ARCLA ( Arlan& Clara) [END]...

By Dvanra6104

6.4M 298K 6.2K

[FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA MANIEZZZ] Kisah 2 pasangan yang dijodohkan oleh orangtua mereka. Arlando jevin... More

Arlan
Putus
Clara
Bertemu
Sekolah
Mama
Menuju hari H
Sah
Awalan yang??
Kecupan
Terluka
Gadis gila
Arvin?
Khawatir
Terpaksa
Mau?
Baju baru
Balapan
Kecewa?
Perjanjian.
Sakit arlan.
Pindahan
Kamu sakit?
Sekolah baru
Teman Baru
Sorry, Clara.
Perhatian
Hampir
Murid baru, lagi?
Pasar Malam
Lapangan
Candu
1 bulan
Sayang (?)
Bikin yuk?
Dangerous wolf?
Kerumah ibu
berubah?
brengsek
bazar
UGD or KUBURAN?!
UKS
jatuh sakit
hanya milik anna!
jebol
marah
kenapa?
perkara baju
4 bulan??
talak aku
murka
tamparan
batagor
promnight
akhir
pentinggg
Extra part 1?
Extra part 2 [Tamat]
(?)
CERITA BARUWWWW

Dua kulkas (?)

95.1K 5K 44
By Dvanra6104

Selamat membaca 🤗🌺

Sore yang tidak terlalu mendung itu, Arlan sedang menuju rumah guru Arvin. Sebab, istri kecilnya itu merengek terus menerus untuk menjemput bocah 5 tahun. Sungguh rasanya Arlan malas sekali. Namun, ia lebih malas mendengar tangisan Clara. Ingin rasanya menyumpal mulut gadis itu.

Tok tok tok

Dengan wajah datarnya, laki-laki itu mengetuk tiga kali pintu berwarna coklat muda itu. Berkat dari Clara yang mengirimkan lokasi rumah guru Arvin, akhirnya ia sampai juga. Butuh beberapa menit untuk ia sampai.

“SEBENTAR!” Teriakan dari dalam sana membuat Arlan menghela nafasnya.

Cklek

Pintu terbuka muncul lah seorang wanita berhijab yang berumur sekitaran 30-an itu. “Maaf, aden cari siapa?” tanyanya, sebut saja bu Mela.

“Arvin.” Jawaban singkat dari laki-laki itu membuat ibu Mela sedikit bingung.

“Kamu siapa-nya?”

“Saya om-nya.” Mendengar jawaban dari Arlan membuat ibu Mela tidak percaya. Terbukti dari ia menatap Arlan dari atas sampai bawah.

“Maaf, bukan maksud bagaimana. Saya tidak percaya kamu om Arvin.”

Arlan berdecak, sialan guru ini. Apakah dirinya tampang-tampang penipu. “Suruh Arvin, sini.”

Walaupun dengan keadaan bingung, ibu Mela tetap memanggil Arvin didalam.

“OM!” Teriak Arvin sembari berlari, ia merentangkan kedua tangannya bermaksud meminta di peluk oleh Arlan.

Dengan sigap, laki-laki jangkung itu berjongkok dan menerima pelukan Arvin seraya menggendongnya. “Om baik, tante mana?” tanya bocah itu pertama kali.

“Dirumah.”

Arvin hanya mengganguk, ia pun tersenyum lebar. “Ayo om kita pulang.” Ajakan dari bocah itu tidak sabaran.

Sementara ibu Mela yang melihat interaksi keduanya pun sedikit lega. Mungkin benar, jika laki-laki muda itu adalah om-nya. “Arvin, ini beneran om kamu?” tanya bu Mela sekali lagi kepada Arvin.

Namun, bocah 5 tahun yang berada di gendongan Arlan itu hanya mengangguk seraya tersenyum lebar. “Iya, bu ini om Alvin.”

