The Unwanted Queen || COMPLET...

By aristaptr

980K 76.4K 2K

[Sequel of I'm The Queen of Demon Kingdom] Evander Nicolas Harrison, putra dari Lord Xavier kini telah menjad... More

Hello!
The Unwanted Queen || 1
The Unwanted Queen || 2
The Unwanted Queen || 3
The Unwanted Queen || 4
The Unwanted Queen || 5
The Unwanted Queen || 6
The Unwanted Queen || 7
The Unwanted Queen || 8
The Unwanted Queen || 9
The Unwanted Queen || 10
The Unwanted Queen || 11
The Unwanted Queen || 12
The Unwanted Queen || 13
The Unwanted Queen || 14
The Unwanted Queen || 15
The Unwanted Queen || 16
The Unwanted Queen || 17
The Unwanted Queen || 18
The Unwanted Queen || 19
The Unwanted Queen || 20
The Unwanted Queen || 21
The Unwanted Queen || 22
The Unwanted Queen || 23
The Unwanted Queen || 24
The Unwanted Queen || 25
The Unwanted Queen || 26
The Unwanted Queen || 27
The Unwanted Queen || 28
The Unwanted Queen || 29
The Unwanted Queen || 30
The Unwanted Queen || 31
The Unwanted Queen || 32
The Unwanted Queen || 33
The Unwanted Queen || 34
The Unwanted Queen || 35
The Unwanted Queen || 36
The Unwanted Queen || 37
The Unwanted Queen || 38
The Unwanted Queen || 39
The Unwanted Queen || 40
The Unwanted Queen || 41
The Unwanted Queen || 42
The Unwanted Queen || 43
The Unwanted Queen || 44
The Unwanted Queen || 46
The Unwanted Queen || 47
The Unwanted Queen || 48
The Unwanted Queen || 49
The Unwanted Queen || 50
The Unwanted Queen || 51
The Unwanted Queen || 52
The Unwanted Queen || End
The Unwanted Queen || Extra Part I
The Unwanted Queen || Extra Part II
New Story!
Warning!

The Unwanted Queen || 45

14.6K 1.1K 76
By aristaptr

Happy Reading Guys🖤
Don't forget to follow, vote, and comment on this story!
******

Saat ini Crystal tengah menemani Evan karena Alissya harus menghadiri sebuah pertemuan. Setiap Alissya tidak bisa menemani Evan, ia akan meminta siapapun untuk menemani suaminya. Ia tidak akan membiarkan Evan seorang diri di kamarnya.

Crystal menggenggam tangan Evan dengan erat. Ia terus berusaha berbicara dengan pria itu meskipun tidak ada sedikitpun reaksi darinya.

"Kapan kau bangun nak? Istrimu menunggumu. Dia terlihat sangat lelah karena harus mengurus pekerjaan istana. Tetapi seberapa sibuk dirinya, ia akan selalu ada waktu untuk menemanimu. Bukankah dia sangat mencintaimu?" Ujar Crystal sambil terkekeh pelan.

"Dia wanita yang kuat, mommy sangat kagum dengannya. Bahkan dulu mommy tidak sekuat dirinya. Meskipun ia terlihat kuat, tetapi ia selalu memendam kesedihannya seorang diri."

"Kau.." Crystal menghentikan ucapannya saat ia menyadari satu hal. Beberapa saat yang lalu, ia merasakan jika jari Evan sedikit bergerak.

"Sayang kau dengar mommy? Jika kau dengar tolong gerakkan jarimu kembali nak." Saat itu juga Crystal menutup mulutnya terkejut saat melihat jari tangan Evan kembali bergerak, dan betapa terkejutnya lagi saat ia melihat kelopak mata Evan mulai terbuka.

"Oh Moon Goddess!"

Crystal dengan cepat memindlink Xavier dan William untuk segera menemuinya. Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan menampilkan Xavier dan William masuk dengan raut wajah terkejut.

"Saya akan memeriksa keadaan Yang Mulia." Xavier dan Crystal yang mendengar itu langsung menganggukkan kepalanya, dan membiarkan William memeriksa keadaan Evan.

