WAH UPDATE LAGI NIH!!!
MANA SUARANYA YANG SUDAH SIAP BACA RAJAWALI?
ABSEN DULU YUK SEBELUM MEMBACA!
SPAM KOMEN 😍 DI SINI SEBANYAK-BANYAKNYA!
SUKA SAMA CERITA RAJAWALI?
SUKA TIPE COWOK SEPERTI APA?
SALAM KENAL YA BUAT PARA PEMBACA, HAI!
JANGAN LUPA SHARE CERITA RAJAWALI KE MEDSOS KALIAN YA, BIAR MAKIN BANYAK YANG BACA. OKE.
SEKALI LAGI SPAM ❤️ DI SINI SEBANYAK-BANYAK-BANYAKNYA. AKU SUKA LOH 😊
***
Keesokan paginya yang tidak ada angin, tidak ada hujan, dan tidak ada badai terjadi keributan di sekolah. Lebih tepatnya di dalam kelas Evalina.
Kelasnya saat ini diserbu dengan cowok-cowok berotot alias anak basket! Dari segerombolan murid itu terlihat satu orang yang wajahnya memiliki dendam dan masalah yang belum selesai.
Evalina menyelinap masuk dan melihat pentolan mereka. Cowok bajingan itu sedang mencengkram kerah baju Alexander.
"Gue tantang lo duel di belakang sekolah!" kata Brandon gusar.
Alexander mendorong tubuh cowok berotot itu. "Jangan, kan, lo sendiri, sekalian sama teman-teman lo semua. Keroyok gue."
"Oke... gue bakal habisin lo!"
Evalina menggeleng, ia tahu ini pasti karena kejadian itu. Dengan cepat perempuan berkepang dua itu langsung berdiri di antara Alexander dan Brandon.
"Alexander... lo jangan dengerin dia ya. Jangan berantem ya." Lirih Evalina.
Alexander sekilas melihat tatapan penuh harap perempuan itu. Cowok tinggi itu lantas menghela napas. "Lo beruntung hari ini, karena gue lagi enggak mood ngajar orang."
Baru saja lega kerena Alexander tidak menerima tantangan itu, namun kapten basket itu segera memancing emosi Alexander kembali.
Cowok bajingan itu tertawa meremehkan. "Ternyata Alexander yang katanya jago berantem sekarang berlindung di ketiak perempuan guys."
Pasukannya ikut tertawa dan membuat suasana menjadi tidak terkendali.
"Dasar pengecut lo!"
"Mending lo sekarang pakai rok aja!"
"Pasti mama lo nyesel lahirin anak pengecut seperti lo."
"Atau mama lo mau gue cium baru lo mau ngelawan gue." Brandon memainkan kedua alisnya sambil tertawa.
Evalina melihat wajah Alexander yang berubah dan memerah. Ia seperti gunung meletus yang siap mengeluarkan lavanya.
Benar saja, Alexander langsung menendang kapten basket itu tetapi meleset beberapa senti. "Bangsat lo. Jangan pernah bawa mama gue!"
Belum sempat meninju kapten basket itu, beberapa murid mulai melerai.
"Sekali lagi lo sebut mama gue, bakal gue habisin lo! Detik ini juga!"
Brandon berdesis. "Kita buktikan pulang sekolah. Lo yang habisin gue atau gue yang bakal habisin lo!"
Alexander sekilas melihat Evalina. Perempuan itu terlihat pucat menatapnya. Matanya pun seolah berkata 'Jangan berantem'.
"Kalau lo nggak datang tandanya lo kalah dan lo jangan pernah lagi ikut campur apa yang gue lakuin."
"Termasuk godain dia." Cowok gatal itu mencolek dagu Evalina.
Evalina sontak kaget dan langsung menampar cowok itu. Namun tangannya dengan mudah ditangkap Brandon.
"Gue suka sama cewek yang jual mahal begini!" ujarnya sambil mengedipkan sebelah mata.
Entah mengapa, Alexander tak suka ketika melihat tangan perempuan itu digenggam sama cowok lain. Apalagi dengan kekerasan seperti itu. Ia lantas mengerang keras. "Lepasin tangan dia."
Sepertinya Brandon sudah tahu sekarang alat untuk memancing Alexander. "Wah ada yang marah nih."
"Oke... gini aja, kalau lo menang, gue enggak bakal gangguin dia lagi." Brandon melepaskan tangan Evalina.
Perempuan berkepang dua itu mengusap tangannya yang memerah karena pegangan tangan kasar itu.
"Kok lo jadiin gue bahan taruhan!"
"Lo pikir lo siapa! Hah!" sahut Evalina tak terima.
Cowok berotot itu menarik sudut bibirnya. "Sekarang nasib lo ada ditangan Alexander."
Merasa urusannya telah selesai, lantas kapten basket itu berseru kepada pasukannya. "Ayo guys cabut!!!"
Tujuh murid kelas lain itu keluar kelas mereka tepat bel masuk berbunyi.
Evalina melirik Alexander.
Alexander hanya diam.
