AMBIVALEN (End)

By agustzz

7.6K 490 125

||follow dulu yuk, biar makin akrab sama aku|| Part lengkap tersedia di wacaku! (Judulnya ambivalen by agust... More

1. Waktu SMATUSA Bagian Bacot
2. Jenny Luciana
3. Inara Dan Lukanya
4. Nggak Boleh Cepu
5. Si Janda Kembang
6. Pertanyaan Tanpa Jawaban
7. Titik Terendah Seorang Wildan Pamungkas
8. Jam Kosong
9. Pertu, Perawan Tua
10. Lelah Secara Mental
11. Harus Sembunyi!
12. Cinta tak Selamanya Indah, Dek!
14. Janda Bolong Bikin Heboh
15. Insiden Mobil Bergoyang
16. Yudha Day
17. Kado dan Permintaan Maaf
18. Isi Hati Serta Retaknya Persahabatan
19. Napak Tilas
20. Napak Tilas pt2
32. Om Pram Balik Kampung
33. Bikin Boneka Dari Kain Flanel
34. Kesederhanaan Cinta Untuk Jenny
35. Wildan Senang, Inara Bimbang
36. Pulang Bareng Ariel
37. Nenek Datang Hati Riang
38. Nonton Pertunjukan Wayang
39. Wildan Culik Inara
40. Kerja Kelompok IPS 1

13. Mangga Muda

109 11 0
By agustzz

HALLO APA KABAR SEMUA?

JOGJA LAGI HUJAN NIH, KOTA KALIAN GIMANA?

HUJAN-HUJAN GINI, ENAKNYA MAKAN MIE SAMBIL BACA WP WKWK.

KALIAN LAGI SIBUK NGAPAIN NIH?

KALIAN SUKA LUTISAN?

KALAU IYA, PALING SUKA BUAH APA?

KOMEN YAA 🧚

OKE, YUK LANGSUNG CUS BACA AJA.

Happy reading ❤️

Saat ini, Inara dan Mama Ina sedang berjalan menuju rumah Wildan. Siang ini, Tante Endah mengajak mereka untuk lotisan mumpung punya banyak mangga muda.

"Kak, Inara!" seru Yudha berlari ke arahnya, dan langsung memeluk Inara.

"Hei!" Inara mengacak-acak rambut Yudha gemas. Rambutnya sangat lembut.

Inara masuk ke rumah. Disana sudah ada Mbak Mawar yang juga datang kemari beserta Bintang, yang merupakan anaknya. Terlihat sedang mengupas kulit buah mangga.

"Udah dari tadi Mbak?" tanya Inara sopan.

"Iya, Bintang tuh, ngajak main ke rumah Yudha dari kemarin. Nggak tahunya sekarang ada acara lotisan," ujar Mbak Mawar sinis.

Inara tersenyum tipis. Padahal dalam hati ia mengumpat, memang kenapa kalau ada acara lotisan, toh ini juga bukan acara besar yang harus disiarkan ke seluruh kompleks.

"Gimana? Apa ayahnya Bintang bertanggung jawab?" tanya Ina mengambil buah mangga untuk mengupasnya.

Mbak Mawar langsung menghentikan tangannya yang sedang mengupas buah. Badannya menegang, tidak suka jika ada yang menanyakan keberadaan ayah Bintang.

"Enggak Mbak, selama ini saya sendiri yang urus." kata Mawar.

"Wajar dek, orang brengsek seperti itu mana mau tanggungjawab," sahut Tante Endah datang dari dapur dengan membawa Cobek dan ulekan.

Inara terdiam. Ia tidak bisa membayangkannya bagaimana caranya menghidupi seorang anak sendirian, kadang ia merasa iba dengan Mbak Mawar walau ia juga tidak tahu, apakah Mbak Mawar bersalah ataupun tidak. Kejadian itu sudah terjadi begitu lama.

