Ursa MinorㅣLee Haechan ✔

By fabitna

33K 4.4K 508

[AGAK BAIKNYA FOLLOW DULU YA SEBELUM MEMBACA ^_^] Bagaimana perasaanmu ketika harus dipertemukan kembali deng... More

PROLOG
1 | Sepenggal Kisah Lalu
2 | Beruang Kecil
3 | Pertemuan
4 | Mine
5 | Fiance
6 | The Wedding
7 | Mendekap diri di penghujung tahun
8 | Getaran Cinta
9 | Percaya Pada Semesta
10 | Sebuah ruang dimana ada kamu
11 | Kepingan Memori
12 | Kolase Luka
13 | Deep talk
14 | Luka Lama
15 | Jujur
16 | Pahit dan Pekat
17 | Perlahan
18 | Ruang Cakap
19 | Masih sama
20 | Perihal Rasa
21 | Gajah
23 | Pulang
24 | Runyam
25 | Harapan dan Kecewa
26 | Domino
27 | Anggur Merah
28 | Sukar
29 | Kaktus
30 | The Storm
31 | Selamat tinggal
32 | Nightmare
33 | Ursa Minor
EPILOG
Bonchap Iã…£Yahhh, gak jadi dong?
Bonchap IIã…£Kok Sakit?
Bonchap IIIã…£Something sweet
Bonchap IVã…£Aku nungguin kamu, Chandra
Bonchap Vã…£Ayah dan Bunda
NEW HAERYU

22 | I Love You 3000

713 104 29
By fabitna

“Entahlah, dari sekian jutaan orang, senyumanmu adalah yang paling aku rindukan.”

_____oOo_____


“Chandra?!”

“Karin?”

“Hey, long time no see. Apa kabar?” seru Karin dengan gestur cepat cipika cipiki dengan Chandra.

Raya di sana hanya bisa terdiam, ingin bertindak tapi tak tahu harus bagaimana. Ia seperti dibawa ke masa lalunya kembali. Yang terlihat sekarang hanyalah Raya yang menatap datar. Chandra juga tak menolak dengan tindakan Karin, sebab perempuan itu bertindak secepat kilat membuat Chandra terkejut.

“Ba-baik, kok lo ada di sini?” tanya Chandra sedikit canggung.

“Lo gak nanyain kabar gue?” Karin bertanya balik.

“Oh maaf, apa kabar?”

Karin tersenyum riang dan berkata, “Baik, gue udah biasa kesini kok gak pernah lihat elo?”

“Oh iya, gue jarang kesini sih,” ujar Chandra.

Karin hanya mengangguk, “Sendirian aja?”

Oh Tuhan, rasanya Raya ingin sekali melempari perempuan itu dengan barbel. Apa matanya buta? Orang sebesar ini tak dilihatnya? Ingin sekali ia mengumpat. Jelas saja, sedari tadi dirinya tak ubah layaknya orang ketiga di antara mereka. Ya, dunia serasa milik berdua, Raya hanya mengontrak saja, batinnya.

Karin menoleh pada Raya, sehingga netra mereka bertemu, “Oh my god, maaf gue gak lihat.”

Raya hanya menjawab dengan senyuman seadanya.

By the way, dia siapa?” Karin menanyakan Raya pada Chandra.

“WHATT? KARIN GAK NGENALIN GUE?” batin Raya.

Raya mulai mengulurkan tangannya dan bergumam, “Sepupunya Chandra,”

Chandra di samping melotot menatap Raya, terlihat ekspresinya yang bisa dikatakan seperti bergumam, “Apa maksud kamu?”

“Eh, sepupu? Chandra kok gak pernah bilang kalo punya sepupu,” ujarnya sambil beralih menoleh pada Chandra.

“Itu, anu_”

“Sepupu jauh, tadi nama lo siapa? Karin ya,” sela Raya halus tak meninggalkan senyumannya.

“Oh iya salam kenal, lo?”

“Gue Nara,” ujar Raya.

Sekali lagi Chandra menatap kesal, Nara katanya? Oh Tuhan, Chandra benar-benar kesal.

“Oke, Nara, salam kenal ya, lo cantik banget serius. Pake skincare apasih? Atau perawatan?”

“Gak pake apa-apa sih,” balas Raya.

“Wahh masa? eh btw kita tukeran nomor dong, sama lo juga, Chan, kayaknya kita bakalan sering ketemu deh kedepannya.” Perempuan itu berkata dengan senyuman yang tak pernah luntur.

