✓LOVORENT

By heyItsWinka

2.6K 598 81

16+ "Kalau begitu, boleh nggak, saya ganti agennya sama Mbak operatornya aja?" Bukan sekali dua kali, tetapi... More

Say Hi!
LOVORENT
User 00127-0920-99
Visualisasi LOVORENT
Eps. 1: Bisa Diganti Enggak?
Eps. 2: Jatuh Cinta Pada Panggilan Suara Pertama
Eps. 3: Benar-benar Imut, Ternyata
Eps. 4: Kriteria Khusus
Eps. 5: Ditunggu Pembayarannya
Eps. 6: Salah Fokus
Eps. 7: Makan Malam Keluarga
Eps. 8: Jalan Tuhan?
Eps. 9: Hari Terakhir?
Eps. 10: Kekasih?
Eps. 11: Lari dari Tanggung Jawab?
Eps. 12: Enggak Tahu Terima Kasih
Eps. 13: Buaya Darat, Agaknya
Eps. 14: Lockscreen
Eps. 15: Perkara Motor Baru
Eps. 16: Perkara Bulan Lahir
Eps. 17: Problem Anak Gadis?
Eps. 18: Chat
Eps. 19: Rumah
Eps. 20: Pekerjaannya adalah Membantu Seorang Anak Berbohong?
Eps. 21: Ezra dan Keluarganya
Eps. 22: Video
Eps. 23: Undangan
Eps. 24: Thrifting
Eps. 25: Terbongkar
Eps. 26: Calon Pasangan
Eps. 27: Sepasang Sandal
Eps. 28: Ibu
Eps. 30: Hari Sabtu?

Eps. 29: Minimarket

55 14 0
By heyItsWinka

Orang bilang, kutukan seorang ibu itu akan terbukti dan benar-benar diijabah oleh Tuhan. Agaknya, hal itu memang benar dan Lavisha kini tengah mengalaminya.

Lavisha tidak tahu apakah karena ia benar-benar menjadi anak yang durhaka atau bagaimana, jelasnya, kehidupannya seolah-olah berubah seratus delapan puluh derajat daripada sebelumnya. Dari yang miskin, menjadi jauh lebih melarat. Dari yang lumayan menderita menjadi sangat-sangat menderita.

Di hari yang sama saat sang ibu memberikan sumpahnya, masalah yang terjadi di LOVORENT terbongkar entah karena siapa. Orang-orang yang sebenarnya bersalah, malah balik menyalahkannya. Mereka bilang, Lavisha hanya iri karena dirinya tidak dilirik pelanggan sama sekali sementara mereka laris manis dan memiliki rating tinggi di aplikasi.

Mereka bahkan menunjukkan sebuah video yang menunjukkan saat Lavisha tinggal di apartemen Ezra. Mereka bilang, Lavisha telah menyalahgunakan kekuasaannya sebagai orang yang merupakan sahabat dari founder LOVORENT.

Kenapa mereka sampai mempermasalahkan hal itu? Ya, karena jenis paket yang dipilih oleh Ezra bukanlah jenis paket yang mengizinkan agent dan user tinggal di bawah satu atap yang sama. Pokoknya begitulah, Lavisha terlalu pusing untuk mengingatnya kembali.

Karena hal itu pulalah, dirinya dipecat sebagai agent dari LOVORENT. Pekerjaan yang sudah digelutinya selama bertahun-tahun, sementara orang-orang yang 'bermasalah' waktu itu hanya mendapatkan sanksi berupa pemberhentian sementara dengan jangka waktu beragam, sesuai dengan kesalahan masing-masing.

Kalau sudah seperti ini, sih, namanya senjata makan tuan. Lavisha berpikir, mungkin ia hanya salah perhitungan waktu itu.