Waktu itu, Inara masih kecil baru duduk di bangku sekolah dasar. Mbak Mawar datang setelah tiga bulan menghilang tanpa kabar. Dan kembali dengan membawa bayi kecil yang sekarang diberi nama Bintang.

Desas-desus banyak terdengar. Sebagian warga sudah mengetahui, bahwa Mbak Mawar memang sudah hamil. Maka dari itu, Mbak Mawar memilih pergi kala perutnya mulai membesar.

Sampai sekarang, mbak Mawar tidak mau menyebutkan siapa ayah dari Bintang. Setiap ditanya, tubuhnya selalu menegang dan ketakutan. Ada hal yang disembunyikan, meski begitu para warga memilih diam. Tidak mau ikut campur, toh kejadiannya sudah bertahun-tahun yang lalu.

Sekarang, Bintang sudah besar. Umurnya sama persis dengan Yudha, dan disekolah kan di TK yang sama.

Mama Ina memegang tangan Mbak Mawar dengan lembut. "Saya yakin, kamu bisa membesarkan Bintang sendiri. Kamu kuat."

"Iya mbak," hati Mawar sedikit menghangat.

Tante Endah memilih untuk diam. Beliau menaruh gula Jawa dan bahan lainnya di cobek dan langsung menguleknya dengan ulekan.

"Nduk, tolong ambilkan mentimun di kulkas," suruh Endah.

Inara mengangguk patuh. "Siap, Tan!"

Bukan tidak sopan. Inara bahkan mengerti barang yang ada di setiap sudut rumah Wildan. Ia sudah terbiasa, begitu juga dengan Wildan saat di rumahnya. Tidak ada kata malu ataupun canggung. Kedua keluarga mereka sangat akur, terlebih lagi ia dan Wildan memang sudah berteman sejak kecil.

"Cuma ada ini, Tan." kata Inara menaruh tiga buah timun.

Tante Endah mengangguk. Ia mengupas, dan memotongnya kecil. Lalu ditaruh ke cobek agar gula jawanya tidak menggumpal. Sebenarnya timun ini untuk pengganti air saja. Selebihnya, dipotong dengan ukuran sedang.

"Tan, Wildan kemana?" tanya Inara dari tadi ia tidak melihat wajah tengil milik Wildan.

"Pergi tadi sama temennya, coba kamu telepon," suruh Endah.

Inara mengangguk, ia mulai mengambil ponselnya yang ada di saku. Baru saja ingin menghubunginya, suara motor berhenti.

"Nah, itu anaknya udah pulang!" seru Endah.

Inara ingin berjalan keluar, tapi langkahnya terhenti saat Wildan diantar pulang oleh Edwin temannya. Jadi, ia harus menunggu mereka mengobrol terlebih dahulu, setelah Edwin pergi baru siap bisa keluar rumah.

Mata Inara langsung melebar. "Wildan! Ngapain pake jas hujan?"

Bayangkan saja, siang ini sangat terik. Tapi entahlah Wildan menang sedikit konyol. Mana ada cuaca panas seperti ini malah memakai jas hujan.

"Wildan!" pekik Endah keluar rumah dengan yang lainnya.

"Kamu bandel banget, ya! Ngapain pake jas hujan?!" Endah menarik kuping Wildan dengan kencang.

"Aduh mah .... Sakit!!!" teriak Wildan mencoba melepas tangan mamanya.

Hal itu membuat Mama Ina dan Mbak Mawar geleng-geleng kepala, mau heran, tapi ini Wildan.

"Sudah, kamu masuk. Jangan malu-malu-in!" seru Endah masuk ke rumah dengan kesal. Disusul dua orang lainya.

Sedari tadi Inara menahan tawanya, bagaimana tidak. Kelakuan Wildan memang sangat konyol, selalu saja membuat orang heboh.

"Ngapain lo ketawa?" tanya Wildan sinis, ia membuka jas hujan yang ia kenakan.