Evan yang sedikit lemas memaksa untuk duduk bersandar di kepala ranjang. Tangan pria itu terangkat untuk memegang kepalanya yang terasa sedikit sakit.

"Syukurlah kondisi tubuh anda baik-baik saja Yang Mulia. Mungkin ini karena anda memiliki kekuatan penyembuh yang cukup kuat dalam diri anda." Ujar William membuat Crystal menghela nafas lega.

"Di mana Alissya mom?" tanya Evan dengan pelan.

"Istrimu sedang menghadiri pertemuan nak." Sahut Crystal.

"Pertemuan?"

Xavier mengangguk, "Pertemuan dengan petinggi istana." Xavier menghela nafas pelan sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Mereka terus mendesak istrimu untuk menggantikan posisimu."

Evan yang mendengar itu sontak membulatkan matanya. "Apa maksudmu dad?"

"Sepertinya beberapa petinggi istana mulai bersatu untuk menjatuhkanmu." Tangan Evan seketika mengepal kuat saat menyadari beberapa anak buahnya mulai mengkhianati dirinya. Tentu saja ia tidak akan tinggal diam.

Saat itu juga Evan beranjak dari tempat tidur dan melangkah keluar dengan raut wajah dingin. Xavier dan Crystal yang melihat itu seketika membulatkan matanya. Pasalnya Evan baru saja sadar setelah hampir empat minggu tidak sadarkan dirinya.

Evan dengan cepat melesat menuju ruang pertemuan. Dengan pendengarannya yang tajam, dari luar pun ia sudah bisa mendengar keributan di dalam sana. Seketika langkah pria itu terhenti saat mendengar suara istrinya yang sangat ia rindukan.

"Kenapa kalian tidak mengatakan dengan jujur, jika kalian ini suamiku mati dan kalian ingin menguasai kerajaan ini."

"Anda telah mengatakan hal yang tidak benar Yang Mulia. Kami melakukan ini karena kami tidak tahu kapan Yang Mulia Raja akan sadar."

"Lancang!"

Brak!

Evan yang mendengar suara keras dari dalam sana langsung membulatkan matanya. Dengan cepat ia membuka pintu ruangan tersebut untuk melihat apa yang telah terjadi.

"Suamiku.. Dia baik-baik saja. Dia akan sadar dan kembali memimpin kerajaan ini. Kalian," Evan seketika terdiam saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut Alissya. "Aku tidak akan membiarkan kalian bisa merebut posisi suamiku."

Evan mengepalkan tangannya kuat saat melihat air mata mengalir dari sudut mata istrinya. Ia bahkan bersumpah tidak akan pernah membiarkan istrinya menangis, tetapi kali ini orang lain telah berani membuat istrinya menangis. Namun amarah seketika terganti dengan rasa khawatir saat melihat Alissya tiba-tiba terjatuh tak sadarkan diri.

"Queen!"

Dengan cepat Evan melesat dan menangkap tubuh Alissya sebelum tubuh wanita itu menyentuh lantai. Semua orang yang ada di sana seketika membulatkan matanya terkejut.

"Yang Mulia, anda telah sadar?" Tanya Steve dengan raut wajah terkejut saat melihat kedatangan Evan.

Evan tidak membalas ucapan Steve, tetapi ia menatap tajam pada para petinggi yang tengah berdiri dengan raut wajah ketakutan.

"Tunggu saja apa yang akan aku lakukan!" Ujar Evan dengan nada dingin sebelum akhirnya meninggalkan ruangan itu dengan Alissya di dalam gendongannya.

Dengan cepat Evan melesat menuju kamarnya dan membaringkan Alissya di atas ranjang. Evan mengusap wajah Alissya dengan lembut. Ia merasa bersalah karena telah membuat istrinya melakukan tugas yang sangat berat.

"Maafkan aku Queen, kau pasti sangat lelah."

Tak lama kemudian, William datang bersama dengan kedua orang tuanya. Saat itu juga William mendekati Alissya dan mulai memeriksa keadaannya.