Ah... pagi-pagi udah pada berantem begini.
Dasar ya itu kapten basket suka cari gara-gara!
Tapi entah mengapa, Evalina punya pirasat buruk, cowok bajingan itu pasti sudah merencanakan sesuatu. Yang jelas sesuatu yang jahat!
Evalina tidak mau terjadi apa-apa kepada Alexander.
Apalagi kejadian ini masih ada sangkut paut dengan dirinya!
Evalina tidak akan bisa mengampuni dirinya jika ada hal buruk yang terjadi pada Alexander. Di dalam heningnya, Evalina berdoa dalam hati, semoga cowok berahang tegas itu tidak menerima tantangan Brandon.
Perempuan berlesung pipi itu rela kok digangguin. Ia akan melawan. Ia akan tendang aset masa depan tuh kapten basket! Biar mandul sekalian!
***
Alexander sudah memikirkannya matang-matang. Tidak ada pilihan yang terbaik selain menerima tantangan cowok bajingan itu. Permasalahan ini harus segera diselesaikan. Sampai tuntas!
Ia tahu perempuan yang duduk di sampingnya itu menatapnya dengan cemas namun semua ini demi kebaikannya. Alexander tidak mau siapapun mengganggu apalagi berbuat kurang ajak kepada Evalina.
Mungkin memang Alexander tidak ada hubungan apa-apa dan tak perlu melindungi perempuan itu. Tetapi ketika melihat mata Evalina berkaca-kaca dan wajahnya ketakutan, dirinya tidak mungkin hanya diam saja.
Karena di dalam dirinya ada perasaan yang memberontak. Memintanya untuk bergerak dan mengambil tindakan. Ya, seperti saat ini, ia sudah memutuskannya. Alexander akan menerima tantangan cowok bajingan itu.
Bel pulang akhirnya berbunyi dan semua murid memandang Alexander yang berdiri.
"Lo jangan berantem ya?" lirih perempuan di sampingnya.
Alexander tidak ingin menoleh. Karena tatapan itu bisa saja menghipnotisnya. Dan membuatnya luluh kemudian menuruti semua perkataannya.
"Jangan pernah ikut campur urusan gue!"
"Gue takut." suara Evalina terdengar sangat cemas.
Cowok berjaket jins itu menghelas napas. "Lo enggak perlu khawatir."
"Jadi lo mending pulang aja sekarang!" lanjut Alexander lalu meninggalkan kelas.
Semua murid laki-laki pun sekarang langsung mengikuti Alexander yang pergi ke belakang sekolah. Biasalah! Setiap ada duel seperti ini pasti ada yang memanfaatkannya untuk manjadi bahan taruhan.
Suasana di belakang sekolah kini ramai. Gerombolan murid membentuk lingkaran dan mengosongkan ruangan di titik tengah untuk Alexander dan Kapten basket itu bertarung.
Tentu saja ada sebagian murid bertugas untuk mengamankan keadaan. Takutnya ada guru yang me-sidak TKP.
"Ternyata lo berani juga datang!" Brandon memberikan tepuk tangannya.
"Langsung aja kita selesaikan!" desis Alexander tajam.
Suasana mulai memanas dan hadirlah seorang wasit dadakan di antara mereka. Ia yang akan menentukan siapa yang menang dan kalah.
"Sebelum bertarung, gue mau kasih tahu aturan mainnya. Pertama enggak boleh nendang masa depan. Kedua dilarang pukul belakang kepala. Ketiga enggak boleh pukul pakai siku. Karena yang gue sebutkan itu berbahaya."
"Kalian berdua siap!"
Alexander merenggangkan otot-ototnya. Sedangkan Kapten basket itu meludah ke tanah tanda meremehkan lawannya.
"Pertarungan dimulai!!!" seru murid yang menjadi wasit itu lalu meniupkan peluit yang baru saja ia pinjam dari tukang parkir seberang sekolah.
Dugaan semua murid benar, Alexander mengungguli adu jotos itu. Pukulannya selalu telak mengenai rahang dan rusuk musuhnya.
Namun musuhnya terlihat masih kuat dan sesekali mengeluarkan jurus tendangan terbang tetapi meleset.
Alexander dengan mudah menghindar lalu ketika musuhnya terbaring di tanah ia ingin segera mengakhiri pertarungan itu dengan satu pukulan yang di arahkan tepat ke pipi cowok itu.
Bush!!!
Pukulan Alexander meleset.
Dan tiba-tiba saja gelap.
Cowok tinggi itu tidak bisa melihat apa-apa.
Alexander mengucek matanya yang terasa perih.
Sang musuh langsung bangkit lalu melakukan gerakan kaki berputar yang membuat Alexander begitu saja terjatuh.
Brandon tersenyum lebar. Rencananya berhasil. Bubuk cabai itu tepat ia lemparkan ke mata Alexander.
Kapten basket itu tertawa bahagia karena telah berhasil memenangkan pertarungan itu.
"Alexander..."
"Gue yakin lo menang!"
"Ayo bangun!"
