Parelthon [ON GOING]// HIATUS

By itsmatcha_

18.3K 806 60

Aileen Primaliadana, gadis polos yang ditakdirkan bertemu dengan lelaki idaman satu sekolah. Lelaki bernama A... More

Prolog
Aileen
Nomor Tidak Dikenal
Malu
Rooftop
Gadis kecil
Pertandingan
Pelukan?
Pembalut
Keo
Hukuman
Mogok
Dilabrak
Damage
Saling Follow
Kabar Gembira
Latihan Basket
Taruhan
Tour
Amarah
Bintang Yang Indah
Sebuah Cerita

Ungkapan

251 15 8
By itsmatcha_

Welcome back dicerita Parelthon.

Melihat antusias kalian jadilah aku memulai kembali cerita ini.

Ada beberapa cerita lain yang sedang aku siapkan. Aku juga ada buat AU kalo kalian mau baca boleh ke instagram aku @wattpadrar_




Selamat membaca🐻

G

ibran baru saja keluar dari ruangan Pak Dicky setelah mendiskusikan beberapa kepentingan basket. Salah satunya tentang pemilihan calon ketua baru yang akan diselenggarakan sebentar lagi karena masa jabatannya akan selesai. Hal itu sontak membuat Gibran bernapas lega. Basket adalah kecintaannya tapi dia tidak gila jabatan. Toh, menjadi ketua basket tidak semudah itu baginya. Gibran harus memiliki keunggulan dan belajar lebih gesit agar bisa memberikan yang terbaik untuk tim dan sekolahnya.

Lelaki itu menutup pintu ruangan Ak Dicky lalu kembali melanjutkan langakah. Selasar sekolah terlihat sepi karena sebagian murid sudah kembali ke rumah masing-masing.

Namun, pandangan Gibran teralihkan pada gadis yang tengah berdiri menyender di tembok sembari celingak-celinguk. Setelah melihat keberadaan Gibran, gadis itu langsung melambaikan tangannya.

"Kak Gibran!" panggil Aileen.

Gibran tidak menggubrisnya dan tetap berjalan santai melewati Aileen seolah tidak ada siapapun disana. Kedua tangannya berada di saku seragam. Kepalanya sedikit mendongak dengan pandangan lurus.

Aileen yang melihat sikap Gibran berbeda dari biasanya mengerutkan kening. "Kak, tunggu! Ish, dipanggil juga!" serunya sembari mengejar langkah Gibran yang cukup besar.

"Kak, tunggu ih. Ai---"

Saking fokusnya mengejar Gibran. Aileen sampai tersandung kakinya sendiri dan berakhir jatuh ke lantai dengan naasnya. Gadis itu merintih, hendak memaksa diri untuk kembali bangun.

"Ngapain sih lo?" tanya Gibran dingin. Tatapannya menusuk manik belo milik Aileen.

"Jatuh, Kak. Ini gak lihat aku nyungsrek kaya gini?" Aileen mendengus sebal.

Gibran merotasikan matanya malas. Memperhatikan kaki Aileen yang masih lebam. Ah, dia jadi ingat kalau Aileen terkilir saat camping.

"Senang banget jatuh. Punya kaki dipakai yang bener!"

"Kakak tuh! Bukannya bantu malah ngomel, ini kaki aku sakit!"

"Ngerepotin!" seru Gibran.

Meski merasa kesal dengan gadis didepannya Gibran akhirnya memutuskan untuk membantu Aileen.

"Pelan-pelan."

Aileen mengangguk, menerima bantuan Gibran. Mereka berdua berjalan dengan Gibran yang memapah Aileen dengan sabar meskipun gadis itu terus merintih kesakitan.

"Bisa diem, gak?"

Bibir Aileen mengerut. "Sakit tau!"

"Makannya jangan ceroboh."

"Kenapa Kakak suka ngomel sih? Mulutnya gak cape ngomel terus? Ini telinga aku aja berdenyut denger Kakak marah-marah terus kaya ibu tiri."

"Udah dibantu, bukannya makasih lo malah ngehina?"

"Aku gak ngehina, cuma ngomong fakta kalo teling aku sakit denger Kakak gak berhenti marah!"

"Ya udah, lo jalan sendiri aja!" kata Gibran hendak melepaskan Aileen.

"Ih....Iya-iya aku gak ngatain lagi. Bantuin dong, Kak. Aku gak kuat jalan sendiri. Nanti kalo kaki aku dia amuputasi, gimana?"

"Amputasi." Koreksi Gibran.

"Nah iya, di amputasi. Gimana?"

Gibran bergedik tidak peduli. "Urusan lo. Kan itu kaki lo. Lagian kalo kaki lo diamputasi malah bagus jadi lo gak usah jatuh-jatuh lagi."

Aileen melotot garang. "HEH?! KAKAK ITU YA?!"

🐻🐻🐻

Hampir satu jam sudah Gibran berada dirumah Aileen. Menemani gadis itu karena Sang Bunda sedang keluar.

Apa Gibran sendiri yang berniat?

Oh, tidak.

Itu karena Aileen yang memaksanya dan memohon agar Gibran menemaninya sampai Bundanya pulang.

Melihat wajah memohon Aileen membuat Gibran mengangguk pasrah.

"Kak, haus."

Gibran yang tengah memainkan ponselnya mendongak dengan alis terangkat. "Ya terus?"

"Boleh ambilin minum, gak?"

"Gak." sahut lelaki itu kembali fokus pada ponselnya. "Ambil sendiri, ini rumah lo. Toh, gue yang tamu kenapa gue yang ngambilin?"

Aileen meringis pelan. Betul juga, ini kan rumahnya. "Aku susah jalannya, Kak. Nanti jatuh lagi."

