π‹π€π•π„ππ“π€π‘πˆππ„ [𝐂]

By ilightraes_

17K 2.1K 109

#1st Story LAVENTARINE πŠπ„π–π”π‰π”πƒπ€π π˜π€ππ† πƒπˆπŒπ€π“πˆπŠπ€π S Μ€A Μ€F Μ€Y Μ€N Μ€A Μ€ Μ€N Μ€A Μ€D Μ€D Μ€A Μ€ S... More

DISCLAIMER
THE LAVENTARINE RXF
Laventarine - Prologue
Laventarine - 1
Laventarine - 2
Laventarine - 3
Laventarine - 4
Laventarine - 5
Laventarine - 6
Laventarine - 7
Laventarine - 8
Laventarine - 9
Laventarine - 10
Laventarine - 11
Laventarine - 12
Laventarine - 13
Laventarine - 14
Laventarine - 15
Laventarine - 16
Laventarine - 17
Laventarine - 18
Laventarine - 19
Laventarine - 20
Laventarine - 21
Laventarine - 22
Laventarine - 23
Laventarine - 24
Laventarine - 25
Laventarine - 26
Laventarine - 27
Laventarine - 28
Laventarine - 29
Laventarine - 30
Laventarine - 31
Laventarine - 32
Laventarine - 33
Laventarine - 34
Laventarine - 35
Laventarine - 36
Laventarine - 37
Laventarine - 38
Laventarine - 39
Laventarine - 40
Laventarine - 41
Laventarine - 42
Laventarine - 43
Laventarine - 45
Laventarine - 46
Laventarine - 47
Laventarine - 48
Laventarine - 49
Laventarine - 50
Laventarine - 51
Laventarine - 52
Laventarine - 53
Laventarine - 54
Laventarine - 55
Laventarine - 56
Laventarine - 57
Laventarine - 58
Laventarine - 59
Laventarine - 60
Laventarine - 61
Laventarine - 62
Laventarine - 63
Laventarine - 64
Laventarine - 65
Laventarine - 66
Laventarine - 67
Laventarine - 68
Laventarine - 69
Laventarine - 70
Laventarine - 71
Laventarine - 72
Laventarine - 73
Laventarine - 74
Laventarine - 75
Laventarine - 76
Laventarine - 77
Laventarine - 78
Laventarine - 79
Laventarine - 80
Laventarine - 81
Laventarine - 82
Laventarine - 83
Laventarine - 84
Laventarine - 85
Laventarine - 86
Laventarine (THE END)
Side Chapter : The Truth (Long)

Laventarine - 44

118 21 1
By ilightraes_

Pewarna rambut bertona midnight dimasukkan ke dalam sebuah mangkuk kecil sebelum developer yang tersedia dimasukkan. Kedua-duanya dicampurkan bersama, sejurus itu ia diletakkan pada rambut yang sudah dibahagikan kepada subseksyen.

"Agak-agak apa hasil kita dapat nanti?" Tanya Safyna sambil sibuk meletakkan warna pada helaian rambutnya.

Hannah jongket bahu, dia pula sedang sibuk bermain dengan pewarna rambut kepunyaan Safyna.

"Mana lah aku tahu. Aku tak pernah buat."

"Tak apa kan kalau aku buat tapi tak bleach rambut?" Dia risau kalau ada apa-apa jadi terhadap rambutnya nanti.

"Okay kut aku rasa. Google mengatakan bahawa warna rambut tanpa bleach boleh je, asalkan kalau rambut kau gelap, pilihan warna pun mestilah gelap. Kita doa je lah kau tak cosplay Saitama lepas ni" ujar Hannah berbaur gurauan.

Terus sedas pelempang dihadiahkan pada bahu kanannya. Safyna ketawa kecil apabila membayangkan rupa dia jika botak nanti. Mahu ada yang jadi Joker. Dia geleng kepala lalu terus menyambung kerjanya.

"Weh, Hannah" seru Safyna.

"Apa dia?"

"Cuba kau fikir, kalau orang lain tahu aku buat benda ni, agak-agaknya nak tak diorang dekat dengan aku lagi?" Soalan yang tiba-tiba terlintas di benak fikiran. Ye lah, majoriti manusia suka menerapkan mindset orang rambut berwarna lain ni adalah 'murahan'. Kalau yang Islam, sudah tentu terus-menerus dilabel 'haram', 'murtad' and so on..