Ibu Mela mengangguk percaya, ia pun menyerahkan tas milik Arvin dan baju kotor milik bocah itu kepada Arlan, karena baju yang dipakai Arvin saat ini adalah baju anak ibu Mela yang kelas 5 SD. Untung saja ibu Mela masih menyimpan baju-baju anaknya yang kecil.

“Terimakasih sudah jagain Arvin. Kalo gitu saya permisi.” Ucapan dari Arlan terdengar seraya menerima tas dari ibu Mela itu.

“Iya Pak, sama-sama. Hati-hati ya Arvin,” Ucap ibu Mela melambai kepada Arvin dibalas bocah 5 tahun itu.

“Dadah,bu.” Lambai Arvin seraya tersenyum.

Setelah sampai di dekat mobil, segera cowok itu menundukkan tubuh bocah itu dikursi depan. Menutup pintu mobil, ia pun pergi ke kursi sebelah dan tanpa lama ia menstaterkan mobilnya dan segera melajukannya.

🍀🍀🍀

Pulang dari rumah ibu Mela, kini Arlan dan Arvin sedang berada di ind*maret terdekat untuk membeli snack yang diminta oleh Clara. Awalnya Arlan tidak mau, ia menolak keras. Apa-apaan menyuruh dia? Clara kira dirinya siapa?!

Tapi karena ancaman dari Clara, yaitu gadis itu akan memberitahu Amanda jika kemarin Arlan meninggalkannya disekolah. Laki-laki itu jelas marah dong dan dengan malas ia pun menurutinya.

Keduanya memutari rak-rak yang beragam snack didalamnya. Mereka berdua seperti kakak-adek bukan ayah-anak.

Para pembeli yang melihat keduanya berdecak kagum, bagaimana tidak? Keduanya sangatlah tampan. Bahkan ada yang terang-terangan memuji keduanya tetapi mereka hanya acuh saja. Apalagi dengan wajah datar keduanya. Ya Arvin, bocah itu seperti Arlan. Ia tidak melirik orang-orang bahkan bocah itu dengan tampang datarnya hanya bersikap acuh.

Setelah membeli snack keduanya berniat membayar. Tetapi terhenti tidak kala, Varo dan Gilang berdiri dihadapan keduanya dengan tatapan cengo. “Ar? Ini anak siapa goblok?! Lo nyulik anak ye?” Tuduhan dari Varo geleng-geleng. Sepertinya Varo ini lupa jika Arlan pernah bilang ia mengadopsi seorang anak.

Plak

Gilang menampar tengkuk cowok itu,
“Lo goblok apa bego?! Arlan kan pernah bilang kalo bininya ngebet banget ngadopsi anak.”

Mendengar ucapan Gilang membuat Varo sempat terdiam. Hingga akhirnya cengiran dibibirnya terlihat. “Lah iya, gue lupa hehehe.”

Sementara Arlan, ia hanya menatap keduanya.

“Eh, haii cil kenalin gue Varo. Cowok terganteng.” Ucapan dari laki-laki itu kembali terdengar saat ia memperkenalkan dirinya kepada bocah di sebelah Arlan itu.

Sementara Arvin hanya menatap tangan Varo yang berniat salaman. Ia tidak membalas ataupun menerima jabatan tangan cowok itu.

Melihat tangannya yang masih mengambang diatas udara membuat Varo menggeleng. Ia pun kembali menarik tangannya, buset dirinya di PHP-in sama bocah. “Buset cuek amat lo cil.” Gerutu laki-laki itu.

Namun walaupun dicuekin, Varo tidak menyerah. Laki-laki itu berjongkok, menyamakan tinggi mereka. “Nama lo siapa cil?”tanyanya lagi.

“Arvin.”

Varo dan Gilang tercengang, hanya satu kata yang bocah itu ucapkan. Berbeda dengan Arlan yang tersenyum smirik. Ah bocah itu sama sepertinya.