“Oh, boleh.” Dengan cepat Raya memberikan nomornya sekaligus nomor Chandra.

Chandra menatap Raya lagi, kali ini lelaki itu benar-benar marah. Apa maksud Raya bertindak seperti itu? Dengan cepat ia meninggalkan dua perempuan tersebut.

“Eh, Chan, mau kemana?” tanya Karin, tapi tak mendapatkan jawaban dari Chandra.

“Paling mau ke toilet,” seru Raya yang hanya diangguki oleh Karin.

“Yaudah Nara, gue duluan ya. See u,” pamit Karin.

“Iya, dah, Karin.” Raya melambaikan tangannya dengan senyum cerah. Namun, beberapa detik setelahnya, senyuman itu hilang digantikan dengan tatapan datar.

Raya  mendekati Chandra yang ternyata sudah berganti pakaian dan mulai melakukan trademill. Terlihat lelaki itu berlari dengan kecepatan normal. Seperti tak menghiraukan sekitar, Chandra masa bodo dengan keberadaan Raya. Entahlah, ia masih merasa kesal dengan perempuan itu.

“Chan,” panggil Raya namun tak ada sahutan dari Chandra.

Raya berdiri di samping Chandra, ia mengamati setiap pergerakan lelaki itu.

“Karin makin cantik ya,” ujar Raya yang membuat Chandra menghentikan aktifitasnya.

Raya tidak berbohong, Karin yang ia lihat barusan terlihat berbeda jauh dengan Karin yang Raya kenal dulu. Sekarang rambutnya berubah menjadi pirang tak seperti 4 tahun lalu yang masih hitam. Jujur, Raya semakin insecure dibuatnya. Tubuh meliuknya dan kaki jenjangnya membuat Karin layaknya seorang model. Ditambah dengan rambut pirangnya, semakin terlihat seperti Barbie hidup bagi Raya.

Chandra semakin kesal, lelaki itu bersedekap dan menatap Raya seram.

“Kamu kayak tadi itu tanpa mikir gak sih? Kenapa coba pake acara jadi sepupu aku segala, terus Nara? Oh my gosh. Nara siapa? Hah?” Chandra mengusak kasar surainya tanda frustrasi.

“Terus pake bagiin nomor hp? Are you serious? Raya yang aku kenal itu sangat menjunjung privasi loh.” Chandra turun dan berniat merebut ponsel Raya.

“Sini, aku hapus nomornya, ku blokir sini sekalian.”

Tetapi Raya menghindar, “Ih, kamu ini kenapa sih?”

“Aku yang nanya kamu kenapa!!!” seru Chandra lantang.

Raya di sana hanya menatap Chandra kecewa, “Kamu barusan bentak aku,”

“Maaf, aku khawatir sama kamu, Ray, dari dulu kamu menghindar dari dia. Dan sekarang kamu mutusin buat temenan sama dia, are you okay?” ujar Chandra seraya menggenggam tangan Raya.

It’s okay, kayaknya dia juga udah tobat kok,” balas Raya.

“Tapi kenapa harus pake sembunyi di balik Nara sih, Ray?”

“Udah kamu diem aja,” balasnya sambil tersenyum tenang.

“Udah ya, aku mau olahraga biar badanku kaya your ex.” Raya menyeringai sebelum beranjak meninggalkan Chandra.

Chandra di sana hanya bisa menghela napas panjang, entah apa yang istrinya itu pikirkan.

***

Malam ini tak ada yang bisa dilakukan oleh Raya, perempuan itu sedari tadi hanya berbaring di atas kasur menatap langit-langit kamarnya. Raya berpikir dan bertanya pada dirinya sendiri. Apakah salah dengan tindakannya tadi? Raya tak tahu harus berbuat apa saat melihat wajah Karin yang terlihat semakin cantik. Memang dari dulu Queen of Bullying itu sudah cantik, tapi bagi Raya hari ini Karin jauh lebih cantik. Ah, lagi-lagi Raya overthinking.

Apa ia sudahi saja sandiwaranya dan jujur pada Karin tentang posisinya sekarang? Tidak, Raya tak sekuat itu, rasa takut itu selalu menyelimutinya. Ia masih takut dan berpikir jika Karin yang sekarang masih sama dengan Karin yang dulu.

