Enchanted. (ORV x reader) [RE...

Autorstwa glxxmychoi

36.6K 4.8K 153

: : ❏❜ - - - - - - - - - Bereinkarnasi berulang kali dan akhirnya ia mendapatkan hidup damai sesuai keinginan... Więcej

DISCLAIMER.
❛ CHARACTER.
❛O1. Merepotkan⨳
❛ 2. Anak laki-laki minimarket ⨳
❛ O3. Namanya Kim Dokja ⨳
❛ O4. Sejak kapan aku adikmu?! ⨳
❛ O5. Menjadi pemalas itu hal terbaik ⨳
❛ O6. Mereka penyelamatku ⨳
❛ O7. Kunci awal dan akhir ⨳
❛ O8. Mulainya layanan berbayar ⨳
❛ O9. Realita yang berubah ⨳
❛ 1O. Roda takdir ⨳
❛ 11. Gatekeeper ⨳
❛ 12. Cheat bertahan hidup ⨳
❛ 13. Berakhirnya skenario pertama ⨳
❛ 14. Cheat? Aku sendiri adalah cheatnya ⨳
❛ 15. Deus Ex Machina ⨳
❛ 17. Fragmen Masa Lalu ⨳

❛ 16. Kemunafikan ⨳

942 155 17
Autorstwa glxxmychoi

Kaya membuka matanya saat mendengar suara langkah kaki melewati penghalang, kepalanya mendongak dan melihat sosok tinggi yang mengenakan setelan serba hitam. 

Gadis itu langsung bisa mengenali sosok di depannya ini.

"Permisi, dimana Dokja-ssi?" 

Hyunsung berdiri dan mendekati pria misterius ini. Sayangnya pria itu hanya diam dan melihat mereka masing-masing dengan lamat.

Meski Kaya sudah tidak menatapnya, tapi gadis itu masih bisa merasakan tatapan penasaran yang diarahkan pria itu padanya.

"Aku melemparnya ke mulut monster itu."

...

"Eh?"

"Kau- Kau melemparnya?!" 

Kaya langsung bangkit dari duduknya dan menyerbu pria itu dengan marah. Tangannya terulur mencengkram kedua pundak pria itu dengan kekuatan yang tidak bisa diremehkan.

"Psikopat gila! Apa kau sama sekali nggak punya hati nurani?!" Napas gadis itu semakin tersendat memikirkan bahwa kakaknya sekarang berada di situasi antara hidup dan mati. Memangnya siapa dia berani melakukan itu pada Dokja?!

"Jangan khawatir, jika ucapannya benar aku yakin dia akan kembali hidup-hidup."

Yang mengejutkan mereka semua, laki-laki misterius itu membalas ucapan kasar Kaya dengan enang tanpa merasa tersinggung sedikit pun. Padahal kalau mereka melihat betapa agresifnya pria itu dengan Dokja tadi, mereka mungkin akan mengira jika pria itu memiliki kepribadian ganda.

"Tetap saja! Memangnya apa jaminannya kalau dia masih hidup?"

"Kau bilang dia kakakmu 'kan? Kalau begitu percaya saja padanya."

Mata gadis itu terbelalak saat mendengar ucapannya, tubuhnya terhuyung ke belakang dan genggamannya pada bahu pria itu terlepas. "Hah... baik. jika sampai dia mati, aku nggak akan ragu untuk memenggal kepalamu."

"...Baiklah."

Kaya mendongak dan menatap pria itu dengan mata yang kini berubah warna. Bukannya biru seperti laut, kini sebelah matanya berubah menjadi kuning keemasan. Tidak ingin berurusan dengan laki-laki itu lebih lama, Kaya berbalik dan menghampiri Hyunsung dan Sangah. Dahinya berkerut saat dia merasakan dadanya masih terasa sakit dan panas, napasnya pun terdengar berat seiring dengan langkahnya.

Beruntungnya Hyunsung dan Sangah sepertinya menyadari kondisi gadis itu. "Kaya-ssi? Kau baik-baik saja?"

"Aku- aku baik-baik saja." Tapi tubuhnya sama sekali tidak menujukkan bahwa kondisinya baik-baik saja saat ini. Hyunsung dan Sangah bertatapan dan mencapai kesepakatan untuk membantu gadis yang nampak semakin kesakitan itu.

Hyunsung langsung mendekati gadis itu dan berjongkok di depannya, "Silahkan naik, Kaya-ssi. Dengan begini kita akan lebih cepat ke lokasi selanjutnya."