"Habisnya, kamu kenapa sih? Suka banget bikin Tante Endah emosi," sahut Inara masih tertawa.

Bibir Wildan tertarik keatas, begitu melihat Inara yang tertawa lepas. Tangannya terulur untuk mengacak-acak rambut nya. Sengaja, tadi saat perjalanan pulang. Ia menyuruh Edwin untuk berhenti dan ia langsung memakai jas hujan. Jangankan ibunya, Edwin saja terheran-heran dengan temannya yang satu ini. Semua ini, ia lakukan hanya demi perempuan yang merupakan tetangganya.

Jantung Inara berdetak kencang, saat Wildan mengacak-acak rambutnya. Tubuhnya ikut menegang sebagai bentuk reaksinya.

"Wildan! Lepasin nggak?!"

"Gue seneng Ra, liat lo ketawa gini," ungkap Wildan masih setia merusak rambut Inara.

"Berantakan, ih!" Inara menjauhkan tangan Wildan.

"Yaudah, sini gue iket ulang rambutnya," ucap Wildan, membalikan badan Inara dan mulai mengikat rambutnya yang mengendur.

"Emm ... Udah Wil,"

"Bentar Ra," Wildan membalikan badan Inara lagi, agar menghadap ke arahnya, ia menyisir poni Inara.

"Nggak usah," cegah Inara. Tidak sanggup melihat Wildan dengan jarak sedekat ini.

"Kenapa sih Ra? Masih aja suka deg-degan." kata Wildan membuat Inara terkejut. Jadi selama ini?

Ah, tidak mungkin. Wildan yang ia kenal tidak akan peka dengan keadaan sekitar.

"Masuk ada deh, yuk! Haus gue," ajak Wildan menarik tangan Inara.

"O-oke," Inara mengigit bibir bawahnya.

Langkah Wildan memelan, ia mendengar penuturan Mbak Mawar yang seperti mengadukan dirinya.

"Mbak, Wildan sering goadain saya loh," adu mbak Mawar.

Wildan langsung berjalan mendekat, duduk di samping ibunya. "Dih, apaan deh, nggak usah percaya mah!"

Endah berkacak pinggang, ingin memarahi anaknya, tapi sudah lelah. "Anak sama ayah, sama aja!"

"Wah, Ma. Masa nggak tahu, istilah buah tidak jauh dari akarnya. Nah! Gitu mah."

"Dasar!"

Wildan terkekeh geli. Ia melirik ke arah piring yang berisi buah-buahan juga sudah aja cocolannya. "Asik, nih. Lotisan!"

"Cobain le, seger pelem e," ujar Ina.

(Cobain nak, segar mangganya)

"Siyap, Tan!"

Wildan mengambil sepotong mangga yang terlihat mengiurkan, lalu ia cocok kan dengan bumbunya. Matanya terpejam, mulutnya mengkerut.

"Asemii, lha kok, kecut!"


HAHA ... Wildan lucu banget

Next nggak?

Continue Reading

You'll Also Like

176 74 10
Menceritakan seorang gadis yang bernama Cici Permana Atmaja. Cici heran sendiri dengan tingkah guru-guru mudanya disekolah. Yang bisa dibilang terlal...
1.3K 140 5
Sebuah cinta bisa merubah segalanya. Keluargaku hancur karena cinta itu. ••• "MAMA!! KAKAK SEMBUNYIIN BONEKA ANJINGKU DIATAS AC!" "KEEN!!" "Enggak, M...
210K 16.7K 54
Kita terlalu terang hingga tidak menemukan jalan jika tetap berjalan beriringan. Namanya Lampion. Biasa dipanggil Pion. Cowok agresif yang berani mel...
21.9K 1.4K 50
[Follow akun aku kalau mau] Langit Aditya Dirgantara, lelaki misterius yang irit bicara, masalalu yang kurang menyenangkan membuatnya menarik diri da...