Be a Good Mother [Terbit]

By annisanhl_

5.2M 751K 73.5K

Riona Amara tak pernah menyangka jika ia akan meninggal karena dibunuh oleh keempat putranya sendiri dan mati... More

Prolog
1. Mama Boleh Ikut Makan?
2. Mama Jangan Pergi
3. Mama, Cepat Sembuh
4. Date With Me, Queen?
5. Pengakuan dan Kencan
6. Basket dan Morfeo
7. Mama, Jangan Berubah
8. Maafin Mama, Nak
9. Maaf, Sayang
10. Oh My Eyes!
11. Nanti Aku Cemburu
12. Hunting Jajan
13. Mama Bangga
14. Neraka Jalur VIP
15. Mama Sayang Kalian
16. Cerita Singkat
17. Bocah Prik
18. Feo Cuma Cemburu
19. Vian Sayang Kalian
20. Aku Ikhlas, Mas
21. Kok Bau Pandan
22. Keluarga
23. Ibunda Wylan
24. Papa Brengsek
25. Mama Bangun!
26. Sang Moirai
27. I'm Pregnant
28. Apa Kalian Tega?
29. Cepat Lahir, ya!
30. Jangan Main-main
31. Lo Jahat, Kak
32. Papa Ceroboh!
33. Mama Terbaik di Dunia
34. Cap Cay Seafood
35. Janji, Satu Kali
36. Selamat, Morfeo
37. Undangan
38. Dendam Adalah Racun
39. Wanita Itu
40. I Love You
41. Digulai Atau Disate
42. Sumpah Wylan
43. Mimpi Buruk
44. Hanya Mimpi Buruk
45. Are You Happy?
46. Siap, Bu Bos!
48. Seperti Mama
49. Selamat Datang
50. Papa Gak Kreatif!
51. Kalah Lucu
52. Mampus Gue!
53. Habis Ini Aku, Ya
54. Oppa-oppa Ganteng
Epilog
Spesial Part
Be a Good Version
Info Penting
• Vlog Azriel •
• Casvian Vlog •
OPEN PRE-ORDER

47. Maureen

59.2K 10.8K 1.5K
By annisanhl_

Suara ketukan pintu kamar di tengah malam itu terpaksa membangunkan Riona dan Wylan dari tidur mereka. Keduanya mengubah posisi menjadi duduk dan saling menatap bingung.

"Aku buka dulu, ya," ucap Wylan dengan mata setengah terpejam dan sesekali menguap.

Ia menyingkirkan selimut dari atas tubuhnya dan berjalan menuju pintu kamar. "Sebentar," ucapnya seraya membuka pintu.

Begitu pintu kamarnya terbuka, tampak Bi Inem selaku asisten rumah tangga yang baru Wylan pekerjakan penuh di rumah itu beberapa hari lalu kini tengah berdiri dengan kepala menunduk. Kening Wylan pun mengerut dibuatnya, tumben.

"Ada apa, Bi? Kok malam-malam ketuk pintu kamar?" tanya Wylan dengan suara serak.

"Maaf, Tuan. Saya gak bermaksud untuk menganggu istirahat Tuan dan Nyonya, tapi di bawah ada yang datang, nangis sambil hujan-hujanan. Katanya namanya kalau gak salah hm ... Maureen!" ucap Bi Inem.

Sontak Riona yang ikut mendengar ucapan Bi Inem pun mengernyit bingung. Maureen? Ada apa gadis itu datang malam-malam seperti ini, sangat tidak wajar.

"Maureen?" ulang Wylan yang mendapat anggukan dari Bi Inem. "Sekarang dia ada di mana, Bi?"

"Tadi Bibi udah suruh masuk nunggu di ruang tamu, sekalian udah Bibi buatin teh hangat dan kasih handuk kering juga. Kasian badannya basah semua, Tuan," jelas Bi Inem dengan wajah khawatir.

Wylan mengangguk kecil seraya menatap wajah wanita berusia kepala lima di hadapannya itu. "Yaudah. Terima kasih, ya, Bi. Kita berdua bakal turun, Bibi langsung kembali istirahat aja. Biar nanti saya sama Riona yang urus Maureen."

"Yaudah kalau begitu saya permisi dulu, ya, Tuan, Nyonya. Sekali lagi saya minta maaf udah ganggu istirahat Tuan dan Nyonya," pamit Bi Inem.