Tiba-tiba saja Varo berdiri, dan mendekatkan tubuhnya kearah Gilang. “Bukan anak Arlan, tapi sifatnya kenapa mirip dah.” Bisik Varo kepada cowok itu.

Melihat kedua umat itu yang malah berbisik membuat Arlan berdecak. Membuat dirinya membuang waktu saja. “Gue duluan.” Pamit cowok itu seraya menarik tangan Arvin untuk segera pergi.

Setelah pergi kedua anak manusia berbeda usia itu, Varo menggeleng seraya berkacak pinggang. “Dua kutub bertambah.” Gumam Varo yang masih bisa didengar oleh Gilang.

Sementara Gilang terkekeh sembari mengangguk. “Hadeh, gimana ya nasib bini Arlan? Punya dua kulkas.”

Varo ikut terkekeh. “Frustasi dia hahaha.” Tawa laki-laki itu diikuti oleh Gilang.

“Eh, btw kenapa kita gak nanya tu anak kenapa tadi pagi dia gak sekolah?” ucap Varo tiba-tiba mengingat tadi pagi bahwa Arlan tidak masuk sekolah.

Kalian fikir dengan tidak adanya Arlan mereka akan tetap sekolah? Hoho bukan sohib namanya jika tidak ikut sekolah. Ya, sepertinya curut-curut Arlan ini sangat lah butuh dengan sosoknya. Lihat, ia tidak sekolah saja mereka juga tidak ikut sekolah.

🍀🍀🍀

Malam ini, ketiga nya sedang makan bersama di sebuah restoran bintang lima. Mereka bertiga makan disini, dikarenakan Clara yang tidak masak. Gadis itu masih sedikit panas. Jadi, dari pada tidak makan. Arlan mengajak mereka kesini saja.

“Habis ini pulang?” tanya Clara, posisi duduk mereka dengan gadis itu yang bersebelahan dengan Arvin dan berhadapan dengan Arlan.

Sementara cowok itu yang sedang menyeruput kopinya menatap Clara. “Ya, terus mau kemana lagi?” tanya Arlan dengan suara datarnya.

“Eh, kita kerumah ibu sama mama ya?”

Arlan melirik jam tangannya, pukul 19.34 malam. Ah tiga jam lagi ia harus balapan. “Ke rumah mama aja.”  Jawaban dari cowok itu terdengar ketus.

“Kerumah ibu enggak?” Cemberut Clara, tidak adil menurutnya. Ia kan mau juga kerumah ibunya, dirinya sudah merindukan keluarganya itu.

Decakan dibibir Arlan terdengar, cowok itu menatap tajam Clara. “Ini udah malem. Lo gak kasian sama Arvin dan lo juga masih sakit.” Ketusan dari cowok itu membuat Clara diam. Ya, Arlan benar, kasian sama Arvin nantinya.

“Tapi nanti kerumah ibu ya?”

“Hm.”

“Tante kita mau kemana?” tanya Arvin ketika om dan tantenya tidak bersuara lagi.

“Kita mau kerumah oma.”

Sesuai dengan ucapan Clara, kini ketiga anak manusia itu telah sampai dirumah megah milik keluarga Xavier. Setelah memarkirkan mobilnya dihalaman rumah, Arlan segera turun diikuti oleh Clara dan Arvin.

Tidak henti-hentinya Clara berdecak kagum melihat rumah megah itu. Ini adalah kedua kalinya gadis itu datang kesini, pertama waktu ia beristirahat setelah akad dan yang keduanya adalah sekarang ini.

“Tante, besal banget ya lumah omah.” Ucapan kagum dari Arvin seraya tersenyum lebar. Baru kali ini bocah laki-laki itu melihat rumah sebesar ini. Ia berdiri disebelah Clara dengan tangannya digenggam oleh gadis itu.

Anggukan setuju dari Clara terlihat, ia juga ikut mengagumi rumah sebesar ini. “Iya sayang, besar banget ya.” Jawaban dari Clara seraya berbinar. Entah seberapa kaya keluarga ini hingga punya rumah sebesar itu. Tidak heran, terlihat dari penampilan Arlan begitu mewahnya.

