

Hermione hampir saja memekik keras karena terkejut. Belum lagi Death Eater yang menemukannya memiliki wajah yang cukup menyeramkan.

"Wah wah apa yang sedang nona cantik ini lakukan? Mengendap ngendap di pagi buta eh? Kau butuh teman bermain?" Kata nya menjijikan sambil mengelus pipi Hermione.

Gadis itu meronta ronta ketakutan. Ia tidak punya tenaga yang cukup besar untuk melepaskan diri dari pria itu.

Dan Hermione sendiri semakin takut saat pria itu mulai menyibak rok nya dan mengelus paha mulusnya.

"Brengsek!!" Geram suara lain di ruangan itu yang sukses membuat pria tadi terpental jauh bahkan hingga tak sadarkan diri.

Hermione yang daritadi menangis tanpa suara langsung menghambur kepelukan Draco.

"Dasar bodoh. Kau kemanakan otakmu sampai sampai kau berani berkeliaran sendirian di pagi buta seperti ini?!" Tanya Draco marah. Tapi dia juga merasa lega karena datang tepat waktu.

Tak mendapat respon dari Hermione, Draco baru menyadari bahwa istrinya itu melemas di pelukannya.

"Hoi, sejak kapan kau menjadi lemah seperti ini? Apa sekarang hobimu adalah pingsan?" Oceh Draco. Dan ia menggendong istrinya kembali ke kamar mereka.

Dan hari hari berat akan menyambut mereka keesokan harinya. Membuat mereka semakin lelah merajut asa.

***

Plis feedbacknya. Vomment yaaah.

Makasih untuk kalian yang masih mau bacaa. Wkwkwkwk. Ah aku tak tahu hrs berkata apa lagi.

See u next chap guys.

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

12.3K 1.7K 37
(LENGKAP). AU. Sebuah misi membawa Hermione ke dalam tembok Wiltshire untuk menjalin takdir dengan sang pemburu penyihir, Lord Draco Malfoy. HARRY PO...
251K 16K 73
Ketika sepasang manusia yang terpaksa menikah karena sebuah accident di malam hut sekolah mereka happy reading guys 🍣
1M 84.9K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
22.2K 2.6K 15
Completed | A dramione fic by RavieSnake on AO3 Tidak ada yang tahu bahwa mereka hilang. Tidak ada yang tahu di mana mereka berada. Tidak ada yang ta...