Raya menatap layar ponselnya, dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB. Setelahnya, Raya dibuat jantungan dengan pintu kamarnya yang dengan tiba-tiba terbuka lebar menampilkan sosok Chandra dengan wajah yang terlihat sudah seperti harimau kesurupan.

“Kamu mau ketemuan sama Karin besok?” ujarnya sedikit lantang.

“Santai dong, astaga.” Raya terkejut saat melihat suaminya itu datang dengan amarah.

“Jawab!” ujarnya serius dengan tangan terlipat di dada.

“Iya,” jawab Raya.

“Nyari mati ya,”

“Astaghfirullah, Chandra, dia cuman mau ngajak ketemuan, bukan mau makan daging aku,” ujar Raya.

“Tapi kenapa harus ajak aku?” lelaki itu bertanya seraya berjalan mendekati Raya.

“Hah? Dia ngomong sama kamu,” tanya Raya.

“Iya.”

“Awalnya dia cuman ngajak aku sih, tapi aku mau kamu ikut.” Raya kali ini berterus terang, jujur saja ia akan merasa canggung jika hanya berdua saja dengan Karin.

“Bodoamat, aku gak mau ikut,” balas Chandra seraya merebahkan tubuhnya di kasur Raya, tetapi posisi lelaki itu membelakanginya.

“Iiihh kok gitu,” ujarnya yang tak digubris oleh Chandra.

“Chandraaaa,” rengek Raya dengan menggoyang-goyangkan tubuh suaminya.

Chandra terbangun dengan tatapan sama, “Apa?”

“Ikut ya?” tawar perempuan itu dengan senyum gemasnya.

“BODO,” jawab Chandra ketus. Lelaki itu beralih menatap layar ponselnya, tak menghiraukan Raya.

Raya hanya berdecak. Kemudian ia memikirkan sebuah ide yang menurutnya  sedikit cemerlang.

“Sayang, ikut ya besok,” ucap Raya yang dengan spontan membuat Chandra membelalakkan matanya.

“Apa? Ngomong apa barusan?” tanya Chandra sedikit menggoda istrinya.

“Ikut ya, besok,” balas Raya.

“Bukan itu, yang pertama tadi.”

“Sayang,” ucap Raya lagi.

Dengan cepat Chandra memegang dadanya, “Ray, gimana ini? Dadaku rasanya aneh,”

“Hah? Aneh gimana? Kamu sakit?” tanya Raya khawatir.

“Nggak, aku kayaknya makin jatuh cinta deh sama kamu.” Setelah itu, senjata andalan Raya berhasil mendarat pada muka Chandra. Ya, bantal adalah senjata andalan Raya di saat lelaki itu mulai menggombal.

“Eitt, mau aku ikut apa nggak, main pukul-pukul ya,” pungkas Chandra menghentikan aksi Raya.

“Ya lagian kamu,” jawabnya cemberut.

“Coba ulangi lagi,” ujar Chandra.

Sumpah, jika bisa, Raya ingin menukar tambahkan saja suaminya ini. Tapi tidak bisa, walaupun sangat menyebalkan seperti ini, Raya sudah kepalang jatuh cinta dengan lelaki itu. Ia hanya berdecak saat Chandra menyuruhnya mengucapkan kata yang berhasil membuat dirinya geli.

“Sayang, besok ikut ya,” ulangnya.

“Cium dulu,” pinta Chandra.

Lagi-lagi Raya menghela napas panjang, tapi perempuan itu tetap melakukannya. Tanpa basa-basi, Raya mengecup singkat pipi Chandra.

“Itu mah bukan cium namanya,” ujar Chandra.

“Terus gimana dong?” tanya Raya.

“Cium tuh gini.” Dengan cepat Chandra menangkup kedua pipi Raya dan mengecup bibirnya pelan. Raya jelas terkejut dengan perlakuannya yang tiba-tiba.

Detik setelahnya, Chandra tersenyum bangga. Namun, senyuman itu tak bertahan lama saat Raya mulai berkata, “Gak gitu tau.”

“Hah? Terus gimana?” Sekarang Chandra yang dibuat penasaran.

Raya menangkup kedua pipi Chandra dan mulai memagut pelan bibir suaminya itu. Chandra terkejut, tapi tak meninggalkan kesempatan. Ia turut mengikuti permainan Raya. Dengan pelan juga, lelaki itu membalas ciuman Raya lebih intens.

