Oh My CEO (END)πŸ’œ

By Reistya

64.8K 3.4K 626

πŸͺ» TAMAT DI KARYAKARSA πŸͺ» Tak percaya pada pernikahan tapi, Restu Kanaya Putri gadis bertubuh tambun itu ingi... More

πŸ„ 1. Pembukaan πŸ„
πŸ„2. Kegiatan MalamπŸ„
πŸ„3. Proses pembuatan bayi πŸ„
πŸ„4. Aira Yuma Hartanto πŸ„
πŸ„5. Masih AiraπŸ„
πŸ„6. Ritual πŸ„
πŸ„8. Makan malam πŸ„
πŸ„9. Haris vs Saga πŸ„
πŸ„10. Kalau kamu?πŸ„
πŸ„11. Bersama Mas Haris πŸ„
πŸ„12. Res please πŸ„
πŸ„13. Ibu Nindi πŸ„
πŸ„14.Lauren // Aira πŸ„
πŸ„15. Perjanjian rahasia πŸ„
πŸ„16. Kiss meπŸ„
πŸ„17. Santap pagi πŸ„
πŸ„18.Reres-Haris Saga-Aira πŸ„
πŸ„19. BerempatπŸ„
πŸ„20. Film HororπŸ„
πŸ„21. I want youπŸ„
πŸ„22. Saling kesalπŸ„
πŸ„23. posesifπŸ„
πŸ„24. Terkurung πŸ„
πŸ„25. Mau Apa?πŸ„
πŸ„26. Dua sisi SagaπŸ„
πŸ„27. Haris cemas πŸ„
πŸ„28. Berusaha mandiriπŸ„
πŸ„29. KacauπŸ„
πŸ„31. Doa ibuπŸ„

πŸ„7. SekteπŸ„

1.5K 134 13
By Reistya

Haris kini bersama Reres di ruang kerja sang sekretaris, sementara Saga kini berada di ruangannya masih berbicara dengan beberapa direksi setelah rapat tadi. Haris tengah menyiapkan jadwal, ia mengetik di laptop miliknya lalu Reres mencatat jadwal di notes miliknya. haris melirik menatap dengan senyum gadis yang terlihat serius menulis itu.

"Aku bisa print ini Res buat kamu. Jadi kamu enggak usah nulis. Lebih gampang kan?"

Reres menggeleng. "Kalau aku tulis, aku bisa ingat ini semua Mas. Kalau aku harus baca, kadang suka lupa."

Haris mengangguk mengerti apa yang dimaksud oleh gadis di sampingnya. "Hmm, sebenarnya aku penasaran apa yang selalu kamu lakukan sama Pak Saga setiap kali akan ada pertemuan?"

Reres menatap haris yang jelas sudah penasaran sejak lama sekali tetapi ia baru bisa bertanya tentang rasa penasarannya hari ini. Reres terdiam sejenak memikirkan apa yang akan ia katakan pada haris. Sesungguhnya ia harus merahasiakan masalah ini. Kesehatan mental Saga bisa menjadi bahan untuk menggulingkan kedudukannya dan digantikan oleh Brian saudara sepupu jauhnya. cucu dari saik sang kakek yang selama ini mengawasi dan seolah menunggu kejatuhannya.

"Hmm, aku enggak yakin apa Mas Haris akan percaya ini atau enggak." Reres buka suara setelah mendapatkan jawaban untuk menjawab pertanyaan dari Haris.

Haris menatap dengan serius, ia mengangguk sebagai kode kalau ia percaya dengan apa yang akan Reres katakan padanya. "Percaya kok."

Reres kemudian mendekati Haris, menatap sekitar seolah takut kalau akan ada yang mendengarkan jawaban yang akan ia berikan. Atau bisa saja Saga ke luar dari ruangannya saat ia sedang berbohong pada Haris.

"Gini Mas, Saga itu percaya kalau dia harus melakukan ritual sebelum rapat." Reres kembali menjauhkan wajahnya.

"Ritual?" Haris bertanya dengan mengernyitkan alisnya, menatap dengan mata besar yang sejujurnya buat Reres menahan tawanya kini.

Reres mengangguk yakin. "Semacam kebiasaan salah satu sekte kepercayaan dari Hawaii gitu."

"Hah?" Haris tersentak, buat Reres segera membekap mulut pria itu.

"Jangan berisik Mas," pinta Reres lalu melepaskan tangannya dari mulut haris setelah pria itu menganggukkan kepalanya.

"Serius kamu Res?" tanya Haris menatap serius ke arah Reres.

"Mas Haris enggak percaya sama aku?"

"Percaya cuma aku kayak enggak percaya aja kalau Pak-" Haris terhenti saat Reres meminta untuk diam dengan meletakkan jari telunjuknya ke bibir.

"Semacam cara untuk membuka aura." Reres menjelaskan dengan sedikit berlebihan. Menggerakkan kedua tangannya agar terlihat lebih meyakinkan. Hanya saja Haris masih serius menatap, ia terlalu serius dan percaya dengan apa yang dikatakan gadis yang ia sukai itu.

