Be Mine [Kuroo Tetsurou x Rea...

By salsaanisa12345

21.9K 2.1K 278

"Bahkan aku tetap tak bisa menggapaimu walaupun sudah sedekat ini." Memiliki rumah yang bersebelahan dengan K... More

1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18 [END]
Extra 1
Extra 2

3

1K 122 18
By salsaanisa12345

Akhir pekan menjadi hari paling dinanti hampir semua orang. Melepas penat setelah seminggu bekerja, membuat sebagian orang tak jarang masih bermalas malasan di atas tempat tidur. Bergelung dengan selimut hangat dipadukan tempat tidur yang empuk membuat mata tak ingin bangun barang mengecek jam saja. Hanya akan ada sebagian kecil manusia yang akan tetep bangun pagi seperti rutinitas mereka.

Seperti halnya [name]. Ia akan tetap bangun sekitar pukul lima pagi dan menjalankan rutinitasnya seperti membersihkan rumah serta memasak layaknya hari-hari biasa.

Nanti siang, [name] harus pergi ke rumah Akiya untuk kerja kelompok. Tentu saja [name] akan pergi ke rumah Kuroo dahulu karena ia tak tahu rumah Akiya di mana. Karena hal itu pula, [name] harus menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya sebelum pergi kerja kelompok.

Setelah semua pekerjaan rumah selesai, baik mencuci maupun menyapu, [name] melihat jam yang telah menunjukkan pukul sepuluh. Ia segera mandi dan bersiap menuju rumah Kuroo.

"Hah, hampir saja aku melupakan materi ku," lirih [name].

"Sudah?"

Suara Kuroo yang tiba-tiba masuk ke pendengaran [name], membuatnya kembali mengarahkan pandangannya setelah tertunduk karena memasukkan lembaran materinya ke dalam tas.

"S-sudah." Kepala [name] mengangguk kecil.

Selama perjalanan menuju rumah Akiya, suasana di antara kedua anak adam dan hawa tersebut tak begitu baik. Kuroo mengamati pemandangan di luar kereta sesekali mengecek ponselnya saat benda bersegi panjang itu bergetar. Sedangkan [name] memilih diam karena tak tau harus membuat topik apa.

Tak berapa lama setelah kereta berhenti sejenak di stasiun selanjutnya, rombongan orang orang mulai memasuki kereta dan menempati bangku yang kosong.

Kursi samping kanan [name] kosong, sedangkan di samping kirinya ada Kuroo yang masih diam mengamati sekitar.

Seorang laki-laki, mungkin pria dewasa, duduk di sebelah kanan [name]. Ia melirik sebentar [name] kemudian memutuskan untuk duduk di sebelah [name]. Dengan sengaja mendekatkan diri ke arah [name] dengan alasan banyaknya penumpang yang juga akan duduk.

[name] hanya diam sembari menundukkan kepalanya. Tangannya memeluk erat tote bag yang berada di depannya menyalurkan rasa cemas. [name] merasa was was, bukan hal baru jika banyak perempuan mendapat perlakuan tak mengenakkan dari penumpang yang lain. Namun tetap saja tak membuat orang orang di sekitar menegur atau mencoba mencegahnya, entah karena mereka menanganggap itu bukan urusannya atau memang tidak peduli dengan sekitarnya.

Tangan si pria lantas terangkat dan menyelusup ke sandaran kursi di belakang [name]. Loncatan kecil dari tubuhnya secara refleks terjadi.

Merasa ada yang tidak beres dengan [name] yang ada di sebelahnya, Kuroo menoleh kecil ke arah [name] yang diam tak bersuara di sisi kanannya.

Kuroo menepuk paha [name] pelan guna membuat [name] menoleh ke arahnya. Ia lantas berbisik kecil.

"Ayo tukar tempat duduk," bisik Kuroo di telinga [name].

Segera saja Kuroo berdiri dan menyuruh [name] bergeser ke bangku yang tadi ia tempati. Sedangkan Kuroo menempati bangku yang baru saja ditinggalkan [name].

Kuroo melirik pria tadi sekilas. Decakan kesal terlontar dari mulutnya diikuti umpatan umpatan lirih.

"Kau tak apa?" kata Kuroo pelan ke arah [name].

"D-daijoubu desu." [name] tersenyum meyakinkan.

Perjalanan kemudian berlanjut hingga stasiun yang Kuroo dan [name] tuju. Keduanya turun bergantian dengan kerumunan orang orang yang juga akan keluar.

Setelah keluar dari area stasiun dan mulai berjalan menuju rumah Akiya, Kuroo membuka suara setelah suasana hening melingkupi keduanya.

"Apakah kau sering mengalaminya?" tanya Kuroo.

"A-aa itu... Tidak sering, tapi beberapa kali aku mengalaminya," kata [name] sembari memperhatikan kakinya yang menapak jalanan di bawahnya.

Hening lantas tercipta lagi di antara mereka berdua kala percakapan kecil tersebut berhenti. Menambah suasana sepi semakin menjadi di antara [name] dan Kuroo.

