3 KALI UPDATE LAGI WOI 🥺
DEMI KALIAN NIH, MANA SUARANYA?
JAM BERAPA KALIAN BACA CERITA RAJAWALI?
APA KABAR AYANG?
KAMU LAGI APA?
ABSEN DULU YUK SEBELUM MEMBACA.
SPAM KOMENTAR EMOJI BUNGA DI SINI BANYAK-BANYAK. 🌹🌸🌷
VOTE DULU SEBELUM MEMBACA. HEHEHE.
KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF YA BIAR AKU SEMANGAT NULISNYA.
KAMU TIDUR JAM BERAPA?
KAMU PUNYA NOVEL BERAPA?
SUDAH IKUTAN GIVEAWAY?
SEMOGA KAMU YANG BERUNTUNG YA. AAMIIN.
***
Sekarang pukul delapan, guru pelajaran sudah menampakkan batang hidungnya. Evalina duduk agak kaku di kursinya. Ia sesekali melirik Alexander dari sudut matanya. Cowok itu tidak berbicara. Ia hanya sesekali mengerutkan kening dan kedua alisnya bertaut ketika guru menjelaskan tentang perang dunia ke dua.
Evalina tidak suka pelajaran sejarah karena baginya masa lalu harus dihapuskan. Harusnya ada pelajaran masa depan bukan hanya sejarah saja.
Seru sepertinya mengetahui bagaimana perkembangan zaman di masa depan. Contohnya membahas apakah akan tercipta sebuah benda yang berupa pintu ke mana aja di masa depan. Jadi semua orang tidak perlu lagi menggunakan pesawat. Hanya tinggal membuka pintu berwana merah muda dan memikirkan ke mana mereka mau, detik itu juga langsung sampai.
Menakjubkan bukan!
Maaf ya ngelantur.
Lanjut ke Alexender yang hanya diam. Evalina masih bertanya-tanya apakah cowok itu tadi mendengar ucapannya atau tidak? Sepertinya tidak. Karena Alexender tidak mengeluarkan respon apapun.
Evalina sepenuhnya sadar kalau ia sekarang memandang cowok itu tanpa kedip. Jika dilihat dari samping, ia bisa melihat rahang tegas cowok itu berkatup. Hidungnya yang mancung seperti perosotan anak TK. Dan rambutnya yang lebat berantakan menutupi jidat. Sungguh, Alexender jauh lebih menarik dari pada pelajaran yang sedang berlangsung.
Perempuan berkepang dua itu tidak keberatan kok mengakui kalau Alexander adalah cowok tertampan di sekolah. Namun ia gengsi untuk mengatakannya. Nanti takutnya telinga cowok itu lebar seperti gajah.
Evalina juga masih agak gelisah, apakah Alexander sudah memaafkannya atau belum. Tapi kalau dilihat dari ekspresi Alexander, sepertinya cowok itu sudah melupakan tuduhannya yang mengatakannya berpelukan dengan Renata.
Tak terasa akhirnya denting bel berbunyi, seluruh murid seperti balapan lari keluar kelas. Berlomba-lomba menuju kantin.
Evalina melihat Alexander berdiri dari kursi lalu keluar kelas. Saat ini Evalina tidak menegur cowok itu bahkan untuk bertanya mau ke mana saja nyalinya ciut.
Perempuan berlesung pipi itu lantas menghampiri Caldora di meja paling depan di samping jendela.
"Ayok ke kantin." ajak Caldora.
Evalina menggelang. "Gue mau curhat dulu ya."
"Ada apa lagi sih?"
"Caldoraaaaa gue malu bangetttt." pekik Evalina ketika ia menghempaskan pantatnya ke kursi kosong di sebelah gadis sipit itu.
"You malu kenapa? Coba cerita dulu deh." Sebelah alisnya terjungkit.
Evalina menaruh dagunya di atas meja. "Lo ingatkan tadi pagi gue cari Alexender."
Caldora mengangguk-angguk. "Terus, terus."
"Gue pagi tadi bicara sama Alexander." lirih Evalina sambil menutup mukanya.
"Terus? Kan biasanya you bicara sama dia. Masalahnya apa?" Gadis sipit itu memandang Evalina heran.
"Tapi kali ini beda."
"Beda gimana sih? Jelasin dong."
Evalina mengingat kembali peristiwa tadi pagi. Hujat turun dengan deras. Angin bertiup sangat kencang. Pohon-pohon bergoyang-goyang. Maaf kalau terlalu dramatis. Namun seperti itu yang ia rasakan tadi pagi.
"Gue tadi pagi bilang kalau gue baper sama dia." Setelah mengucapkan itu Evalina langsung menenggelamkan wajahnya ke dalam tangannya.