Raya merasakan tangan Chandra menekan tengkuknya lebih dalam. Rasanya aneh. Tak pernah ia merasa seperti ini. Di dalam perutnya seperti banyak sekali kupu-kupu beterbangan. Dari dulu Raya hanya membaca istilah itu di novel-novel atau sosial medianya. Namun, sekarang ia merasakannya. Ternyata seperti ini rasanya. Tak bisa dijelaskan, yang jelas Raya menikmatinya. Raya terus bertanya-tanya, sejak kapan ciuman dengan Chandra bisa secandu ini.

Semakin dalam, Raya semakin sulit untuk menuju jalan keluar. Ia seperti terjebak dalam lubang besar beserta Chandra di sana. Tapi herannya Raya tak ingin keluar, begitu candu. Dan saat dirasa sudah cukup, Raya akhirnya memutus ciuman mereka secara sepihak. Karena dirasa ia sudah kehabisan oksigen.

“Cium tuh gitu,” ujar Raya dengan senyum merdekanya.

“Okay, kamu menang. Besok aku ikut,” kekeh Chandra.

“Yeayy, makasih ya,” ucap Raya dengan menghamburkan pelukan hangat pada Chandra.

“Kamu gak usah khawatir, aku bisa urus semuanya kok. Aku mau jujur sama Karin, tapi gak sekarang, nanti,” kata perempuan itu terus memeluk Chandra erat.

“Iya, aku selalu dukung kamu. Tapi janji kalau ada apa-apa jangan dipendem sendiri. Kamu udah punya aku.” Chandra mengusap lembut surai istrinya.

“Asiapp,” seru Raya melepaskan pelukannya.

Chandra hanya terkekeh dan mencubit pelan pipi Raya. Jujur saja bagi Chandra, Raya seratus persen lebih cantik jika sedang tersenyum. Chandra sangat bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan untuknya. Yaitu sosok yang tak pernah bosan untuk ia tatap.

“Cantik,” ujarnya pelan sambil mengusap pelan pipi Raya. “Jangan insecure lagi ya.”

Raya hanya tersenyum dan turut mengusap tangan Chandra.

Sekali lagi Chandra mendekap erat tubuh mungil Raya.

I Love You 3000,” ucap Chandra.

Dalam dekapan Chandra, Raya terkekeh pelan.

“Pelit banget cuman tiga ribu,” kekehnya.

“Yaudah deh, aku cinta kamu sedalam lautan, seluas samudra, seputih awan di langit, dan seluruh alam semesta beserta isinya.” Chandra berucap dengan terus mendekap Raya erat.

Raya disana hanya terkekeh dibuatnya.

“Iya deh, aku terima cinta kamu yang sedalam lautan, seluas samudra, seputih awan di langit, dan seluruh alam semesta beserta isinya itu.” Raya tertawa setelah mendengar perkataannya sendiri. Geli yang ia rasakan, tapi entah mengapa ia menyukainya.

Chandra pun ikut serta tertawa, sehingga malam ini mereka habiskan dengan berbagi kisah dan kasih bersama tanpa memikirkan ada orang lain yang akan mengusik.



Bersambung...

“Iya, dah, Karin.”



Yoit,
Selamat malam minggu yeorobund^_^

Hayoloh, masa lalunya muncul nih gimana:)
Biasanya kalau masa lalu ketemu sama masa depan tuh....👉👈ya gitu deh hehehe:)

Ada yang udah kebayang sama visualisasinya Karin ga?

Next?

Vomment yang banyak-banyak😁

Okay, segitu aja deh.

Good Night🌙

With Love,
Fabitna🌻

Continue Reading

You'll Also Like

56.3K 6.2K 28
Cerita ringan soal beberapa keluarga, Ada ceritanya para orang tua menghadapi anak-anaknya, dari anak yang masih kecil yang lagi sok tau-sok tau nya...
151K 25.4K 71
Lembaran demi lembaran kisah akan terisi penuh lewat setiap jejak kaki pada kenangan yang diciptakan. Kendati demikian Ghaitsa tidak begitu menikmati...
96.8K 14.4K 56
NCT Dream 00L ft. Aespa Di kostan tembok merah jambu, delapan kisah masa muda bertemu. Pelik dan peluk menyatu. Tawa dan tangis beradu. Luka dan baha...
18.9K 2.1K 9
Hari itu badai ketika Hinata menemukan dirinya terjebak dengan Uchiha Sasuke dan menceritakan kisah kelam dalam hidupnya pada pria itu. Oneshoot Pair...