"Engghh!"

Terdengar suara lenguhan Alissya membuat semua orang bernafas lega. Kemudian mereka melihat Alissya perlahan mulai sadar. Evan dengan cepat mengambil posisi di samping Alissya dan menarik tangan wanita itu ke dalam genggamannya.

Alissya mengerutkan keningnya saat melihat semua orang berkumpul mengelilinginya. Namun perhatian wanita itu seketika tertuju pada pria di sampingnya. Saat itu juga Alissya membulatkan matanya terkejut bercampur senang.

"Lord, kau.."

"Iya, ini aku Queen." Saat itu juga Alissya beranjak dari tidurnya dan berhambur ke pelukan suaminya. Ia tidak bisa menggambarkan betapa bahagia dirinya saat itu.

Evan terkekeh pelan dan mengusap puncak kepala wanita itu dengan lembut. Semua orang yang ada di sana pun ikut tersenyum senang melihat pasangan itu kembali dipersatukan.

"Yang Mulia, maaf mengganggu waktu anda," Alissya seketika melepaskan pelukannya pada Evan dan menatap ke arah William dengan penuh tanya.

"Ada apa William? Apa menantuku baik-baik saja?" tanya Crystal dengan raut wajah khawatir. Pasalnya saat itu William hanya terdiam dengan raut wajah datarnya, membuat semua orang mulai berpikir negatif.

"Tidak Yang Mulia, Ratu baik-baik saja. Beliau hanya sedikit kelelahan. Tapi," Semua orang seketika mengerutkan keningnya saat melihat William menghentikan ucapannya. "Ada kabar baik untuk kalian semua. Saat ini Ratu tengah mengandung."

Sontak semua orang membulatkan matanya terkejut mendengar kabar tersebut.

"Jadi maksudmu, istriku tengah hamil?" tanya Evan dan langsung dijawab anggukkan oleh William. Saat itu juga Evan menatap Alissya dengan raut wajah bahagia.

"Aku hamil Lord? Aku benar-benar hamil?" Tanya Alissya dengan raut wajah tak percaya menatap pada semua orang yang ada di sana. Seketika sudut bibir wanita itu terangkat membentuk senyuman bahagia.

"Benar Queen, kau tengah mengandung anak kita, calon penerus kerajaan ini." Saat itu juga Alissya memeluk Evan dengan erat. Ia tidak menyangka jika hari itu menjadi hari yang sangat menggembirakan untuknya. Ia kembali dapat bersatu dengan suaminya dan kini ia tengah mengandung anak dari pria yang sangat ia cintai.

Semua orang yang ada di sana turut merasakan kegembiraan pasangan itu. Mereka pun memutuskan untuk meninggalkan ruangan tersebut dan membiarkan pasangan itu menghabiskan waktu bersama.

Kini Alissya tengah bersandar di dada bidang suaminya sambil memainkan tangan suaminya yang berada di atas perutnya. Senyuman tidak pernah pudar dari wajah mereka berdua.

"Maafkan aku Queen, kau harus mengerjakan semua pekerjaanku dalam keadaan mengandung. Lagi-lagi aku gagal menjagamu."

Alissya yang mendengar itu dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Tidak Lord, ini bukan kesalahanmu. Aku sangat senang bisa membantu Steve untuk mengerjakan semua pekerjaanmu. Aku bahkan merasa kasihan pada pria itu karena tidak dapat menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang bersama Flora."

"Baiklah, aku akan memintanya untuk berlibur untuk beberapa hari." Alissya tersenyum lalu menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan suaminya.

"Aku sangat merindukanmu Lord."

Evan tersenyum lalu mengecup puncak kepala Alissya dengan lembut. "Aku juga sangat merindukanmu Queen."

"Aku harap tidak ada masalah lagi yang datang menghampiri kita."

"Sepertinya itu tidak mungkin Queen, karena kita harus membereskan para tikus itu." Ujar Evan menggeram marah. Alissya terkekeh pelan kemudian mengusap rahang suaminya dengan lembut.