"Hyunsung-ssi... nggak perlu seperti itu, aku masih bisa berjalan." Berjalan apanya, bahkan dirinya saat ini sudah kesusahan untuk mempertahankan kesadarannya. Rasanya Kaya ingin sekali langsung merebahkan diri di jalanan dan tidur. 

Tapi laki-laki yang lebih tua menggeleng dan masih kukuh berjongkok menunggu Kaya untuk naik ke punggungnya. Merasa ini akan membuang waktu, Kaya tidak punya pilihan selain mengalah. Dirinya menghela nafas dan akhirnya pasrah naik ke punggung Hyunsung.

Tangannya dengan canggung memegang bahu lebar tentara itu dan menyenderkan kepalanya di sana, "Terimakasih, Hyunsung-ssi."

"Tidak perlu berterimakasih, anggap saja ini imbalan dariku karena Kaya-ssi sudah memberikan serangga padaku tadi."

Hah... keras kepala sekali. Kaya hanya bisa menganggukkan kepalanya dan memejamkan matanya. Entah kenapa sekarang kepalanya juga terasa berdenyut. Sialan, Kaya benar-benar benci rasa sakit.

Gadis itu akhirnya memejamkan mata dan kehilangan kesadarannya saat itu juga. Dan di sana, protagonis (kesayangannya) masih menatap dirinya dengan mata hitam pekatnya itu.

"Ayo pergi."

Tanpa menunggu jawaban, protagonis itu melangkahkan kakinya menuju tujuan mereka selanjutnya. Stasiun Geumho.



Beberapa hari kemudian Hyunsung, Sangah, Gilyoung dan Kaya masih menetap di stasiun Geumho. Untuk Myungoh, pria itu lebih memilih untuk bergabung dengan kelompok yang berkuasa di stasiun Geumho.

Yoo Joonghyuk, nama pria dengan setelan itu- dia sendiri sudah meninggalkan stasiun kemarin.

Tapi masih ada situasi yang membuat mereka pusing. Sampai saat ini Kaya bahkan belum sadarkan diri dari saat mereka menginjakkan kakinya di sini. Saat mereka sampai di stasiun Geumho, Kaya bilang kondisinya sudah lebih baik. Tapi nyatanya keesokan harinya gadis itu pingsan dengan kondisi menyedihkan. Tubuhnya terbakar dan napasnya terengah-engah, belum lagi muncul garis merah yang terlihat seperti retakan di leher dan tangannya.

Hal ini benar-benar membuat Hyunsung dan Sangah kebingungan, bahkan Joonghyuk yang terlihat cuek itu sesekali mengecek kondisi gadis itu dan membantu keduanya merawatnya. 

Tentu saja itu pasti merupakan hal aneh, kenapa orang seperti Joonghyuk mau repot-repot merawatnya? Joonghyuk sendiri tidak bisa menemukan jawabannya. Tapi yang pasti saat melihat gadis itu di jembatan, dia merasakan perasaan akrab yang aneh.

Belum lagi, kedua mata yang kini berbeda warna.

Untuk Gilyoung sendiri, anak itu selalu berada di sisi Kaya untuk menjaganya. Hal itu membuat Sangah dan Hyunsung merasa gemas sendiri melihat anak laki-laki itu. 

Dan setelah kepergian Joonghyuk kemarin, sekarang hanya tersisa mereka bertiga untuk menjaga Kaya sambil menunggu Dokja. Menurut perkataan Joonghyuk, seharusnya Dokja akan sampai di stasiun Geumho hari ini. Jadi dengan antisipasi yang menyala, mereka dengan setia menunggu laki-laki itu dengan sabar.




Beberapa jam kemudian, terdengar keributan di pintu masuk nomor 4. Orang-orang berteriak mencari pertolongan untuk mereka yang terluka.

Dan di antara kerumunan itu, Sangah melihat Dokja yang mereka tunggu dengan ekspresi haru dan tidak percaya. "...Dokja-ssi?"

"Astaga... Dokja-ssi! Itu Kim Dokja-ssi!"

Mendengar teriakan wanita itu, Gilyoung dan Hyunsung langsung berlari menghampiri Dokja. Gilyoung segera memeluk pinggang Dokja dan menenggelamkan kepalanya di perut laki-laki yang lebih tua.

"Kau baik-baik saja?" Dokja memeluk kepala anak laki-laki itu dan mengelusnya. Gilyoung mengangguk dan mengeratkan pelukannya.

"Dokja-ssi! Kau selamat rupanya! Untunglah, aku benar-benar lega..."

"Dokja-ssi! Aku benar-benar minta maaf waktu itu. Karena sudah meninggalkanmu..."

"Tidak apa-apa. Saat itu 'kan situasinya terpaksa."

