Love Rendezvous in Paris (Com...

By m1ntea

182K 12.6K 487

CERITA INI BAGI MEREKA YANG SUDAH BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS. MENGANDUNG BANYAK KONTEN DEWASA. Sepanjang hidup... More

Coming Soon
Nouvelle Journée
Salut, Beau Gosse
Bon weekend
L'endormi
Une Déambulation Nocturne
Mon Coeur Bat La Chamade
Ces yeux bleus
Un pique-nique très parisien
Un Jour au Mauvais
Boulangerie Arnaud
Sous le Ciel Matinal de Paris
Se Rencontrent par Hasard
J'aurais Envie de T'embrasser
ANNOUNCEMENT
Quand Vous Prends Ma Photo
Passer Le Temps dans Le train
Quand On Souriait Pour Rien
Arpenter à Pied Le Vieux Lyon
Car Ta Main Était Sur Ma Taille
La Maladroite
Une Journée Bien Remplie à La Boulangerie
C'etait Pas mon Genre de Mec
Rencontre au Marché de Noël
Je Ne Suis Pas Prête
Rendez-vous Cauchemardesque
Les Querelles Inutiles
Les Visites de l'appartement
On Peut Se Tutoyer
La Petite Mort
Ça a Juste Eu L'Air Bizarre Ce Matin
L'ombre D'un Doute
Vendre La Mèche
Tout Simplement Profiter de Doux Plaisir
Tu Tiens Me Chaud La Longue Nuit D'hiver
Indomie, Café et Tu
Suprise pour La St Valentine en Avance
Au Lit Avec Toi
L'idée Spontanée
Samedi à Bruxelles
Parlons autour d'une bière fraîche
Mathias et Gaël Se Rencotrent
Une Grosse Dispute
C'est Un Sentiment de Vide
C'est Difficile Pour Moi de Comprendre
La Douleur Exquise
L'amour fou
Jours merveilleux à Salzbourg

Confiture de Fraises Fait Maison Pour Vous

2.8K 246 15
By m1ntea


Confiture de fraises fait maison pour vous = selai stroberi buatan sendiri  untukmu

Regi keluar bersama Mathias dari kelas Bahasa Prancis. Sejak Mathias memberikan kejutan Valentine secara tak langsung pria itu selalu duduk di sampingya. Teman-teman satu kelas pun mengasumsikan mereka sebagai couple jadi tidak ada berani yang duduk dekat Regi. Bahkan bangku Regi dan Mathias duduk berjarak beberapa bangku dengan yang lain macam memberikan tempat spesial untuk keduanya. Kondisi ini membuat Regi serba salah.

"Ma chérie, kamu ada kuliah apa habis ini?" tanya Mathias ketika mereka berjalan sepanjang lorong. " Kita nongkrong, yuk," ajak Mathias.

"Aku ada kelas," ucap Regi.

"Kamu bolos aja. Temani aku," bujuk Mathias.

"Aku enggak mau bolos. Hari ini aku kebagian presentasi," tolak Regi.

Selain Regi agak malas bersama Mathias, dia tidak mau bolos kuliah. Political Economic salah satu mata kuliah favorit. Dia menikmati semua perkulihan di kampus ini.

"Baiklah, kalau begitu. Aku temani kamu sampai ke kelas," ucap Mathias kecewa.

Mereka berpisah di depan pintu kelas. Pada saat sama, Maya berjalan masuk ke kelas. Tanpa menyapa dan melirik, Maya melenggang masuk. Regi juga berlagak tidak melihat.

"Kalian lagi ada masalah?" tanya Mathias yang melihat kekakuan antara Regi dan Maya.

"Ya, ribut sedikit,"jawab Regi.

Mathias menepuk-nepuk pelan kepala Regi.

"Satu kelas dengan teman yang berantem tidak enak, lho. Kamu benar tidak mau nongkrong dengan aku?" tanya Mathias dengan mata berkerling.

"Non (enggak), Mathias. aku harus kuliah. Aku masuk," ucap Regi.

"Okay ma chérie, aku tahu kamu memang mahasiswa paling rajin. Selamat belajar," ucap Mathias sambil memberikan ciuman di pipi.