Tak apa, [name] sudah merasa senang dengan perhatian Kuroo padanya. Kendati ia tau bahwa perlakuan Kuroo hanya karena cemas, bukan karena ia merupakan orang istimewa bagi Kuroo, [name] tetap merasa hatinya menghangat dan bunga bunga memenuhi perutnya. Ia bahagia karena bisa merasakan kepedulian Kuroo padanya.

Beberapa menit berjalan kaki, Kuroo dan [name] telah sampai di rumah Akiya. Keduanya disambut dengan sapaan ramah Kikuyo dan Akiya, serta pertengkaran kecil Akihito dan Inori.

Memutuskan untuk segera mengerjakan tugas yang telah mereka terima, semua anggota kelompok mulai mengeluarkan materi yang telah mereka siapkan masing masing.

"Tumben sekali kau mau mengerjakan tugasmu saat kerja kelompok," kata Akiya melihat Inori mengeluarkan lembaran kertas dari tasnya.

"Sebenarnya aku sibuk kemarin. Tapi Kuroo memaksaku," ucap Inori.

"Sangat sibuk sampai sampai kau bisa pergi ke tempat karaoke bersama temanmu," kata Kuroo seraya menerima materinya yang ia titipkan ke [name].

"Ahahaha. Kuroo tidak berubah ya, dari dulu kau selalu keras ketika menyangkut tugas." Inori tertawa ringan. Tubuhnya ia condongkan ke arah Kuroo.

"Padahal [surname]-chan tidak keberatan," lanjut Inori sembari melihat [name].

"Dia hanya tidak berani menolak," kata Kuroo.

"Eehh Hontou?!" ucap Inori terkejut.

"E-etto..." Suara [name] terdengar bergetar.

"Sudahlah. Sebaiknya kita segera menyelesaikan ini agar aku bisa segera tidur di kasurku yang empuk lagi," kata Akihito.

Dengan segera mereka mulai menyatukan materi yang mereka cari masing masing. Mencocokkan dengan tugas yang ada kemudian menyusun sebuah laporan.

Materi yang dibawa [name] cukup membantu, hampir semua isi materi yang ia bawa digunakan dalam tugas laporan tersebut. Kata Kikuyo dan Akiya, isi materinya mudah dipahami dan tak berbelit belit.

"Wah [surname]-chan benar benar selalu bisa diandalkan. Isi materi yang [surname]-chan buat benar benar jelas. Tidak seperti milih Inori ini," kata Akihito sembari mengangkat lembaran milik Inori.

"Setidaknya aku mau mencari," kata Inori membela diri.

"Tapi percuma saja jika isinya tidak jelas seperti ini," ucap Akihito mengejek.

"Aku heran, mengapa dulu Kuroo mau dengan mu." Tangan Akihito menunjuk Kuroo dan Inori bergantian.

[name] menghentikan tangannya menulis. Mendadak hatinya terasa sakit mendengar perkataan Akihito. Itu berarti dulu Kuroo memang benar benar pernah memiliki hubungan dengan Inori. Memang tak menutup kemungkinan hal itu bisa terjadi mengingat keduanya yang sama sama memiliki paras rupawan tentu menjadi salah satu daya tarik satu sama lain. Serta perkataan Kenma kala itu mungkin saja hanya pemikiran Kenma saja bukan. [name] tak ingin memikirkannya. Ia tetap senang hanya dengan menyukai Kuroo, walau  melihat Kuroo dengan orang lain adalah konsekuensinya.

Menghela napas pelan, [name] kembali ngenggerakkan tangannya menari di atas kertas. Menjernihkan pikirannya dengan kalimat kalimat penyemangat yang diucapkan isi kepalanya.

Hampir tiga jam mereka berenam berkutat dengan laporan yang mereka buat. Kini tugas laporan tersebut sudah selesai dengan lembaran lembaran kertas berisi tulisan tangan yang tertata rapi di atas meja. Dibereskannya buku-buku serta peralatan tulis yang bertebaran sana sini.

"Selagi kita bisa berkumpul di sini, bukankah lebih baik jangan langsung pulang dahulu," kata Inori tiba-tiba.

"Tapi aku ingin segera tidur," rengek Akihito.

"Hei, tidak setiap hari kita berkumpul kan."Akiya mencoba meyakinkan Akihito.

"Baiklah, baiklah. Tapi pertama, kita harus membeli makanan dulu, aku lapar," kata Akihito dengan mata kembali berbinar setelah sempat sayu beberapa saat.

"Aah biarkan kami yang perempuan saja. Kalian bereskan ini," usul Kikuyo.

"Ide bagus, Kikuyo. Ayo [surname]-chan," ajak Inori. 

[name] lantas berdiri dan berpamitan kepada para laki-laki. Ia segera mengikuti Inori dan Kikuyo yang telah menghilang di balik pintu.

"Di ujung jalan tadi aku melihat ada kedai yang menjual gyudon. Yang mengantre sangat banyak, jadi sepertinya itu enak," jelas Kikuyo.

"A-ano karena antreannya akan panjang, aku pikir kita bisa membagi tugas saja." [name] menoleh ke arah Inori dan Kikuyo memastikan.