Cup...

Sebuah kecupan mendarat dibibirnya, membuat Alissya cukup terkejut. Namun kemudian ia tersenyum dan mengecup singkat bibir suaminya.

"Aku harap ini masalah terakhir kita. Aku sudah sangat lelah menghadapi situasi seperti ini. Aku ingin hidup bahagia bersamamu dan anak kita." Ujar Alissya sambil mengusap perutnya yang masih rata.

"I'm promise!"

******

Evan melangkah menuju ruang kerjanya setelah memastikan Alissya telah tertidur lelap. Ia harus segera membereskan masalah yang timbul saat ia lama tak sadarkan diri. Steve yang berada di dalam ruang kerja Evan seketika menundukkan kepalanya hormat saat melihat kedatangan pria itu.

"Apa kau menemukan sesuatu?" Tanya Evan setelah duduk di kursi kebesarannya.

"Sebaiknya anda beristirahat untuk hari ini saja Lord." Ujar Steve saat melihat Evan mulai mengambil alih pekerjaannya.

"Aku baik-baik saja Steve, kau tidak perlu khawatir. Jadi berikan semua datanya." Steve menghela nafas pelan. Jika seperti ini, ia tidak bisa membantah ucapan pria itu.

"Ini daftar nama petinggi yang mulai bergabung ke dalam organisasi itu." Ujar Steve sambil menyerahkan sebuah berkas pada Evan. Evan pun menerima berkas tersebut dan mulai membacanya.

"Baiklah kau bisa pergi." Steve yang mendengar itu menundukkan kepalanya sebelum berbalik meninggalkan ruangan itu.

"Ah benar," Steve yang kembali mendengar suara Evan langsung membalikkan tubuhnya menghadap pria itu. "Karena kau selama ini sudah banyak menolongku, kau bisa berlibur untuk beberapa hari. Ini permintaan dari istriku, jadi kau tidak bisa menolaknya."

"Tapi Lord.." belum selesai Steve berbicara, Evan telah lebih dulu menatap tajam ke arah pria itu menandakan jika ia tidak ingin menerima bantahan. "Terima kasih Yang Mulia atas kebaikan anda. Saya akan segera kembali untuk membantu anda."

"Tidak perlu terburu-buru, bersenang-senanglah." Evan pun mengibaskan tangannya ke udara, memberi tanda untuk Steve segera meninggalkan ruangannya.

Setelah kepergian Steve, Evan kembali fokus menatap berkas yang ada di hadapannya. Rahang pria itu mengetat saat mengetahui jika sudah banyak petinggi istana yang membelot. Bahkan mereka berani membuat organisasi yang dibuat untuk menjatuhkan dirinya.

Evan tidak akan tinggal diam. Ia harus segera bergerak mencari bukti untuk menjatuhkan mereka semua. Tidak hanya itu, ia akan membasmi semua orang yang berani berkhianat padanya.

"Kita lihat siapa yang akan menang." Ujar Evan tersenyum menyeringai.

******

Matahari perlahan mulai tenggelam dan siap digantikan oleh sang rembulan. Seorang wanita terlihat tak terusik sedikipun dalam tidurnya. Alissya tertidur lelap dengan memeluk sebuah bantal. Beberapa kali Grace mengetuk pintu kamar untuk membangunkan Alissya, namun tak ada reaksi sedikitpun dari wanita itu.

"Ada apa ini?"

Grace yang mendengar suara Evan langsung berbalik dan menundukkan kepalanya. "Ampun Yang Mulia, saya ingin membangunkan Ratu, tetapi beliau tak kunjung bangun."

Evan mengerutkan keningnya bingung. Pasalnya ia telah meninggalkan istrinya cukup lama. Tanpa pikir panjang Evan melangkah masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaan istrinya. Benar saja, ia melihat Alissya masih tertidur pulas di ranjangnya.

Pria itu tersenyum melihat wajah istrinya yang terlihat damai. Ia sangat enggan untuk membangunkan tidur lelapnya. Tetapi hari telah menjelang malam, ia harus membangunkan Alissya untuk makan malam bersama.