Hyunsung menghela napas lega, "Aku lega karena ucapan Yoo Joonghyuk-ssi benar." Sebagian dia juga lega karena Joonghyuk tidak perlu kehilangan kepalanya karena seorang gadis yang masih tidak sadarkan diri itu.

"Yoo Joonghyuk?" Kepalanya mendongak mendengar nama yang familiar itu.

"Dia bilang kalau kau mungkin masih hidup..."

"Ada di mana Yoo Joonghyuk?"

"Em, sekarang dia nggak ada di sini. Dia sudah meninggalkan stasiun kemarin."

Ah, pantas saja oranag-orang kelompok Cheoldu masih hidup sekarang. Kelompok itu yang harusnya sudah mati di tangan Yoo Joonghyuk kini masih hidup karena protagonis itu buru-buru meninggalkan stasiun Geumho.

Ngomong-ngomong, Dokja baru sadar kalau dia bekum melihat sosok gadis bersurai putih. Tidak mungkin gadis itu tidak menghampirinya saat dia sampai. Matanya menelusuri stasiun sebelum menatap Hyunsung dan Sangah.

"Oh iya, dimana Kaya-chan?"

"Ah..." ekspresi di wajah Hyunsung dan Sangah langsung berubah, mereka saling melirik dan menghela napas. 



"Dia pingsan sejak dua hari lalu?" Dokja menatap adiknya yang masih belum siuman. Tangannya menyisir rambut putih adiknya dan memperhatikan garis-garis merah di leher dan wajah bagian bawahnya.

"Iya... awalnya kondisinya nggak begitu bagus. Kaya-ssi sempat mengalami demam parah dan garis di lehernya mencapai pipinya. Kami nggak bisa membantu banyak karena kurangnya sumber daya di sini."

Sangah menjelaskan kondisinya dengan tenang meski masih ada rasa khawatir yang tersirat. Wanita itu juga menjelaskan dari awal mereka bertemu Joonghyuk hingga kondisi Kaya.

Dan dari cerita Sangah, banyak yang membuat Dokja terkejut hingga tidak percaya.

Pertama, Kaya hampir menyerang Joonghyuk saat mengetahui pria itu melemparnya ke mulut Ichthyosaurus. Kedua, Joonghyuk sama sekali tidak marah dan tidak balas menyerang gadis itu. Ketiga, Joonghyuk ikut membantu Sangah dan Hyunsung untuk merawat Kaya. Dan yang terakhir, protagonis sialan itu meminjamkan mantel hitamnya untuk mennyelimuti tubuh adiknya.

Sialan! Jadi protagonis itu diam-diam mendekati adiknya? Harga diri Dokja sebagai seorang kakak merasa terluka saat mengetahui adik kecilnya yang manis di dekati oleh protagonis emo dan depresi itu.

Dokja juga mengetahui kalau Myungoh sudah bergabung dengan kelompok Cheoldu.


"Ngomong-ngomong ada satu orang lagi yang nggak ada ya."

Seolah tersadar, Sangah kemudian menjelaskannya. "Ah, pak kepala divisi itu.."

"SEMUA MINGGIR!"

Orang-orang yang tadi masih berkerumun di sisi mereka kini minggir. Dan tau-tau mereka sudah di kelilingi oleh orang dari kelompok Cheoldu yang memegang senjata di tangan mereka.

"KA- KAU...! Kenapa bisa...!" Di depan mereka, ada Myungoh yang mengacungkan telunjuknya ke arah Dokja sambil gemetar.

"KELUARKAN DIA!! DIA ORANG YANG SANGAT JAHAT! DIA NGGAK BOLEH ADA DI SINI!!"

'Han Myungoh-ssi... kau beruntung saat ini Kaya-ssi sedang tidak sadar!'   Begitula kira-kira pikiran Sangah, Hyunsung dan Gilyoung saat ini. Mereka benar-benar tidak bisa membayangkan jika Kaya mendengar ucapan itu dari mulut Myungoh.

"Haha, Han-hyung. Kita harus akur dengan semua orang yang selamat 'kan. Kenapa kau begitu?"

Seseorang muncul di samping Myungoh saat orang-orang membelah ke samping memberi jalan. Pria tinggi mengenakan atasan hitam menatap Dokja denga mata terpejam.

"Senang bertemu denganmu. Kau baru datang hari ini ya. Boleh aku tau namamu?"

"Namaku Cheon Inho." 

Ah, tipe penipu. Dokja di dalam hatinya memberikan jempol untuk dirinya sendiri karena ingat ajaran adiknya yang agak aneh itu. 

Tapi entah kenapa sepertinya Dokja pernah mendengar nama pria itu.