Sepeninggalan Bi Inem, Wylan pun kembali menghampiri Riona dan membantu wanita itu untuk berdiri dan memakai sandal rumahnya. Mereka berdua ikut menyusul turun menggunakan lift yang sudah rampung sejak tiga hari yang lalu.

Semenjak usia kehamilan Riona yang menginjak bulan ke delapan, Wylan mulai memperkerjakan Bi Inem sebagai ART tetap di rumahnya. Artinya wanita baya itu menginap di rumah mereka, tidak lagi datang pada pagi hati dan pulang di sore harinya.

Namun, esok harinya tetap akan ada sepuluh orang lainnya yang datang untuk membersihkan rumah.

"Hati-hati, Sayang," tegur Wylan saat Riona berjalan dengan tergesa-gesa.

Mereka menghampiri Maureen yang terduduk dengan kepala menunduk di ruang tamu. Penampilan gadis itu sama sekali tak bisa dikatakan baik-baik saja sekarang.

"Maureen?" panggil Riona lembut. Ia berjalan mendekati Maureen dan mendudukkan diri di sebelah gadis itu.

Sontak Maureen mendongakkan kepalanya dan menatap Riona dengan kedua mata berkaca-kaca. Maureen langsung memeluk Riona dengan erat dan menumpahkan tangisnya dalam pelukan wanita itu.

Sementara Riona yang mengerti dengan keadaan Maureen hanya diam dan mengelus punggung keponakannya. "Nangis aja, Sayang. Gak apa-apa, Maureen nangis aja sampai kamu puas dulu. Nanti kalau udah selesai nangis, udah lega, baru cerita."

Ruangan itu dilanda keheningan, hanya ada suara isakan tangis Maureen yang menemani mereka bertiga. Hingga, tangis Maureen benar-benar berhenti dan Riona bisa merasakan punggung gadis itu tak lagi bergetar.

Perlahan Maureen mulai melepaskan pelukan Riona dengan mata bengkak dan memerah. Bekas-bekas air mata bahkan masih tersisa di wajah cantiknya.

"Ada apa, Maureen? Kenapa malam-malam kamu ke sini? Nerobos hujan pula," tanya Wylan yang akhirnya angkat bicara.

Mata Maureen menatap Wylan dan Riona secara bergantian. "Aunty, Uncle, aku boleh tinggal sama kalian gak? Sementara aja, nanti kalau aku udah ketemu kos-kosan baru pindah deh."

Ucapan Maureen lantas membuat Riona dan Wylan terkejut mendengarnya. "Kos-kosan? Kamu ngapain mau ngekos? Emangnya Kak Brandon sama Kak Eva udah bangkrut dan semiskin itu sampai gak bisa biayain anak mereka?" tanya Riona bingung.

Kepala Maureen kembali tertunduk.

"Mama sama Papa mau cerai ... " Suara Maureen terdengar lirih, mampu mengejutkan Riona dan Wylan untuk kesekian kalinya. "Dan mereka gak ada yang mau urus aku. Mereka bilang, anak perempuan itu gak berguna. Anak perempuan gak bisa banggain keluarga. Anak perempuan cuma nyusahin karena nantinya bakal nikah doang dan jadi milik keluarga lain."

"Mama sama papa kamu ... kenapa cerai?" tanya Riona hati-hati.

Pasalnya selama ini ia melihat Brandon dan Eva adalah pasangan yang sangat serasi dan romantis. Bahkan tak jarang mereka memamerkan kemesraan di media sosial.

"Sebenarnya Papa dan Mama udah lama sering berantem. Papa selalu permasalahin Mama yang gak hamil-hamil lagi, sementara Papa pengennya anak laki-laki bukan anak perempuan. Mama yang stress dan gak tahan terus didesak untuk hamil akhirnya memilih ... untuk bercerai," cerita Maureen.

Sesekali gadis itu tersendat-sendat ketika bercerita, menggambar bahwa keadaannya sedang tak baik-baik saja.

"Tadi pagi Mama memutuskan pulang ke orang tuanya di Palembang, sementara Papa dan Oma usir aku. Mereka gak mau lagi mengurus aku, karena aku perempuan katanya," sambung Maureen.

Riona langsung membawa Maureen kembali ke dalam dekapannya, ia menciumi kepala gadis itu berkali-kali. Seolah ia tengah mengatakan bahwa Maureen tak sendirian di sini.