“Mau sampai kapan lo berdua disitu?”

Suara datar Arlan terdengar dari depan pintu sembari menatap datar keduanya. Melihat Arlan disana langsung saja Clara dan Arvin menyusul cowok itu.

“Arlan, kamu gak sopan banget langsung masuk aja.” Tegur Clara ketika Arlan tidak mengetuk terlebih dahulu, malahan cowok itu langsung masuk saja.

Arlan yang sedang berjalan didepan seketika berhenti, cowok itu memutar tubuhnya menatap Clara membuat gadis itu seketika berkedip beberapa kali. Tiba-tiba saja cowok itu maju mendekatkan tubuhnya dengan Clara dan menatap dalam mata gadis itu. “1 kali.” Ucapan datar dan singkat itu.


“Hah? Apanya?” Wajah cengo dan bingung dari Clara terlihat. Apa maksud dari cowok itu?

“CLARA!”

Teriakan nyaring dari Amanda terdengar di arah tangga, membuat ketiganya seketika menoleh.

Amanda yang sedang turun dari tangga menyerit heran saat melihat tiga orang berada diruang tamunya, baru saja ia akan teriak maling. Tetapi terhenti tidak kala melihat tubuh jangkung milik Arlan. Wanita itu hapal betul dengan tubuh dan rambut cowok itu. (Ya iya lah kan dia emak nya.)

Wanita itu fikir jika ada Arlan pasti ada Clara, maka dari itu ia berteriak memanggil gadis itu bukan Arlan.

Amanda menuruni tangga dengan hati-hati, saat sampai didepan tubuh Clara segera ia memeluk menantunya itu membuat genggaman Clara pada Arvin terlepas.

Sementara Arlan memutar bola matanya malas, yang anaknya siapa yang dipeluk siapa.

“Kangen banget sama menantu mama ini.” Ucapan gemas dari Amanda sembari mencubit pipi Clara yang tidak terlalu chubby.

Senyuman tipis terbit dibibir Clara, gadis itu mengangguk. “Aku juga kangen sama mama.” Jawabannya membuat Amanda kembali memeluk singkat menantunya itu.

“Kok kalian gak kabarin mama sih? Kan mama bisa masak buat kalian.” Ucapan dari Amanda membuat Clara terkekeh.

“Maaf ya, ma. Soalnya kita kesini aja diluar rencana hehehe.”

Mendengar ucapan dari menantunya membuat Amanda menghela nafasnya.
“Ish, kalian ini.” Cemberut wanita itu seperti anak ABG saja.

Sementara Arlan yang merasa dicueki itu pun berdecak sebal. Apakah keduanya tidak melihat dirinya dan Arvin?!

“Ehem.”

Dehaman keras itu membuat Amanda dan Clara seketika menoleh. “Kenapa?” tanya wanita itu menatap anak semata wayangnya.

Ck, enggak.” Kekehan dari Amanda terdengar, wanita tahu jika sang anak sedang mode kesal.

“Ululu, nak mama yang ganteng ini.” Goda Amanda seraya memeluk tubuh cowok itu dan dibalas oleh Arlan sebentar.

Setelah adegan peluk-pelukan, mata Amanda tidak sengaja menatap sosok anak kecil disebelah Clara. “Dia siapa?tanya Amanda dengan raut wajah bingung.

Baru saja Clara akan menjawab, suara dari Arlan lebih dahulu terdengar. “Anak kita.”

Amanda menutup mulutnya tidak percaya. “Hah? Kalian nikah aja baru beberapa minggu Arlan. Gak usah ngadi-ngadi kamu.”

Arlan memutar bola matanya malas. “Ck, ya udah kalo gak percaya.” Jawaban dari cowok itu membuat Amanda kesal.