Regi masuk ke dalam kelas dan mencari bangku agak belakang. Maya sudah duduk di bangku barisan depan dengan teman yang lain. Mereka asyik ngobrol sambil ketawa-ketawa. Sebenarnya Regi tidak ingin bermusuhan dengan Maya. Dia tidak punya banyak teman. Berantem satu, temannya pun semakin berkurang. Terlebih lagi, Maya merupakan teman pertamanya di Paris. Kamar mereka bersebelahan dan kuliah satu jurusan. Karena terlalu dekat juga, tidak ada batas antara mereka. Maya yang kalau marah langsung menyemprot seperti itu sudah membuat Regi sakit hati.

Mudah saja bagi Maya yang punya segudang pengalaman kencan dan tahu banyak pria untuk menolak tawaran Mathias. Berbeda dengan dirinya yang insecure dan kerap tidak pede saat berhadapan dengan pria.

Begitu kelas bubar Regi buru-buru menyelinap keluar kelas. Biasanya sehabis kuliah, dia dan Maya akan nongkrong di kafetaria kampus dan bergosip sampai berjam-jam. Dalam situasi perang dingin, ritual itu tidak bisa dilakukan. Walau perutnya keroncongan, Regi lebih baik pulang saja. Nanti malam dia akan ke boulangerie cari diskon sebelum  tutup. Sementara itu dia bisa makan seadanya di kamar. Masih ada mie instan dan yoghurt.

Regi berjalan pelan sembari meloncati genangan salju yang memenuhi jalanan menuju dorm.

"Salut, Regi," sapa Gael.

"Gaël!" seru Regi kaget.

Tepat di samping dorm, Gaël berdiri di samping sepeda. Tangannya membawa kantong kertas yang berisi baguette. Tangan yang lain dimasukan dalam kantong jaket dengan gaya cool. Tampilannya sungguh menggemaskan dengan jaket Nike yang diresleting sampai leher. Rambutnya yang biasanya berantakan tertutup oleh topi yang dipasang terbalik. Dia menggunakan jins dan sepatu olah raga. Tubuhnya disandarkan dengan santai pada tembok. Wajahnya terlihat habis bercukur.

"Dari mana kamu?" tanya Regi.

"Dari boulangerie," jawab Gael singkat. "Kamu butuh baguette kan?"

"Kamu kok tahu?"

Gaël mendelik dan memamerkan pesan yang muncul di layar ponsel. "Kamu tadi bilang."

Regi tersipu. Dia teringat selama di metro tanpa sadar berkirim pesan dengan Gaël kalau dia ngidam croissant dan baguette. Dia minta disisakan kalau malam dia datang ke boulangerie.

"Ini buat aku?" tanya Regi senang. Kantong itu terasa hangat. Tentu semua roti di dalamnya baru beberapa menit keluar dari oven.

"Bayar ya," jawab Gaël dengan suara tengil. "Ongkos kirim gratis."

Regi tergelak.

"Aku bayar. Baguette dan tiga croissant," ucap Regi sembari mengecek isi kantong. "Eh, ini selai stroberi. Harganya berapa?" tanya Regi mengeluarkan sebuah botol selai ukuran kecil.

"Compliment. Aku mau mencoba jual selai."

"Tu m'as utilisé un cobaye humain (Oh kamu bikin aku jadi jadi kelinci percobaan)?"

"Benar. Kamu cocok jadi cobaye (marmut). La petite cobaye (marmut kecil)," seloroh Gaël.

Regi melotot. Dia tidak sepenuhnya kesal. Sebaliknya, dia senang mendapat hadiah kecil itu. Gaël begitu manis tetapi suka menutupinya dengan gaya tengil.

Regi mengeluarkan lembar Euro untuk membayar. Gaël menerimanya. Tangan mereka tanpa sadar bersentuhan. Ada desiran hangat yang sontak muncul. Regi membiarkan Gaël menarik halus tangannya dalam genggaman. Pria itu segera melepaskan dalam beberapa detik. Regi luput melihat ada sedikit kegugupan di wajah Gaël.

"Mau masuk? Aku enggak bisa ngabisin ini sendirian." Tanpa sadar mulut Regi mengucapkan kalimat itu.

Regi sungguh merasa kangen. Ada desakan kuat yang muncul ketika melihat sosok Gaël. Dia tidak rela kalau pertemuan singkat ini berakhir terlalu cepat.