"Hajar dia."
Suara lirih itu tiba-tiba terdengar.
Ketika mendengar suara itu, Alexander pun memiliki kekuatan untuk bangkit kembali. Dan semua murid yang menonton pun langsung bersorak dan memberi tepuk tangan.
"Dasar bodoh! Lo enggak bakal menang lawan gue dengan mata terpejam."
Cowok bajingan itu langsung melayangkan tinjunya ke arah Alexander.
Dan yang terjadi...
Bogeman mentah itu meleset.
Brandon berdecak. "Kok lo bisa menghindar!"
Alexander pernah berlatih berkelahi dengan mata tertutup. Ia seperti nostalgia. Dan akan mempraktekan ilmunya sekarang juga.
Ketika Brandon kembali mengeluarkan jurus tendangan terbangnya, Alexander dengan naluri berkelahinya dapat menangkis kaki itu lalu justru sekarang ia memutar kaki itu hingga musuhnya terlempar hingga jatuh ke tanah.
Dan tepat saat itu Alexander pun langsung memberikan pukulannya tepat ke hidung Brandon.
Pukulan itu tidak dapat ditangkis.
Musuhnya hanya pasrah.
Namun, Alexander menahan tinjuannya ketika jaraknya hanya tinggal beberapa senti lagi mengenai hidung Brandon. "Kali ini gue masih ampunin lo. Sekali lagi lo macam-macam bakal gue buat patah hidung lo!"
Melihat kapten basket sudah tidak berdaya, wasit berseru. "Pemenangnya adalah Alexander!"
Sorak seluruh murid terdengar bahagia. Ya, mungkin karena baru saja menang taruhan. Dan sebagiannya lagi hanya menunduk lemas karena harus kehilangan uang.
Evalina lantas berlari menghampiri Alexander. "Lo hebat. Lo bisa menang padahal lo tadi sudah dicurangin."
"Gue lihat dia lempar sesuatu di mata lo."
"Untungnya lo enggak kenapa-napa, kan."
Alexander mencuci matanya dengan air mineral. "Iya, gue baik-baik aja."
Evalina menyipitkan matanya. "Sini gue bantu bersihin luka lo."
"Enggak usah."
"Jangan protes. Sini gue bantuin. Sayang banget deh muka lo yang ganteng jadi lecet begini."
Evalina memberikan plester di dekat pelipis Alexander. "Lo jangan berantem lagi ya."
Kedua mata teduh itu membuat Alexander menghela napas berat. Alexander bicara dalam hatinya "Yang gue lakukan adalah untuk melindungi lo, tidak apa-apa harus terluka."
Karena Alexander hanya diam, justru sekarang malah pergi meninggalkan Evalina, perempuan itu menggerutu. "Alexander... lo dengerin gue enggak sih?"
"Lo mau ke mana?" tanyanya terdengar capek.
Alexander menoleh dengan matanya yang menenangkan. "Gue mau pulang."
Melihat mata itu Evalina benar-benar merasakan ketenangan. Ia langsung tersenyum melihat punggung itu menjauh.
Evalina senang Alexander menang.
Namun sedih juga karena cowok itu terluka.
Evalina seperti ikut merasakan perih setiap gores luka yang dirasakan Alexander.
Apakah ini benar-benar yang dinamakan cinta?
Kita ikut sakit jika melihat orang yang kita suka sakit!
Ah... Evalina pusing memikirkannya.
Mending ia sekarang segera pulang karena langit tiba-tiba mau mengeluarkan tangisnya.
***
BINTANGNYA JANGAN LUPA YA, GRATIS KOK.
5K KOMENTAR SEPERTINYA BISA DEH. SPAM ❤️ BANYAK-BANYAK.
SPAM 🔥 DI SINI!
GIMANA MENURUT KALIAN CERITA RAJAWALI?
KASIH SARAN CAST YANG COCOK BUAT MEREKA BERDUA DONG.
CAST EVALINA SIAPA?
CAST ALEXANDER SIAPA?
SPAM KOMENTAR 😊 DI SINI LAGI YA BANYAK-BANYAK.
NAMA INSTAGRAM KAMU?
JANGAN LUPA SHARE CERITA RAJAWALI DAN TAG AKU YA DI INSTAGRAM: HENDRA.PUTRA13.
TULIS NAMA ALEXANDER SEBANYAK-BANYAKNYA!
TULIS NAMA EVALINA SEBANYAK-BANYAKNYA!
SPAM ❤️ SEBANYAK-BANYAKNYA!
KALIAN SEJAK KAPAN PUNYA WATTPPAD?
WARNA RAMBUT KAMU?
HARAPAN KALIAN UNTUK CERITA RAJAWALI?
TULIS RAJAWALI SABANYAK-BANYAKNYA.
UPDATE KAPAN LAGI YA? BESOK/ HARI INI?
SPAM UNTUK NEXT CHAPTER?
SPAM 🔥 SEKALI LAGI YA.
TERIMA KASIH, AYANG.
TERTANDA, HENDRA PUTRA