Hening Untuk Bara [TERBIT]

By sindiaa_

8.4K 2K 1K

Kamu asmaraloka yang amerta di bentala adiwarna tetapi terasa aksa bagiku sang niskala [Hening Untuk Bara] °°... More

Prolog
01• Bad Start
02• Rain
03• Ring
04• Penasaran
05• Jaket
06• Pingsan
07• Simpati
08• Died
10• Tawaran
11• Jebakan
12• Kehancuran
13• Shy
14• Lupa
15• Salah Sambung
16• Aula
17• Dialog Senja
18• Phobia
19• Lucu
20• Devil
21• Ares
22• Rencana
23• Alleshea
24• Kesambet
25• Pipi Merah
26• Kepanasan
27• Luka
28• Mengobati
29• Pawang
30• Mama
31• Hening
32• Momen
33• Penjelasan
34• Waktu
35• Ruang
36• Fakta
37• Ungkapan
38• Akhir
Epilog
Hening Untuk Bara
✔INFO PENTING
✔PRE-ORDER

09• Kecelakaan

238 86 36
By sindiaa_

Bukan tentang seberapa lama rasanya tapi tentang seberapa serius dirinya, pada dirimu atau hanya pada ambisinya yang terlalu menggebu

°°°

Seusai Hanin menceritakan kronologis kejadiannya hingga berakhir dengan nomor Bara yang ada di room chat-nya, dan belum juga ia balas hingga sekarang. Sontak saja Elisya menggebrak mejanya, dan lalu banyak pasang mata memperhatikan mereka berdua.

"Ca..," tegur Hanin, meringis malu karena ditatap aneh teman sekelasnya.

"OMG Nin! Demi apa?! Speechless gue gila! Blok jangan sampe Lo save!"

Hanin mengerutkan keningnya.

"Emang gak di save caaa."

"Bagus. Tapi-- astaga duh kok bisa sih Nin??" Elisya kembali duduk, nampaknya cukup pusing memikirkan masalah Hanin.

"Kok bisa apa sih Ca?"

Ini, ini yang Elisya tak suka pada Hanin. Tak bisa mengerti titik pembahasan yang jadi permasalahan.

"Lo! Pokoknya gak boleh deket-deket ama tuh orang. Kalo Lo deket ama Kak Geon pasti gue dukung Nin!"

"Ish lo mah! Kita diem-diem suka sama Kak Geon itu aja dia gak pernah peka. Ngapain juga sih?"

Eh?

"Jadi maksudnya Lo mau pindah haluan ke temennya hah??!"

Lah?

"Ih mana ada Ca! Emangnya kenapa sih Ca? Setelah gue pikir-pikir orangnya gak seburuk itu juga."

"Niiiinn.., jangan bilang Lo udah kena peletnya?"

"Ngaur!"

"Lo naksir dia?"

Dih!

"Caaa, kan dari awal cerita gue cuma ngomong 'dia baik kok, tapi emang agak serem' darimana letak gue sukanya?"

"Ya Lo berubah pikiran buat gak perduli sama Kak Geon lagi. Jangan bilang deh ya Lo care ama dia? Terus mau jadiin dia temen, friendzone terus jadian--"

"Astagfirullah Elisya! Lo kalo sekalinya nyebelin, parah banget ish!"

"Gue gak mau tau ya Nin, sampe Lo terlibat skandal ama tuh orang, jangan libatin gue!"

"Skandal apa Ca? Apa salahnya sih kalo cuma buat kenal doang?"

"Nin Lo mau Devon sampe ngamuk sama Lo?"

"Lah apa hubungannya Elisyaaa?"

Elisya mendengus sebal.

"Lo belum cerita ama Devon?"

"Buat apa?"

"Fiks lo bakal jadi buronan!"

Hah?!

Baru saja hendak kembali berbicara, handphone milik Hanin mengganggu obrolan mereka.

"Bentar," seru Hanin.

Bundaa♥
Kak toko bunda dibobol maling semalam
07.12

Jantung Hanin berdetak tak karuan, rasa cemas sekaligus panik membuatnya gemetaran mengetikan balasan. Mungkin karena terlalu lama, sang Bunda kembali mengirimi pesan.