Dipecat sebagai agent, bukan berarti Lavisha benar-benar meninggalkan LOVORENT. Ia masih tetap menjadi operator, sebab dua operator yang lain mengundurkan diri karena beberapa hal. Salah satunya karena menikah dan satu yang lain karena akan pindah ke luar kota. Alasan kenapa Lavisha masih menjadi operator adalah karena belum ditemukan lagi orang yang benar-benar cocok ditugaskan dalam posisi itu.

Namun, sejatinya Lavisha mengerti. Itu hanya akal-akalan Kanaya saja. Mungkin, sahabatnya itu merasa kasihan kalau semisal sang sahabat luntang-lantung tanpa pekerjaan. Kanaya juga membebaskan Lavisha untuk mencari pekerjaan sambilan yang lain, dalam artian, gadis itu tidak harus full berada di kantor untuk melayani pelanggan. Kanaya bahkan membekali sahabatnya tersebut sebuah tablet untuk menghandle semua pekerjaannya dari jarak jauh.

Sayangnya hingga detik ini, Lavisha masih kesulitan mendapatkan pekerjaan di tempat mana pun. Seolah-olah, semua lapangan pekerjaan telah mem-blacklist namanya. Alhasil, Lavisha benar-benar tidak bisa mengandalkan apa pun lagi kecuali pekerjaannya sebagai operator di LOVORENT.

Karena masalah yang terjadi itu jugalah, Lavisha sampai dimusuhi seluruh agent LOVORENT. Makanya ia jarang datang ke kantor daripada merusak mood semua orang yang ada, bukan?

"Halo, selamat pagi. Anda tengah terhubung dengan layanan operator LOVORENT. Adakah yang dapat kami bantu?"

Padahal, sebenarnya Lavisha baru saja selesai bersiap untuk pergi ke minimarket untuk membeli sabun pencuci piring yang sudah habis. Akan tetapi, berhubung pekerjaannya sebagai operator LOVORENT yang bisa dihubungi kapan pun dan di mana pun, alhasil niatnya tadi harus terhenti sesaat.

Lavisha yang semula sudah duduk di atas motornya, kini berjalan kembali ke kamar untuk mengambil tablet milik kantor yang berisi data-data seluruh user dan agent LOVORENT. Ia bahkan terpaksa kembali duduk di meja kerjanya untuk melayani pelanggan dengan lebih baik. Walaupun si penelpon tidak melihat apa yang sedang ia lakukan, tetapi apa salahnya untuk berusaha bersikap profesional, bukan?

Ternyata, user yang meneleponnya kali ini, berencana untuk mengganti agent yang telah dipilihnya karena merasa kurang cocok dengan kriterianya. Lavisha kemudian menjelaskan apa-apa saja yang harus dilakukan oleh pelanggan tadi sebelum pihak LOVORENT mengabulkan permohonannya untuk mengganti agent, sebab masa kontrak sudah berjalan sejak lebih dari tiga hari lalu.

Setelah semuanya beres, tak lama berselang Lavisha kembali mendapat telepon di ponsel dan nomor khusus operator yang ia pegang. Sumpah, ya, gadis itu hanya berharap jika sang bibi tidak mengamuk karena dirinya belum juga pergi membeli sabun pencuci piring dan menunda-nundanya selama beberapa waktu seperti ini.

"Baik, user 00245-8899-076. Permintaan Anda akan segera diproses oleh pihak kami dan dalam waktu dekat, Anda akan menerima email dari pihak LOVORENT untuk transaksi lanjutan. Terima kasih sudah menghubungi layanan operator LOVORENT, semoga hari Anda menyenangkan."

Seusai mengucapkan salam perpisahan seperti biasanya, Lavisha segera mematikan sambungan sembari menghela napas lega. Diam-diam ia juga berharap, semoga saja tidak ada lagi yang akan menghubungi operator LOVORENT selama beberapa waktu ke depan. Setidaknya, sampai ia kembali dari minimarket, deh.