"Apa salah terlahir sebagai seorang perempuan? Apa yang salah? Maureen juga gak pernah minta sama Tuhan untuk dilahirkan sebagai perempuan kok. Seandainya bisa milih, Maureen lebih baik gak dilahirkan aja," racau Maureen.

"Kadang Maureen iri kalau lihat Morfeo dan yang lain disayang banget sama Aunty dan Uncle. Apa karena mereka laki-laki? Kalau kalian punya anak perempuan apa kalian juga bakal perlakukan dia seperti Maureen?" tanya Maureen asal.

Riona menggeleng seraya terus mengusap punggung Maureen.

"Bagi kami, apapun jenis kelaminnya itu adalah berkah. Selagi dia terlahir sehat dan sempurna kami sudah bahagia, gak peduli mau dia laki-laki atau perempuan. Semuanya sama, Maureen. Gak ada yang berbeda antara laki-laki dan perempuan," ucap Riona.

"Laki-laki dan perempuan di dunia ini saling membutuhkan. Laki-laki tak akan bisa ada tanpa perempuan, karena seorang laki-laki lahir dari rahim seorang perempuan, tumbuh karena ASI dari seorang perempuan dan akan menikah dengan seorang perempuan juga. Begitu pun sebaliknya, perempuan bisa ada karena campur tangan dari laki-laki."

"Kamu tahu apa yang membedakan laki-laki dan perempuan?" tanya Riona tiba-tiba yang dibalas gelengan oleh Maureen.

Riona tersenyum kecil. "Laki-laki selalu membutuhkan sosok perempuan di sampingnya. Namun, beberapa perempuan yang sukses tidak lagi membutuhkan laki-laki di sampingnya. Mereka bisa berdiri sendiri dan menopang hidup sendiri."

Maureen mendongakkan kepala menatap Riona. Ia terperangah dan terkejut ketika mendapat pemikiran baru dari sang tante.

"Tapi, Oma dan Papa selalu bilang kalau perempuan itu selalu berada di bawah laki-laki. Perempuan gak perlu sekolah tinggi, karena ujung-ujungnya bakal berdiam di dapur dan di rumah doang," ucap Maureen.

"Semuanya itu relatif, Maureen. Tergantung kita ingin bagaimana dan seperti apa, kalau kamu mau hidup bahagia maka jangan cari suami yang berpikiran kolot. Simpel."

Dalam hati Riona merasa miris dengan cerita Maureen. Walaupun Brandon dan ibunya merupakan keluaran yang berpendidikan, tetapi mereka masih memiliki pikiran yang sangat kolot.

"Sudah, lebih baik sekarang kamu tidur. Maureen bisa pakai kamar tamu untuk sementara," ucap Wylan mengakhiri.

Ia menggiring kedua wanita itu untuk naik ke lantai dua, dan membawa Maureen memasuki salah satu kamar tamu yang paling besar. Untung saja setiap hari Wylan selalu menyuruh untuk membersihkan kamar tamunya, walaupun tak ada yang memakai.

Selain mengusir makhluk tak kasat mata, juga untuk mengantisipasi kejadian seperti malam ini.

"Maureen boleh tidur sama Aunty? Malam ini aja," ucap Maureen memohon pada Wylan. "Maureen rindu rasanya tidur sama sosok ibu."

Merasa iba dengan cerita Maureen, akhirnya Wylan mengangguk dan menyetujui permintaan keponakannya itu. Ya, tidur sendiri selama satu malam mungkin tidaklah buruk.

Setidaknya masih ada guling untuk dipeluk.

----

To be continued...

Yeyy dikit lagi bakalan tamat nihh, mana suaranya yang udah gak sabar?!

YEYY DOUBLE UPDATE!!

YUK SPAM NEXT DI SINI!!

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 29K 28
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
589K 53.1K 54
⚠️ BL LOKAL Awalnya Doni cuma mau beli kulkas diskonan dari Bu Wati, tapi siapa sangka dia malah ketemu sama Arya, si Mas Ganteng yang kalau ngomong...
455K 35K 16
[SEBAGIAN DI PRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU BARU BACA] Dilarang ada hubungan antara senior dan peserta OSPEK, Galen, sebagai Ketua Komisi Disiplin terpa...
1.1M 13.9K 26
BoyPussy Bxb Cowo Bermeki