"Kalo jatuh ya bangun, ribet!"

"Tega banget sih, Kak. Masa gituuu?" Mata bening itu memelas. "Enggak kasihan sama aku?"

"Enggak."

Tangan Aileen melingkar ke lengan berotot milik Gibran. "Pleasee dong, Kakkk. Ambilin minum. Ya ya ya?"

"Lepas."

"Gak mau. Ambilin minum dulu."

Gibran mendekus sebal. "Oke, gue ambilin. Lepas."

Aileen tersenyum penuh kemenangan melihat Gibran berjalan ke arah dapur sesekali menggeuru karena Aileen. Sedangkan gadis itu sudah terkekeh geli melihatnya.

"Ternyata gini rasanya kalo punya babu. Hihihi... Maaf ya Kak Gibran."

"Kenapa lo senyum-senyum?" tanya Gibran yang ternyata sudah kembali dengan segelas air mineral dan kotak P3k.

"E-enggak! Aku cuma senang aja, Kakak mau nolongin aku."

"Nggak usah kepedean. Gue kasihan aja ke lo."

Aileen mengangguk cepat. "Gak masalah hihi."

"Yang penting bisa jadiin Kakak babu sebentar," lanjutnya dalam hati. Tentu dengan kekehannya.

"Sini kaki lo."

"E-eh...?"

Gibran menarik kaki Aileen. Menempatkannya dipaha lalu membuka kotak p3k yang ia ambil di nakas. Kebetulan saat mengambilkan minum untuk Aileen ia melihat kotak obat itu.

"M-mau apa, Kak?"

"Gue amputasi, biar gak punya kaki."

Aileen memekik takut. Menarik kakinya dari sana. "JANGAN! AILEEN MASIH MAU PUNYA KAKI, KAK."

"Berisik! Suara lo kaya kaleng rombeng."

"IH KAK, JANGAN DIPOTONG KAKINYA!"

"Jangan berisik, Aileen. Gue gak motong kaki, lo. Mau gue obatin."

Aileen menatap Gibran penuh curiga. Siapa tahu, tiba-tiba Gibran beneran amputasi kakinya pake pisau dapur.

"Cepetan."

"Gak dipotong, kan?"

"Enggak bawel!"

Aileen kembali menaruh kakinya di paha Gibran. "Awas loh ya, Kak!"

"Hmm..."

Gibran mengambil botol minyak di dalam kotak itu. Membaca dengan seksama kegunaannya. "Sini, gue kasih minyak tawon."

"Hah?? Ada tawonnya?"

"Iya. Biar lo di entup."

"Kakak tuh punya dendam kesumat, ya sama aku?"

"Gak ada."

"Terus kenapa kaya benci banget sama aku?"

"Gue gak pernah benci ke orang," jawab Gibran. "Ini minyak tawon, bisa ngeredain pegal sama ngilu. Setidaknya bisa lah ngeredain kaki lo, daripada dibiarin."

Aileen tercekat melihat Gibran yang telaten mengusapkan minyak ke kakinya.

"Kak?"

"Hmm."

"Kakak marah sama aku karena belain Kak Keo waktu camping?"

"Enggak, itu hak lo."

Masih memperhatikan Gibran. "Tapi Kakak kaya marah waktu itu."

"Lupain aja. Sekarang gue yang mau tanya ke lo."

Aileen mengangguk. "Tanya apa?"

"Lo suka sama Keo?"

Pikiran Aileen menerawang pada awal pertemuannya dengan Keo dan berlanjut sampai dimana kemarin ia memeluk Keo penuh sayang.

"Iya, aku suka sama Kak Keo."

"Berarti lo harus jauhi gue." kata Gibran.

"Kenapa?"

Gibran mengangkat kepalanya membuatmya bersitatap dengan Aileen. Pandangan Gibran terlihat datar tapi jika dilihat dari sisi lain ada sedikit kecewa dimata itu.

"Karena gue suka sama lo."

🐻🐻🐻

Tim Aileen x Gibran?

Tim Aileen x Keo?

Setuju Gibran jadi sadboy?

Next? Vote dan Komen

Jangan jadi silent readers dongg, ayo ramaikan laman inii supaya aku sering update karena dukungan kalian itu bisa bikin semangattt!! ≧ω≦


Continue Reading

You'll Also Like

686K 2.6K 65
lesbian oneshots !! includes smut and fluff, chapters near the beginning are AWFUL. enjoy!
9.5M 375K 38
*COMPLETED* (Y.O.L.O stands for: YOU ONLY LIVE ONCE) *** Carter Jones, the school nerd, and Killian Henderson, the reputated troublemaker, somehow en...
836K 74.1K 37
๐™๐™ช๐™ฃ๐™š ๐™ ๐™ฎ๐™– ๐™ ๐™–๐™ง ๐™™๐™–๐™ก๐™– , ๐™ˆ๐™–๐™ง ๐™œ๐™–๐™ฎ๐™ž ๐™ข๐™–๐™ž ๐™ข๐™ž๐™ฉ ๐™œ๐™–๐™ฎ๐™ž ๐™ข๐™–๐™ž ๐™ƒ๐™ค ๐™œ๐™–๐™ฎ๐™ž ๐™ข๐™–๐™ž...... โ™ก ๐™๐™€๐™๐™„ ๐˜ฟ๐™€๐™€๐™’๐˜ผ๐™‰๐™„ โ™ก Shashwat Rajva...
1.1M 35.8K 70
HIGHEST RANKINGS: #1 in teenagegirl #1 in overprotective #3 in anxiety Maddie Rossi is only 13, and has known nothing but pain and heartbreak her ent...