Gaël terlihat sedikit kaget tetapi kepalanya mengangguk pelan.

Ketika di lift mereka berdiri sangat dekat. Ujung tangan Gaël terasa sangat dekat dengan tangannya. Regi ingin mengaitkan jemari pada jemari Gaël tetapi ada keraguan. Lift sedikit berguncang ketika pintunya terbuka. Tubuh mereka tanpa sengaja bertabrakan dan, begitu saja jemari mereka terkait hanya beberapa detik.

Reig mencuri lirikan ke arah Gaël. Rautnya sangat tenang macam jari mereka tidak terkait. Regi sibuk menahan debaran jantung saat berjalan sepanjang lorong.  Ketika harus membuka pintu kamar, terpaksa tangan mereka terlepas. Ada sedikit rasa menyesal. Regi menangkap kerlipan hangat dari mata Gaël saat dia mempersilakan pria itu masuk.

"Kamu mau ganti baju dulu?" tanya Gaël sudah masuk kamar.

"Enggak usah. Nanti aja. Aku pengin makan dulu," ucap Regi.

"Sebaiknya dimakan sekarang. Masih hangat dan lebih enak," cetus Gaël.

Serta merta Gaël duduk di tempat tidur dengan santai. Regi sibuk menjerang kopi dan memotong-motong baguette. Biasanya dia menikmati baguette dengan butter tetapi sekarang dia ingin mencoba selai stroberi buatan Gaël.

Regi memutar-mutar tutup selai tetapi tidak juga terbuka.

"Susah bukanya," ucap Regi.


Gaël mengambil botol stroberi dan hanya dengan satu putaran tutupnya terbuka.

"Aku enggak ngerti kenapa botol selai selalu susah dibuka. Kayak enggak boleh dimakan," omel Regi.

"Biar kedap udara dan steril. Kamu mau selainya berjamur," seloroh Gaël.

Regi tertawa geli. Cetusan Gaël selalu saja terdengar lucu walau diucapkan tanpa ekspresi. Regi mencium selai itu. Aroma manis menyerbu hidung. Dia mengoleskan selai pada baguette setebal mungkin. Kombinasi antara baguette yang hangat dan selai stroberi segar sontak menyerbu lidahnya.

Regi mengunyah dengan lahap potongan demi potongan. Dia baru menyadari Gaël menonton dia yang menghabiskan potongan ketiga. Pria itu menyadarkan punggung pada dinding tempat tidur dengan kaki disilangkan. Matanya tidak lepas menatap ke arah Regi.

"Désolée (maaf), aku makan sendirian. Kamu makan juga," ucap Regi menyodorkan baguette yang sudah diolesi strobei.

"Aku senang," tukas Gaël singkat.

"Senang?"

"Kamu makannya cepat banget,"seloroh Gaël.

Regi tersipu.

"Aku rakus ya?"


"Kamu kan lapar," ucap Gael bangkit dan berdiri di dekat Regi. Tangannya mengambil satu potong baguette.

Regi sedikit gugup karena pria itu berdiri tepat di belakangnya. Dada Gaël nyaris menempel dengan punggungnya. Pria itu mengunyah banguette pelan-pelan macam kritikus makanan yang sedang menilai makanan. Matanya dipejamkan. Dahinya sedikit berkerut. Seksi sekaligus menggemaskan.

"Ternyata selai buatan aku enak juga," ucap Gaël  sambil mengangguk-angguk penuh kepuasan.

"Kamu belum nyoba selai ini?" tanya Regi.

"Belum. Aku langsung bawa ke sini," jawab Gaël sambil mengunyah.

Regi tersenyum haru. Gaël memang pria yang unik. Kalimat yang diucapkan begitu irit tetapi perhatiannya selalu manis dan tak terduga.

Gaël masih berdiri di sampingnya. Tangannnya sibuk menjilat selai yang menempel di jari. Mata Regi sontak menatap ke arah bibir pria itu. Lekukan bibir yang seksi dan terlihat basah itu membuat Regi  sulit berkonsentrasi. Regi ingin mencicipinya lagi. Teringat kembali di kamar ini mereka berciuman dan berpelukan.

"Kenapa?"tanya Gaël

"Eh, ini kopinya,"jawab Regi berusaha menutupi rasa gugup.