Bundaa♥
Tapi gpp kok, semua karyawan jg aman
Bunda cm ngabarin kakak biar gak kesini dlu sm adek
07.15

Me
Are you okey Bun?
Bunda klo ada apa-apa kabarin kakak langsung ya?
07.15

Bundaa♥
Iya kak
Cm ruginya lumayan kayaknya
Tpi kakak jgn khawatir, ini urusan Bunda
Mungkin nanti Bunda pulangnya agak larut banget
Kakak sm adek jaga rmh dulu ya syg?
07.17

Tak sadar, air matanya mengalir di pipi. Ia tahu seberat apa beban yang tengah sang Bunda pikul dan seberapa pusingnya Bunda nya sekarang. Apalagi itu toko peninggalan Ayah dahulu. Pasti Bunda sangat merasa sedih.

Rasanya Hanin ingin segera merengkuh tubuh rapuh sang Bunda.

Me
Aku kesana aja ya Bun?
Ntr biar Anin izin ke guru piket aja.
07.18

Bundaa♥
Jangan dong kak
Bunda kan gpp
Kamu sklh aja yg rajin
Urusan toko biar bunda aja
Ini jg lagi banyak polisi
Semangatt belajarnya ya nak
Bunda off dlu
07.18

Me
Iya Bunda
07.20

Hanin mengusap kasar air matanya. Andai sang Ayah masih ada di dunia, mungkin Bunda nya tidak akan serepot itu dan merasa sedih sendiri.

Kadang ada kalanya Hanin mengeluh perihal kehidupan. Tapi lagi-lagi ia menyadari tidak seharusnya mengeluh berlarut-larut bukankah hidup butuh diperjuangkan.

"Nin??" suara Elisya menyadarkan Hanin. Wajahnya terlihat khawatir.

Oh gosh! Hanin sampai lupa masih berada di dalam kelas. Dan sekarang beberapa orang juga tengah memperhatikannya.

"Lo kenapa? Ada apa Nin?"

Hanin menggeleng, lalu tersenyum cerah seolah tak ada masalah sama sekali.

Elisya menghela nafas kecewa. Hanin tetap orang yang sama. Tertutup, Hanin jarang sekali berbagi duka dengannya. Dan kadang itu yang membuat Elisya sedikit kecewa pada pola persahabatan mereka.

"Nin--"

"Caa, lain kali gue cerita oke? Nanti kalo--"

"Buka diri Lo Nin."

Hanin menghela nafas sejenak.

"Lo pernah bilang sama gue. Untuk berbagi hal-hal berat itu kadang dibutuhin. Lo gak lagi ingkar ama kata-kata Lo sendiri kan?"

Jleb!

Ah rasanya Hanin tertampar diri sendiri. Ia terlalu sering menasihati orang tentang ini itu tapi dirinya sendiri pun tidak bisa menjadi seperti apa yang ia bicarakan.

Teringat tentang beberapa kata yang sempat ia ucapkan pada Bara. Tidakkah ia terlalu naif?

°°°

"Lo di mana?

"B--bar..."

"Mbak Sarah nelpon gue katanya Cea rewel nyari Lo."

"Bantu gue bentar Bar--"

"Lo bolos kemana anjing?!"

Bara panik ketika mendengar banyak suara motor di sekeliling sambungan telponnya dengan Kevas. Dan sirine? Sial! Apakah Kevas kembali berulah?

"B--bar gue nabrak orang. Gak tau m-masih idup apa--"

"DIMANA?!"

"Jalan cendrawasih daerah tongkrongan lama buat nya--"

Damn!

Kevas bodoh!

Sial! Rasanya dengan memaki pun tidak cukup membuatnya puas akan perbuatan Kevas.

Tanpa berlama-lama Bara berlari meninggalkan tempat kumpulan siswa telat yang menatapnya tanpa minat. Siapa juga yang perduli padanya? Toh kerjaan manusia sepertinya, ya jelas pasti dianggap hanya membuat masalah saja.

Bahkan teriakan Ibu Sintia a.k.a si guru BK pun Bara abaikan.

Geon yang tengah berada di daerah parkir pun menatap bingung pada Bara.

"Bar mau kemana? Buru-buru banget?"

Bara menoleh sebentar, lalu beralih memasang helm-nya.

"Kevas buat ulah."

"HAH?!"

Membiarkan kebingungan Geon, Bara mengabaikannya dan bergegas keluar dari area sekolah.

°°°

"AS!"