"Terus kamu ngapain?"

"Cuma beerdiri di belakang pintu." jawab Reres singkat kemudian tersenyum lebar jelas sekali dipaksakan, tapi itu malah buat haris tersenyum juga.

"Kenapa harus ditunggu?"

"Sejujurnya enggak tau juga Mas. Kan aku cuma bawahan. Oiya, lanjut yuk Mas ngetik jadwalnya biar aku catat."

Haris mengangguk kemudian ia melanjutkan membuat jadwal untuk minggu depan bagi Saga. Sesekali Haris melirik Reres yang begitu serius mencatat. Bersama Reres selama ini menyenangkan gadis itu banyak membuatnya tersenyum. Bukan hanya itu, Reres juga begitu perhatian pada Haris meski dalam hal-hal kecil seperti membawakan sarapan untuk mereka berdua atau memijat tangan Haris yang sering merasa sakit karena kelelahan mengetik atau merevisi laporan.

"Kamu libur besok? Mau ke mana?"

"Mas Haris lupa? Sabtu besok Pak Saga minta kita ke Bali sama Viny dan ketemu klien di sana?"

"Ah, iya." Haris mengingat minggu ini tak akan ada libur bagi dirinya. Tapi itu tak masalah, setiap ia ke bali Haris memiliki banyak waktu untuk bersama dengan Reres.

Saat itu ponsel Reres berdering, panggilan dari Nindi. reres segera mengangkat panggilan dari ibu Saga.

"Halo, ya Bu?"

"Res tolong kamu ingetin Saga kalau malam ini ada acara makan malam sama Pak Hartanto ya. Sebelum makan malam malam Saga sudah harus ada di rumah ya? Tolongin saya."

"Baik Bu," jawab Reres.

"Oke terima kasih.''

Reres kembali meletakkan ponselnya setelah panggilan dimatikan kemudian kembali menatap Haris yang masih mengetik jadwal. Saat itu pintu ruangan Saga terbuka terlihat ia yang mengantar beberapa direksi pendukungnya seraya mengobrol dengan hangat. Saga segera melirik Reres setelah semua direksi pergi. Reres mengerti, ia segera meletakkan buku dan pena yang ia pegang.

"Aku ke ruangannya Pak Saga dulu ya Mas. Mas Haris aku minta tolong kalau sudah selesai, tolong fotoin dan kirim ke Wa aku kaya biasa ya?"

Haris tersenyum sambil mengangguk, Setelahnya Reres segera berjalan masuk ke ruangan Saga. Saga kini duduk di kursinya dan menatap Rere dengan serius. ia hela napas beberapa kali kemudian tersenyum menghapus semua kesan dingin yang ia berikan beberapa detik yang lalu.

"Lo bisa 'kan?" tanya Reres.

Saga mengangguk. "Thanks mau apa?"

"Mau hari ini lo pulang cepat dan lo harus makan malam sama Pak Hartanto."

Saga berdecak kesal, "Nyokap gue telepon lo ya?"

"Lo harus datang Saga. Gue enggak mau kena marah Bu Nindi ya."

"Iya, iya gue dateng. Gue serius lo mau apa? es krim BnR?"

Reres duduk di tempat duduk yang berseberangan dengan Saga. "Enggak mau apa-apa gue, lo bisa lancar di rapat kaya tadi gue udah seneng kok."

Saga kemudian memainkan ponsel miliknya, ia lalu melirik ke arah Reres yang membuka ponsel setelah mendapatkan notifikasi pesan. Ia menatap Saga, dengan tatapan terbelalak. Reres lalu bangkit, berjalan mendekat dan memukul Saga.

"Kok lo gila sih Ga?!" kesalnya setelah ia melihat foto dirinya yang tertidur. Meski berbalut selimut tentu saja Reres malu. "Hapus enggak?!"

"Hahahaha, Gue suka foto lawan bobo gue kalau tidur," jawab Saga.

"Hapus!" kesal Reres. "Permintaan gue hapus foto itu."

"Aish kan lo enggak bug-" Reres membekap mulut Saga ia takut ada yang dengar.

"Ga!"

"Iya, iya gue hapus. Ih, enggak ada kenangan yang kita bo-" Reres yang masih berdiri di belakang Saga membekap mulut sang atasan lagi.

Saga membuka tangan Reres. "So, karena permintaan lo adalah menghapus foto. Jadi gue malam ini enggak perlu pulang dan makan malam sama Pak Har."

Reres kesal, "Sumpah ya Saga, lo licik banget."

"Licik tapi enak 'kan?

"Gundulmu! gue mau keluar ah! Gue masih banyak kerjaan, termasuk nulis jadwal lo."

"Enggal boleh," larang saga.

"Kenapa?" Reres bertanya kesal.

"Boleh deh, sana." Saga kemudian menjulurkan lidah karena telah berhasil membuat sahabatnya kesal. "Udah gendut emosian, wah mantap." ledek Saga.💜

Reres menoleh, rasanya ia ingin kembali berjalan mendekati Saga dan mencubit pipi sahabatnya itu. Hanya saja ia tak ingin membuat dirinya kalah dengan terus-terusan marah. Saga senang meledeknya dan itu selalu Saga lakukan. Semakin Reres marah, itu akan membuat Saga semakin senang.