Gaël mengangguk. Pria itu menikmati baguettte dan kopi sambil duduk di tempat tidur. Regi hanya bisa mematung. Sekarang giliran Regi menelanjangi pria itu. Wajah Gaël  yang biasanya masam tampak berseri-seri. Mata cokelatnya berkerlip hangat ketika menyeruput kopi.  Gaël menarik sedikit lengan jaket. Bulu-bulu halus dan gelang kulitnya terlihat sangat mengiurkan. Begitu pula jakunnya yang bergerak naik turun. Menerbitkan pikiran liar dalam benak Regi. Dia membayangkan menyentuhkan tanganay di situ dan duduk di pangkuan Gaël

"Sini," panggil Gaël sembari menepuk sisi kosong di sampingnya.

Regi kembali tersipu. Dia tidak tahu apakah Gaël menyadari dirinya sedang ditelanjangi. Dia duduk di samping Gaël dan pura-pura menyeruput kopi. Tangan Regi sedikit gemetaran saat Gaël tanpa sengaja menyilangkan tangan dan melewati tubuh Regi untuk meletakkan mug kopi.

"Kamu kenapa?" tanya Gaël.

Regi mengelengkan kepala dengan cepat. Dia tahu pipinya sudah seperti kepiting rebus tetapi dia tak mampu mengalihkan pandangan dari wajah Gaël.

Gaël tidak menyadari kegugupan Regi. Pria itu malah menggeser tubuh semakin dekat. Lutut mereka saling menempel. Badannya dimiringkan ke arah ke arah Regi. Mereka ada dalam jarak yang sangat berbahaya. Mata mereka bersirobok dan Regi bisa melihat ada dahaga besar di situ. Serta merta saja Gaël menempelkan bibirnya pada bibir Regi. Tangan pria itu ditangkupkan pada wajah Regi.

Regi tersentak pelan. Dia tidak menolak. Sedari tadi Regi sudah menunggu momen ini. Dia hanya terlalu takut untuk memulai. Bibir mereka bertemu. Regi membiarkan bibir Gaël bergerak-gerak dengan liar menyapu seluruh permukaan bibirnya. Mengulum dan mengigitnya.

Regi mendesah pelan. Ciuman Gaël memang penuh candu. Sontak saja Regi menangkupkan kedua tangan di kepala Gaël. Menyelusupkan jemarinya di antar rambut pria itu.

Gaël menekan lebih dalam bibirnya pada bibir Regi. Ujung lidah sedikit terjulur dan Regi sontak membuka sedikit bibirnya. Lidah mereka bertemu. Saling memijat penuh gairah dan tanpa jeda.

Regi mulai megap-megap. Jantungnya berpacu dengan cepat dan dia mulai kepanasan.

"Ga-gaël," desah Regi disela napasnya yang terengah.

Regi berusaha melepaskan ciuman tetapi pria itu masih terus memijat dan menyapukan bibirnya pada bibir Regi. Tangan Regi sedikit mendorong wajah pria itu. Meminta Gaël berhenti.

Gaël mengigit bibir bawah Regi dengan sangat halus dan melepaskan ciumannya.

"Kamu enggak apa-apa," tanya Gaël dengan manis.

Regi mengangguk pelan sambil menelan ludah. Mon dieu (ya Tuhan), kenapa dia kembali ada dalam situasi yang rumit seperti itu. Dia selalu tidak bisa mengendalikan diri saat berada di samping Gaël.

Continue Reading

You'll Also Like

8.8K 333 49
Lena Hwang tidak memiliki tujuan hidup, setiap ada sesuatu hal yang membuatnya penasaran itulah tujuannya, untuk membuat rasa penasaran itu hilang. B...
473K 39.4K 51
Lengkap✅️ [MATURE] Arabella Luda bukan pembuat keputusan yang baik saat ia sadar. Apalagi saat ia setengah tidak sadar. Dan karenanya, mau tak mau Ab...
582K 39.4K 33
(17/21+) [COMPLETE] dipublish 10 Januari 2019 - tamat 16 Maret 2019 POV 1 [ Akssa & Laras ] Apa yang tidak dimilikinya? Uang, mobil, apartemen, peru...
25.3K 3.1K 32
This story contains: - Adult content and situations (21+) - Swearing - Subject matter that you may find offensive and disturbing - Toxic relationship...