"Lantak diorang lah nak jauh berbatu-batu dari kau. Habis aku yang tercangak renung kau buat ni, tak ada pula nak putus sahabat" balas Hannah selamba.

Safyna diam seketika. Ada betulnya juga.

Beberapa minit kemudian..

Gincu bertona merah gelap dicalitkan ke bibir mungilnya, kemudian palet eyeshadow dibuka. Pergerakan Safyna terhenti seketika, tubuhnya dipusingkan menghadap ke arah Hannah yang sedang duduk di atas sebuah kerusi empuk.

"Hannah" panggil Safyna.

Hannah toleh kepala ke arah sang suara yang menyeru namanya.

"Hm?"

"Erm.. kau tau makeup kan?" Hannah angguk kepala mendengarnya. Bukan tipikal handal, tapi sekadar tahu serba sedikit iye lah.

"Boleh tak kau letak benda alah ni kat aku? Hm.. aku tak reti pakai eyeshadow" pinta Safyna bersama sebaris senyuman di bibir. Palet coklat itu dihalakan kepada Hannah. Kelihatan gadis itu sedang merenung alat solek di tangan Safyna lalu berdiri menghampirinya.

"Boleh je" Hannah bersetuju.

Dia mendorong tubuh Safyna untuk duduk di atas katilnya, palet coklat itu dibuka lalu hujung jari mencalit sedikit warna karamel.

"Hannah, aku nak tanya boleh?" Dengan mata yang terkatup, dia bertanya.

"Tanya jelah kau ni" Safyna tertawa kecil.

"Hansa.. dengan kau.. okay ke?"

Soalan itu membuatkan Hannah terkedu, tetapi dia tetap berbuat tenang. Kelopak mata Safyna diusap lembut, malas guna berus sedia ada.

"Kenapa kau tanya?" Tanya balik.

"Maaf lah kalau nampak aku ni busybody sangat tapi.. aku.. aku selalu notis yang adik kau, Hansa.. macam tak berapa sihat" ujar Safyna berhati-hati.

"Ouh. Tak ada apa lah dia tu. Lagipun, apa kena mengena dengan hubungan kitorang?"

"Err.. aku nampak kau dengan Hansa macam.. macam.."

"Macam apa?"

"Macam tak kenal masing-masing. Stranger. Bila cakap pasal Hansa pun kau buat dia macam orang asing. Nak tak nak je cakap" okay mari kita jujur.  Bukan niatnya mahu menjadi seorang penyibuk tetapi sudah banyak kali dia notis benda sebegini.

Tambah pula dengan pandangan Hansa terhadap dirinya. Suspicious.

"Lagi satu.. adik kau tak suka aku ke?" Soal Safyna lagi. Dia buka mata dan terlihat Hannah seakan-akan terkedu.

"Eh tak adalah. Dia okay je dengan kau. Kalau dia tak suka kau, aku sendiri buat dia suka kau. Buat apa dia nak buat macam tu? Pernah kau bunuh hak milik dia ke?" Balas Hannah dalam nada yang seakan menahan marah. Muka pun mula tegang, telan liur Safyna dibuatnya.

"Oh.. tak apa lah kalau dia tak suka aku sekalipun. Hak dia, bukan?" Sebaris senyuman diukir.

"Pala hotok kamu."

"Kenapa? Dia ada buat apa-apa pelik dekat kau ke?" Hannah merapatkan jarak mereka, ingin tahu lebih lagi.

"Eh tak ada. Tapi tulah, setiap kali dia nampak aku mesti dia buat muka.. muka macam tak suka dengan keberadaan aku."

"Lagi?"

"Dia kadang-kadang nampak macam.. tak puas hati dengan aku. Cepat annoying dengan aku.. that's it" ujar Safyna lagi.

Hannah menoleh ke arah lain dengan muka tegangnya, masih cuba mengawal amarah dalam diri.