Omong-omong, pelanggan kali ini menghubungi operator LOVORENT karena hendak melakukan perpanjangan kontrak antara dirinya dan agent yang dipilih. Lavisha senang, sih, kalau ada pelanggan yang seperti ini. Artinya mereka puas dengan para agent LOVORENT bukan?

Ah, ya. Sejak kejadian waktu itu pula, puhak LOVORENT menjadi jauh lebih ketat dalam mengatur dan mengurusi para agent mereka. Para agent juga tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan di luar batas yang tidak sesuai dengan perjanjian kontrak yang mereka tandatangani dengan perusahaan. Beruntunglah sejauh ini belum ada laporan-laporan jelek mengenai LOVORENT dan cara kerja para agent dan semoga saja tidak pernah terjadi.

"Loh? Baru mau berangkat, kamu?" Lavisha yang baru saja keluar dari kamar, hendak pergi membeli sabun pencuci piring seperti niat awalnya tadi, dihentikan oleh sang bibi yang terlihat keheranan karena melihat keponakannya baru akan pergi. Padahal, sudah disuruh dari tadi, tetapi malah baru bergerak sekarang.

Sementara itu, Lavisha sendiri hanya menghela napas pendek. "Tadi ada telepon dari pelanggan dulu, Bu," jawabnya. "Makanya Visha baru mau berangkat."

"Oh ya sudah." Bu Dini mengangguk. Maklum dengan pekerjaan sang keponakan yang sudah seperti anak sendiri itu. Walaupun julid dan suka pamrih begini, ia tetap menyayangi Lavisha, kok. "Sekalian Ibu titip minyak goreng. Habis tadi dipake goreng ikan terakhir buat si Ayah."

"Iya, nanti Visha beli. Yang seliter atau yang dua sekalian?"

"Tergantung uangmu cukupnya beli yang mana." Bu Dini tertawa saat melihat keponakannya yang mendadak cemberut saat ia berkata seperti itu. "Ikhlas, nggak?"

"Iya, iya, Bu. Nanti Visha beliin kalo uangnya cukup." Setelahnya, gadis itu benar-benar berpamitan kepada sang bibi dan melaju meninggalkan rumah menggunakan motor matic miliknya menuju minimarket langganan.

Sesampainya ia di minimarket yang sudah memiliki cabang di beberapa kota itu, langkahnya mendadak terhenti tepat di pintu masuk kaca milik minimarket tersebut. Dahinya dibuat mengernyit saat membaca selebaran yang tertera. Sontak saja, kedua matanya melebar sempurna saat melihat jika ternyata, minimarket bernama LovasMart itu ternyata sedang mencari karyawan!

Kalau dipikir-pikir, memang aneh, sih. Mencari karyawan, tetapi masih memakai cara lama yaitu menggunakan selebaran. Tidak seperti minimarket merah dan biru yang sudah tersebar cabangnya di seluruh penjuru negeri yang menggunakan situs web atau apalah itu untuk mencari pegawai. Akan tetapi, tak apalah. Apa salahnya untuk mencoba, bukan?

Setelah mengambil minyak goreng dan sabun pencuci piring seperti tujuan awalnya, Lavisha segera beranjak ke kasir, kemudian bertanya kepada perempuan muda yang kini tengah berjaga. Dari pakaian yang dikenakan, sih, terlihat jika perempuan tersebut bukanlah karyawan minimarket ini. Ah, atau dia adalah karyawan yang sudah berganti sif dengan yang lainnya, Lavisha tidak tahu juga.

Sambil melihat bagaimana perempuan muda tadi menghitung jumlah belanjaannya, Lavisha memilih langsung bertanya saja. "Mbak," sapanya yang membuat perempuan muda tadi mengangkat wajahnya dan menatap tepat pada Lavisha.

"Ya?" sahutnya.

"Benar, ya, kalau di sini lagi cari pegawai? Saya lihat di pamflet di pintu masuk, tadi."