Tangan pria itu terjulur mengusap puncak kepala Alissya. Sentuhan yang diberikan oleh Evan perlahan mulai menyadarkan wanita itu. Saat itu juga kelopak mata Alissya terbuka.

"Apa aku tidur terlalu lama?" Evan tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

"Grace membangunkanmu sedari tadi, tetapi kau tak kunjung bangun."

Alissya yang mendengar itu seketika terkejut. "Benarkah?"

Evan mengangguk, "Sebaiknya kau membersihkan tubuhmu, lalu kita akan makan malam bersama."

Alissya pun mengangguk dan turun dari atas ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Karena perutnya sudah mulai meronta-ronta meminta makanan.

Selagi Alissya membersihkan tubuhnya, Evan bersandar di kepala ranjang sambil menutup kedua matanya. Ia cukup kelelahan karena mengurus semua pekerjaan istana sendirian. Apalagi kondisi tubuh pria itu belum pulih benar.

Beberapa menit kemudian, Alissya telah selesai membersihkan tubuhnya. Ia tersenyum saat melihat Evan yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang. Alissya berjalan menghampiri Evan dan duduk di hadapan pria itu.

"Apa kau lelah?" Tanya Alissya sontak membuat kedua mata pria itu terbuka. Namun tidak ada jawaban sedikitpun dari pria itu, melainkan ia menarik Alissya ke dalam pelukannya.

"Jika kau lelah, aku akan meminta Grace membawakan makanan ke kamar."

"Tidak, aku hanya ingin bersama istriku sebentar saja." Alissya terkekeh pelan, lalu menarik salah satu tangan Evan yang melingkar di perutnya ke dalam genggamannya.

"Apa semua baik-baik saja?" Tanya Alissya.

Evan mengangguk, "Tentu saja Queen. Aku akan menyelesaikan masalah ini dengan baik. Lagi pula mereka tidak akan bisa berkutik setelah mengetahui aku telah kembali memimpin kerajaan."

Alissya sedikit ragu mendengar ucapan dari suaminya. Ia tidak yakin jika para pengkhianat itu akan menghentikan niat mereka untuk menguasai kerajaan ini. Malah mereka pasti akan semakin gencar untuk merebutnya.

"Kalau begitu, aku akan membantumu."

"Tidak Queen, aku tidak akan mengizinkanmu." Sontak Alissya berbalik menatap ke arah Evan dengan raut wajah bingung. "Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu dan buah hati kita." Lanjutnya sambil mengusap lembut perut Alissya.

"Tapi Lord..." Evan dengan cepat menggeleng dan memotong ucapan Alissya.

"Tolong dengarkan ucapanku kali ini Queen."

Alissya menghela nafas berat dan menganggukkan kepalanya dengan enggan. Ia sangat ingin membantu Evan, tetapi ia tidak bisa membantah ucapan pria itu.

"Aku sudah memiliki rencana untuk menjebak mereka semua. Aku pastikan hal ini tidak akan membahayakan dirimu Queen."

Alissya yang mendengar itu menaikan satu alisnya. "Apa rencanamu?"

Evan tersenyum lalu menatap ke luar jendela dengan raut wajah yang sulit di artikan. Membuat Alissya menatap penuh penasaran pada pria itu.

'Apa yang telah ia rencanakan?' Batin Alissya.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 105K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
134K 6.1K 39
Tamat!! Sebelum baca wajib vote, comen, share, dan fallow Seorang wanita yang lelah akan hidupnya didunia yang kejam pada dirinya, tapi malah dipe...
9.4K 782 7
Perjalanan baru dimulai ketika Bele telah nyaman dengan kehidupan barunya setelah merasakan patah hati terbesar, penyebab rasa sakit itu muncul kemb...
377K 34K 53
*** Takdir selalu tak terduga, suka atau tidak kita harus menjalaninya. Agnoraga Demetri Apollo, keturunan murni Dewa Serigala itu telah melenyapkan...