"Dia memang macam tu. Selalu sangat tak puas hati dengan orang. Bukan dengan kau je, dengan aku pun dia kemain biadap. Kecik lagi nak naik kepala. Masalah betul budak tu. Kalau dia buat lagi, kau balas balik."

"Tapi Hansa sebelum ni baik je dengan aku" Safyna berkerut dahi sambil berkata.

"Itu sebab dia tak tunjuk lagi belang dia."

"Aku pun tak tahu lah apa sebab minah tu nak benci kau. Budak tu memang tak betul sikit" sambung Hannah.

"Oh ta.."

"Dah lah, tukar topik" palet coklat itu ditutup lalu diletakkan di sisinya.

"Sekarang ni.. instead of blablabla tentang dia, apakata kita buat memori?" Hannah mengambil telefon pintarnya, dia membuka aplikasi kamera.

Safyna angguk kepala perlahan, dia bersetuju. Plastik kecil yang mengandungi tindik palsu dibuka lalu dipasang pada bibir bawahnya. Rambut bahagian depan dibetulkan lalu sesi berseronok yang sebenar-benarnya bermula.

.....

"But baby when I'm running, I'm running to you.. you won't see me cry.. I'm hiding inside.."

Lagu yang menjadi trend tiktok pada masa sekarang bermain di sekitar bilik Hannah. Bermacam-macam lagu yang dimainkan, sudah seperti disco.

"Hahahahaha dah macam penyamun aku tengok!"

Ujar Hannah yang sedang memegang telefon bimbitnya, galak merakam dan mengambil setiap detik. Safyna pula sudah rimas dengan topeng tersebut, dia terus membukanya. Pistol mainan diletakkan ke tepi, air Monster Energy berwarna putih diteguk kencang. Dahaga.

"Cheese!"  Butang kamera ditekan. Hannah meletuskan tawa apabila dapat mengambil gambar rupa baru Safyna yang terlihat hot di matanya. Tambah pula dengan gaya dia minum, simpan buat kenangan!

Safyna menjauhkan air tin itu daripada bibirnya. Mata dipejam rapat akibat gas yang terlampau kuat tetapi nikmat. Dia geleng kepala beberapa kali lalu pandang Hannah semula.

"Padu siut!" Laung Safyna.

Dia ketap bibir bawah dan menghampiri dinding bilik tidur tersebut. Sebelah tangan ditekap pada dinding lalu perlahan-lahan menundukkan kepala.

"Asal aku rasa high semacam?" Geleng kepala lagi.

Safyna betul-betul berasa seakan-akan dia berada dalam badan yang baharu. Suasana yang seronok dan dia menikmati ia sepuasnya. Gelak tawa Hannah dan diri sendiri menghiasi fikiran. Nikmat yang lain daripada yang lain, tidak terkata.

"Fyn, kau-"

KLAK!

"HANNAH! HANNAH!" Suara Datin Helena menerpa masuk ke dalam bilik.

Hannah terus pandang ibundanya sepantas kilat. Terkejut dengan tindakan si ibu yang tiba-tiba.

"Kenapa, bu?" Soal Hannah.

Safyna memusingkan kepalanya perlahan-lahan, melihat dua beranak yang sedang mengadakan perbualan.

Datin Helena tarik nafas sebelum membuka mulut.

"Kamu pergi bawak Safyna turun sekarang! Bapak dia datang! Serbu ibu tadi!"

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 91.1K 82
Puteri Arisha - seorang gadis yang pendiam dan introvert walaupun merupakan seorang painting artist dan seorang model. Seorang gadis yang memendam pe...
1.2M 42.7K 99
[COMPLETED] WARNING: BACAAN MATANG. ADA SEDIKIT SCENE ROMANCE 18SX. BACA MENGIKUT KESESUAIAN UMUR. JIKA MASIH BERKERAS, IA NYA MENJADI TANGGUNGJAWAB...
6.8M 334K 69
Suami Romantik dan Penyayang? Tak pernah diduga Elleana akan mendapat suami garang dan tegas. Hidupnya yang selama ini tak pernah diatur oleh arwah b...
1.2M 57.8K 58
COMPLETED Diana Darian x Tengku Eddie Diseksa oleh kakak dan ibu tiri sendiri dan akhirnya berkahwin dengan putera raja adalah kisah milik Cinderella...