Perempuan muda itu kemudian mengangguk seraya tersenyum kecil. "Iya, kebetulan cabang ini lagi butuh pegawai baru untuk bagian kasir. Sudah lama juga nggak hiring karyawan baru kata yang punya."

Lavisha mengangguk saja pertanda mengerti. "Berarti kalau begitu, boleh saya ikut daftar juga? Ah---sebelumnya, apa masih ada lowongannya ya?"

"Masih, kok, Mbak. Bisa-bisa." Perempuan muda tadi terlihat menyunggingkan senyum ramah. "Besok sore, Mbak bisa datang lagi kemari untuk bertemu dengan suami saya---ah, maksudnya yang punya minimarket ini. Tapi ya emang benar, sih, itu suami saya. Haduh, gimana sih, Za?"

Mendengar perempuan muda itu menggerutu sendiri, membuat Lavisha menyunggingkan senyum tak nyaman. "J-jadi?"

"Iya, Mbaknya datang lagi saja besok sore, ya." Perempuan muda itu menjawab sambil tersenyum. "Syarat lengkapnya ada di pamflet di depan itu, ya. Atau bisa juga cek ke situs web-nya LovasMart aja."

"Terima kasih, Mbak! Terima kasih banyak!"

"Sama-sama," balas perempuan itu. "Ah iya, kalau ditanya siapa yang suruh langsung datang, bilang saja saya yang minta, gitu ya?"

Lavisha sontak mengerutkan dahinya. "Tapi, Mbak namanya---"

"Ah iya, lupa! Saya Delza. Nama Mbaknya siapa, ya, kalau boleh tahu?" Perempuan bernama Delza atau yang lengkapnya Radelza Pratiwi itu bertanya balik kepada Lavisha.

"Saya Lavisha, Mbak. Lavisha Adiastha."

Setelah selesai membayar, Lavisha langsung pemit meninggalkan minimarket tersebut karena pelanggan mulai terlihat berdatangan, takut-takut malah menimbulkan antrean karena dirinya yang malah mengajak mengobrol si penjaga kasir cantik bernama Delza tadi.

Saking senangnya ia karena akan segera mendapatkan pekerjaan, Lavisha bahkan sampai senyum-senyum seperti orang bodoh saat menarik pintu kaca minimarket tersebut sampai-sampai tidak menyadari jika ada seseorang yang berada di hadapannya hingga tanpa sengaja, dahinya malah bertabrakan langsung dengan dada bidang orang yang hendak masuk tadi.

Lavisha kontan meringis karena kaget, bukan karena kesakitan. Ia lantas mendongak untuk memastikan siapa kiranya yang telah ia tabrak. Namun, saat kedua matanya bertabrakan dengan mata seseorang di hadapannya, gadis itu otomatis terbelalak hingga matanya seolah-olah akan menggelinding keluar.

Sumpah demi apa pun, setelah sekian lama tidak bertemu karena dirinya yang sengaja menghindar, kenapa Tuhan kembali mempertemukan keduanya di waktu dan tempat yang tak terduga seperti sekarang!?

"Lavisha?" sapa orang tadi dengan tatapan yang masih sama lembut dan hangatnya seperti terakhir kali mereka berjumpa. Begitu juga dengan senyum tampan yang ia berikan, membuat Lavisha hanya bisa meneguk salivanya susah payah. Terlebih saat sosok lelaki tampan itu kembali bersuara. "Apa kabar?"

Bolehkan kalau Lavisha berteriak tepat di telinga lelaki itu, bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja?

ס+!×
Selasa, 3 Mei 2022

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 177K 33
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
16.6M 707K 41
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
165K 18.1K 46
Sesbania Maheswari, menyukai Ginelar Juangkasa karena tingkah baik cowok itu yang selama ini Seses salah artikan. Seses kira, Juang menyimpan rasa, n...
24.5K 1.6K 34
women's series #1 Pernah denger kata "jomblo" ? Yupsss benar sekali, disini akan diceritakan tentang seorang jomblowati yang ingin menemukan cintanya...