Kevas yang semula duduk masih dikelilingi banyak orang pun mendongak dengan raut wajah nampak legah. Bisa Bara simpulkan wajahnya yang babak belur pasti ulah masyarakat yang main hakim sendiri.

Bahkan teriakan orang-orang yang sudah menuduh Kevas dengan maksud ingin membunuh si korban pun membuat Bara geram pada polisi yang tak kunjung membubarkan masa.

"Bar tolong urus bentar ya? Gue janji bakal bayar semua ganti ruginya setelah bebas."

"LO NGOMONG APA BANGSAT!"

"Maaf Kami akan segera meringkus pelaku untuk dimintai keterangan. Anda bisa langsung datang ke kantor nanti," suara salah satu polisi.

"As--"

"Rumah Sakit Tamara." dan setelah itu yang Bara tatap hanya punggung sahabatnya yang segera menghilang dari pandangannya.

Apa lagi ini?

Dering di handphone-nya kembali menyadarkan Bara.

'Babysitter Cea is calling'

Ckk!

"Mas--"

"Sebentar, bawa Cea jalan-jalan dulu. Kevas lagi ada urusan."

"Ya-yahh...,"  seruan dari anak berusia empat tahun diseberang sana membuat Bara khawatir.

"Mas Kevas lagi ada masalah mas?"

"Nanti Saya kesana."

Tut!

Double shit! Kevas bodoh! Bajingan gila!

Tanpa berlama-lama lagi ia segera pergi ke rumah sakit untuk memastikan. Apakah kesialan Kevas akan membawanya ke neraka?

"Bar!" itu panggilan Geon. Yang ternyata ikut menyusul. Bara bernafas legah. Ini cukup memusingkan.

"Kevas--"

"Dia abis nyabu lagi, dikejar polisi nabrak orang. Kecelakaan parah, dia juga gak tahu korbannya bakal selamat ato gak. Lo ke kantor polisi terus bujuk Cea. Gue ke rumah sakit!"

"Aish Kevas dungu! Bego!"

°°°

"Pasien kecelakaan."

"Maaf Mas keterangannya?"

"Gue gak tau. Yang belum lama dateng kesini! Gak banyak kan??"

Resepsionis itu lantas meneguk ludah takut, melihat reaksi Bara yang nampak siap mengamuk.

"UGD mas."

Setelah hampir saja hendak menyekik si resepsionis, Bara bergegas ke ruang UGD berharap agar Tuhan tak kembali membuat sahabatnya semakin banyak dosa jika korban kecelakaan itu tewas.

Baru saja sampai, dan melihat salah seorang perawat yang tergesa.

"Gimana keadaannya?"

"Bagian kepala sebelah kiri pecah, tapi sedang ditangani." nampak tergesa, sang perawat berlari lagi.

Bara semakin cemas. Berusaha mengintip di balik ruangan yang belum sepenuhnya tertutup. Siluet seorang remaja laki-laki yang nampak familiar di matanya.

Astaga! Apalagi ini? Bukankah dia remaja laki-laki yang kemarin menceramahinya?

Bara mengacak rambutnya kasar.

Me
Dtg ke rmh sakit Tamara
[Send a picture]
09.26

°°°

Makasih buat yg udah bersedia baca cerita ini dan bantu support♥♥

Sayang kalian buanyak-buanyak!!!!!

02.03.23

sindiaa_

Continue Reading

You'll Also Like

10.6K 6.8K 74
Budayakan membaca deskripsi sebelum terjun ke cerita🔪 ⚠️KATA-KATA KASAR DAN KEROMANTISAN YANG BUKAN MAHRAM DI SINI TIDAK UNTUK DITIRU!!! Ada satu in...
AMERTA. By KALYA

Non-Fiction

2.7K 1.2K 31
Katanya, 2022 itu tahun dengan segala versi terbaik dalam hidup Zean dan Lara. _________________________ #AMERTA #Abadi #Selamanya #Nonfiksi #Nonfik...
8.2K 1K 33
[HIATUS] The Lunatic Series [2] : Cerita klasik tentang Keenan yang irit bicara kepada dunia. Tentang Keenan yang pandai menyembunyikan rasa dari se...
739K 31.1K 34
[CERITA INI FIKSI!! HANYA KARANGAN SEMATA!!!] Grizelle Ayudia : Berdamai dengan diri sendiri, belajar mencintai, mengejar dan di hempaskan. "Gue mau...