Wanita itu mengalihkan tatapannya kearah sang menantu. “Clara, dia siapa?” Pertanyaan dari Amanda terdengar membuat Clara ingin menjawab, namun baru saja akan menjawab. Amanda lebih dahulu memotongnya.

“Bentar kita duduk dulu, gak enak kalo berdiri terus.” Lanjut wanita itu seraya berjalan menuju sofa.

Diikuti oleh Arlan, Clara, Arvin didekat sofa. Setelah duduk, Amanda menatap wajah bocah 5 tahun yang datar itu. Tidak ada tampang-tampang seperti bocah pada umumnya. Seperti senyum menampilkan gigi ompongnya. “Tapi dia, gak mirip kalian.” Gumaman dari Amanda terdengar sangat pelan.

Sementara Clara yang gugup menggigit bibir bawahnya. “Ma, biar aku jelasin ya,” ucap gadis itu seketika membuat Amanda menatapnya dan menggangguk.

Menghela nafasnya sebentar, Clara menceritakan semuanya dari awal Arlan hampir menabrak Arvin, hingga Clara yang ingin mengadopsinya.

Setelah mendengar cerita dari Clara membuat Amanda menepuk jidatnya. “Astaga, Arlan! Makanya kamu itu kalo nyetir yang bener. Baru juga nikah udah kecelakaan aja.” Omelan dari wanita itu membuat Arlan hanya bisa berdeham saja.

“Jadi namanya, Arvin?” tanya Amanda dibalas anggukan Clara. Wanita itu tersenyum menatap Arvin yang kini menatapnya.

Dengan senyum manisnya, Amanda menyapa bocah itu. “Hai, sayang, kenalin nama oma, oma Amanda.” Perkenalan dari wanita itu membuat Arvin sempat terdiam namun kembali mengangguk.

Tidak ada salahnya ia menganggap Arvin cucunya, ia sempat tidak percaya saat Arlan menuruti kemauan Clara untuk mengadopsi seorang anak yang tidak tahu dimana tinggalnya, siapa namanya bahkan orangtuanya. “Nama kamu siapa?” tanyanya lagi yang masih saja tersenyum.

“Alvin (r), oma.” Jawaban dari bocah itu membuat Clara disebelahnya mengusap rambut Arvin dengan lembut.

“Arvin ganteng banget ya.” Pujian dari Amanda terdengar. Benar yang dikatakan Amanda, jika anak itu memang sangatlah ganteng. Mungkin kulitnya saja kurang bersih. Karena terlalu lama tinggal di jalanan.

“Telimakasih, oma.”

Setelah mengucapkan terimakasih kembali, Amanda kini menatap anak dan menantunya itu. “Kalian nginep disini?” tanyanya.

“Engg,-”

“Pokoknya kalian nginep disini. Mama masih kangen sama Clara dan mama juga pengen main sama Arvin.” Lanjutan dari wanita itu ketika mendengar penolakan dari Arlan. Ia tidak mau jika mereka pulang larut malam seperti ini.

“Clara, terserah Arlan aja ma.” Jawaban dari Clara seraya melirik kearah Arlan yang kini tersenyum smirik menatapnya.

“Arlan nurutin kemauan mama kok. Kalian nginep okey, titik gak pake koma!”

🍀🍀🍀


Note: proses revisi, harap dimaklumi!

Continue Reading

You'll Also Like

Bed Mate By Ainiileni

General Fiction

489K 17.1K 45
Andai yang mabuk-mabukan di barnya bukan Aruna, Mario tidak akan peduli. Namun karena yang berada di depannya adalah mantan tunangan dari sahabatnya...
1.3M 55.2K 43
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
790 60 42
"Jatuh kepada sebuah hati yang belum tentu jatuh kepada kita rasanya sangat sakit" - Gracia Amoura Reiner Ini kisah tentang Ketua geng motor Darrel...
111K 3.9K 59
"Gue benci sama lo!!" "Tapi gue cinta sama lo."