Caldora tersentak ke belakang hingga kepalanya terhatup jendela. Ia meringis sambil mengusap belakang kepalanya.
"Omg.... seriusan. Kok bisa?" Kedua mata sipitnya terbuka lebar.
Kepala Evalina menggeleng lemah. "Nggak tahu juga mulut gue tiba-tiba langsung aja cerocos begitu. Kelemahan gue, kan, keceplosan gitu."
"Terus reaksi Alexander gimana?"
"Sepertinya dia enggak dengar deh, soalnya gue ngomongnya pas dia pergi ninggalin gue gitu."
Sumpah deh enggak bohong Caldora ingin menjitak Evalina sekarang. Namun ia sadar temannya itu kadang memang agak konslet otaknya. Jadi ia tertawa ngakak sambil memukul meja.
Evalina menyipitkan kedua bening matanya. "Kok lo malah ketawa sih? Gue malu banget nih."
"Buat apa malu sih orang dia enggak dengar kok."
"Tapi gue takutnya dia dengar."
"Kalau you takut dia dengar buat apa you bilang."
"Ya karena gue suka sama dia."
Dagu Caldora turun naik. Ia terkekeh sebelum berbicara. "You ngaku juga sekarang. Apa i bilang.... you suka sama dia, kan. Tapi you pendam sendiri. Akhirnya mulut you udah nggak tahan buat ungkapin rasa yang ada di hati you."
"Terus gimana dong?"
"Ya nggak gimana-gimana. Setidaknya you udah jujur sama hati you. You pasti lega, kan, sekarang."
Perempuan berlesung pipi itu memandang takjub Caldora. Ternyata temannya itu bisa juga diajak diskusi serius. Biasanya kan bercanda mulu.
"Iya sih gue lega gitu tapi gue malu banget. Mau ditaruh di mana muka gue kalau misalnya dia dengar yang gue ucapin."
"Udah deh, you ngggak usah malu, i juga pernah kok ada di posisi you." Caldora menepuk bahu Evalina satu kali.
Gadis sipit itu menarik napas panjang sebelum melanjutkan ucapannya. "Kita barisan para cewek yang menaruh perasaan ke Alexander. Hehehe."
"Tapi i rasa you masih ada kesempatan untuk dekat sama dia." tambahnya dengan nada serius.
"Kesempatan bapak lo." sahut Evalina menatap Caldora seolah temannya itu orang gila.
"Hahahaha. I rasa you berdua bakal pacaran deh." cetus Caldora yakin.
Ternyata temannya benar-benar orang gila! Namun kata-kata itu membuat Evalina sedikit terhibur. Tidak bisa dipungkiri ia senang mendengarnya.
Evalina memberengut. "Enggak mungkin. Dan gue juga nggak berharap kok pacaran sama dia."
"Yakin?" tanya Caldora dengan nada menyelidik dan sebelah alis terjungkit.
Perempuan berkepang dua itu diam beberapa saat. "Berharap sih, tapi dikit."
Sontak Caldora tertawa renyah di kursinya. "I doain deh ya semoga you bisa sampai nikah sama dia."
"Caldora... udah deh bercandanya, nggak lucu."
"Pacaran aja belum eh udah nikah aja."
Caldora menyenggol bahu temannya yang sedang salting itu. "Enggak lucu tapi kok you senyam-senyum gitu. Senang ya. Hehehe."
"Caldora ih... gue tabok ya lo." Evalina langsung melepaskan sepatunya.
Melihat itu Caldora buru-buru kabur keluar kelas dengan tawanya. Evalina mendengus dan menyusul bestienya yang sekarang mau makan bakso di kantin.
Enggak jadi marah deh, soalnya Caldora mau mentraktirnya lagi! Hehehe.
***
PENASARAN DENGAN BAB SELANJUTNYA!
SPAM KOMENTAR 🔥 UNTUK LANJUT!
SPAM RAJAWALI DI SINI!!!
SPAM ❤️ SEBANYAK-BANYAKNYA DI SINI!!!
SPAM NAMA EVALINA!
SPAM NAMA ALEXANDER!
UPDATE KAPAN LAGI?
HARI INI/BESOK?
SPAM 😊 SEKALI LAGI SEBANYAK-BANYAKNYA!
5K KOMENTAR YUK BISA YUK!
SATU KATA UNTUK CERITA RAJAWALI?
ADA YANG MAU DITANYAKAN UNTUK EVALINA?
UNTUL ALEXANDER?
UNTUK AUTHOR? 🤪
NAMA INSTAGRAM KAMU?
YUK KOMENTAR SEBANYAK-BANYAKNYA DI SETIAP PARAGRAF YA!!!
TERIMA KASIH, AYANG.
TERTANDA, HENDRA PUTRA