"Boleh juga. Aku dan [surname]-chan akan membeli minuman dan camilan di  Family Mart," kata Inori menyetujui usul [name].

Mereka berpisah tepat di persimpangan jalan. [name] dan Inori berjalan pelan menuju Family Mart terdekat.

Keduanya lantas masuk dan mulai menuju lemari pendingin berisi aneka minuman. Inori menyuruh [name] untuk mengambil camilan sedangkan dirinya mengambil minuman.

Keranjang yang tadinya kosong kini telah terisi penuh. Segera saja keduanya menuju kasir dan membayarnya.

Setelah dirasa cukup, mereka kemudian kembali ke rumah Akiya bersamaan dengan Kikuyo yang juga baru datang.

"Aaa... Osoi na," kata Akihito.

"Kau pikir mengantre tidak lama," sahut Inori.

"Kalian membeli apa?" tanya Akiya.

"Gyudon," jawab Kikuyo mengangkat kantong plastik di tangannya.

"Aaa Kuroo. Kore, Ichigo Miruku. Kau masih menyukainya kan." Inori menyodorkan sebuah botol dengan aksen warna merah.

"Kau masih mengingatnya ya," kata Kuroo mengambil boto yang disodorkan Inori.

[name] diam mengamati interaksi dua orang di depannya. Tangannya yang memegang sumpit berhenti sejenak sembari merematnya pelan. [name] menunduk, menutupi ekspresi wajahnya yang mungkin saja tak bisa ia tahan.

"Aku tak tau kalian suka apa. Jadi aku hanya membeli susu coklat. Oh dan ada satu teh karena susunya hanya ada empat," ucap Inori lagi.

Suasana saat makan terasa menarik karena diisi dengan candaan candaan ringan milik Akiya dan sahutan dari yang lain.

Botol minuman yang ada di depan mereka hanya tinggal botol teh saja. Koucha dengan rasa tawar yang khas.

Sebenarnya [name] tak terlalu menyukai teh, apalagi teh kemasan di negeri sakura ini memiliki rasa tawar dan hanya sedikit minuman kemasan yang memiliki rasa manis. Namun [name] juga tak berani untuk mengambil minuman yang lain terlebih dahulu, tak enak rasanya melihat orang lain merasa kecewa saat tadi mereka mengambil susu coklat satu persatu.

Dibukanya tutup botol kemasan tersebut. Saat hendak meminumnya, [name] dihentikan oleh tangan di sebelahnya.

"Chotto matte." Kuroo membuka botol miliknya dan menukarnya dengan milik [name].

"Minum saja punyaku," kata Kuroo sembari mengambil alih teh di tangan [name].

"A-ano..." [name] kebingungan.

"Waah. Sebelumnya kau tak pernah mau membagi susu stroberi mu dengan siapapun. Kenapa sekarang justru kau menukarnya?" tanya Akiya merasa heran.

"[name] tak suka minuman tawar," jawab Kuroo sambil meneguk pelan teh hitam di tangannya.

"Eh majide? Aaa [surname]-san gomen. Aku malah mengambil susu coklat tadi," kata Kikuyo.

"D-daijoubu daijoubu. Aku masih bisa meminumnya walaupun tak terlalu menyukainya," jawab [name].

"Tapi, bagaimana kau bisa tau, Kuroo?" Akihito menyahut setelah selesai mengunyah.

"Kenma selalu mengatakan jika [name] lebih suka minuman manis daripada yang tawar," jelas Kuroo.

Perasaan [name] yang tadinya sedikit berkabut kini kembali cerah, ditambah kupu-kupu yang beterbangan di perutnya membuat hatinya menghangat. [name] harus berterima kasih pada Kenma yang mungkin selalu menceritakan hal hal tak penting tentangnya kepada Kuroo. Berkat Kenma, [name] bisa merasakan perhatian Kuroo walaupun hanya hal kecil.

Siang mulai bergulir menuju malam. Oranye indah di langit mulai terganti biru petang. Kikuyo yang pertama sadar bahwa sudah malam menghentikan acara tertawa mereka berenam.

"Sudah malam ternyata. Lebih baik kita pulang sebelum semakin larut," kata Kikuyo sembari mengecek jam di ponselnya.

"Ah kau benar," Kuroo menyahut sesaat setelah menyadari hal tersebut.

Inori melirik Kuroo sebentar sembari berpikir. Ia lantas bersuara setelah sebuah ide terlintas di kepalanya.

"Ano Kuroo. Bisakah kau mengantarku pulang?"







Tbc.


Hai hai!!

Gimana nih? Bosen nggak sama ceritanya?

Baru chapters tiga nih, semoga tetep suka ya sama cerita ini.

Udah gitu aja.

Continue Reading

You'll Also Like

243K 36.5K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1.2K 107 16
menceritakan seorang gadis gamer yg tiba tiba masuk ke game favoritnya dan menjadi wanita militer terkuat di 'NSW sail six' berkat kepintaran nya dal...
83.6K 8K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
63K 8.7K 11
Tentang seberapa kamu mengenali seorang Oikawa Tooru. Disclaimer : Haikyuu © Haruichi Furudate Aku hanya meminjam tokoh milik Furudate-sensei. Plot...