Setelah semua pekerjaannya selesai, Saga dan Reres segera pulang. Meskipun enggan bertemu dengan keluarga Hartanto, Saga tetap harus menghadiri acara makan malam itu.Karena ia telah terlanjur berjanji pada sang mami untuk datang dalam acara itu.

Di dalam mobil, Reres menahan tawa akibat teringat apa yang ia katakan pada Haris saat di kantor. Saga melirik merasa terganggu dengan tingkah Reres ia sudah merasa dicemooh tanpa tau masalah yang sebenarnya.

"Lo kenapa sih?" Saga bertanya kesal.

Reres gelengkan kepala. Ia tak ingin memberitahu Saga perihal apa yang ia katakan tadi pada HAris. Tentu saja ia takut kalau saga akan marah pada dirinya setelah mengetahui itu.

"Kasih tau enggak? Gue enggak mau pulang nih." saga mengancam sambil menatap dengan kesal.

"Nanti gue kasih tau, tapi lo harus pulang dulu." Reres Menatap Saga tak kalah kesalnya dengan ancaman yang ia dengan barusan.

"Kenapa enggak bisa di sini?"

Reres berdecak lalu mendekatkan wajahnya pada Saga membisikkan yang ia katakan pada Haris kalau Saga mengikuti sebuah sekte dari Hawai. Setelah berbisik kini Reres tertawa keras hingga memegangi perutnya yang terasa tergelitik.

"Sialan lo," kesal saga.

"Lebih baik 'kan daripada gue kasih tau yang sebenarnya."

Saga mencubit pipi Reres hingga buat gadis itu berteriak kesakitan. "Enggak ada bagus-bagusnya Restu!"

"Sakit ih!" Reres lalu memukuli bahu Saga.

"Sakit Restu!"

"Resta, Restu, Resta, Restu," kesal Reres yang tak suka jika nama lengkapnya di panggil.

"Marah terus, kan nama lo emang restu."

Reres melirik kesal lalu memukul bahu saga beberapa kali. "Gue tabok lo ya," ancam gadis itu.

Dulu di sekitar rumah Saga ada seorang ODGJ (Orang Dengan Gangguan JIwa) yang sering dipanggil Restu. Sewaktu kecil Reres dipanggil dengan sebutan Restu. Hanya saja karena ada ODGJ dengan nama yang sama dengannya buat dia tak mau lagi dipanggil Restu dan sang nenek akhirnya memanggilnya Reres.

Saga dan Reres kini telah berjalan memasuki pintu masuk Rumah. Di ruang tamu beberapa vas telah diisi bunga segar. Reres berjalan di belakang Saga yang berjalan masuk tanpa Senyum. Moodnya kembali buruk ketika ia melangkahkan kakinya turun dari mobil. Kemudian berjalan masuk menuju Ruang tengah. Saga tau Nindi lebih suka menyambut tamu di ruang tengah karena bisa terlihat tanaman yang sudah ia tanam di halaman belakang.

Terlihat Tuan Har, Nyonya Har juga Aira yang kini duduk mengobrol dengan Nindi dan Ayu, nenek Saga. Semua terlihat begitu akrab, hangat dan dekat. Sementara Reres tak berjalan masuk dan menunggu di dekat tangga.

"Permisi, maaf sedikit terlambat." Saga menyapa, tanpa senyum dan dingin. Mengesankan kalau ia adalah sosok yang dingin dan serius.

Reres sudah terbiasa dengan itu semua, Saga memang bisa berubah sikap sesuai dengan siapa yang ia temui. Jika ia tak suka, maka hal ini yang terjadi si cuek dan dingin yang terlihat ketus dan tak bersahabat.

aira ,menatap dengan binar mata yang jelas menunjukkan kekaguman. Saat Saga kini menyalami semua orang yang ada di sana. Lalu semakin jatuh hati saat sang CEO Candramawa itu mencium tangan sang mami dan kecupi pipi ibunya. Yang terjadi kemudian Saga tersenyum saat sang mami memujinya. Senyum yang mungkin baru pertama kali aira lihat.

"Hm, saya ganti pakaian dulu sebentar. Permisi," pamit Saga lalu segera berjalan meninggalkan ruangan untuk segera menuju kamarnya diikuti tatapan Aira yang lekat menatap langkah pria itu.

***

Sampai part ini gimana nih kakak bunda ? Tim siapa? Saga atau Haris?

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 46.5K 31
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
979K 146K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
9.4K 1.2K 35
Tentang jodoh yang belum terlihat hilalnya. Dan tentang rasa, untuk siapa rasa yang menggelayuti hati. Hati seorang beiby bestiani. Untuk kamu? Mas...
112K 15.8K 92
"Hidup itu.. Selalu ada cobaan di dalamnya" "Dan kita ga tau kapan itu terjadi" "Tapi bukan berarti kita ga bisa ngubah dari yang jelek ke yang bagus...