Pria bermarga Kim itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Imho. "Namaku Kim Dokja."

Dokja bisa tau jika pria Inho ini punya sponsor. Mungkin dia pemimpin tempat ini. Kelompok Cheoldu juga sepertinya di bawah orang ini, pria ini pasti tidak mungkin membiarkan Dokja yang sudah menghabisi setengah dari kelompoknya.

"Aku sudah mendengar dari orang-orang yang datang bersamamu. Katanya kau bertarung dengan monter dan menyelamatkan anggota grup kami."

'Apa...?'

"Semuanya, tolong berkumpul!" Anggota grup kami yang pemberani ini menemukan makanan untuk kita!"

Setelah mendengar kata-kata Inho, orang-orang mulai berkumpul dan menatap kantung plastik di tangannya dengan tatapan lapar.

Inho menatap Dokja sebelum tersenyum lebar, "Selamat datang di stasiun Geumho, Kim Dokja-ssi."



Begitulah kira-kira Dokja mendapat sambutan dari Inho. Kalau diingat lagi rasanya semakin kesal membayangkan wajah penipu itu.

Saat ini Dokja sudah mendengar penjelasan Hyunsung mengenai kondisi yang ada di stasiun Geumho. 

Total orang yang ada di stasiun Geumho ada 87 orang termasuk Dokja dan terbagi atas 'grup utama' dan 'grup terasingkan.' Tentu saja, bahkan jika ada 100 pembunuh berkumpul, mereka akan trbagi menjadi orang kuat dan orang lemah.

"Pembagian makanan ditentukan oleh grup utama, tapi yang bisa dimakan sekarang sudah hampir habis. Jadi mereka menetapkan orang untuk dikirim mencari makanan ke atas daratan."

"Heewon-ssi yang bersama kami juga termasuk yang dikirim."

"Heewon-ssi...?"

Sangah buru-buru memberi tau identitas wanita yang Dokja selamatkan itu. "Nama wanita yang kau selamatkan ini."

"Sebenarnya ada beberapa orang lagi yang keluar selain Heewon-ssi, tapi hanya anggota grup terasigkan yang nggak kembali."

Dokja menatap wanita itu dan mengangguk paham. Dia sudah menyadari keadaan grup terasingkan di atas sana, mereka sudah pasti mati karena menjadi tumbal bagi orang-orang grup utama.

Pria itu kemudian menatap Hyunsung, "...Kau nggak ikut ke pihak sana ya, Lee Hyunsung-ssi. Padahal kau juga pasti diajak."

"Ah, soal itu..." pria bertubuh besar itu menunduk menatap lantai. 

"Aku menolaknya, aku hanya merasa sepertinya harus begitu. Aku nggak begitu tau soal moral atau etika yang muluk-muluk... tapi aku merasa kalau pihak itu 'tidak benar'. Mungkin aku munafik karena baru memikirkan 'Benar dan salah' sekarang..."

Dokja hanya bisa menggeleng melihat Hyunsung yang terpuruk seperti itu, kepalan tangannya menepuk dada Hyunsung untuk menyadarkan kembali sang tentara.

"Munafik itu juga baik. Jangan lupakan perasaan itu."


"Menjadi munafik itu nggak apa lho? Selagi kita nggak melewati batas," gadis kecil bersurai putih itu menatap Dokja yang masih menangis sambil tersenyum. "Jangan lupain ini ya."



Di sebuah ruangan seperti kastil, ada se-sosok yang duduk di kursi berlengan dengan wajah yang ditutupi kerudung hitam. Sepasang mata di balik kerudung itu menatap layar biru yang menampilkan gadis bersurai putih yang tidak sadarkan diri.

Tangannya menggoyangkan gelas berisi anggur perlahan sebelum menyesapnya.

"Setelah ratusan putaran, kau akhirnya muncul."

Matanya menatap ke luar jendela dengan pandangan menerawang, kepalanya kini memutar memori dengan gadis itu.


"...Kalau begitu, siapa nama aslimu?"

"Hm.. kenapa kau penasaran sekali sih? Aku nggak mau jawab! Nanti kau juga melupakannya."

Pria dengan bekas luka di wajahnya itu hanya menghela napas melihat kejenakaan gadis itu, "Tidak akan, bahkan hingga ratusan putaran aku akan terus mengingat namamu."

Gadis itu tertegun sejenak mendengar janji yang terdengar serius itu. Kemudian senyum lebar muncul di wajah cantiknya, "■■■■■ ■■■■■■■, itu namaku."

"Janji ya, jangan lupakan namaku!"

"Tentu saja, gadis bodoh," senyuman juga terbentuk di wajah pria itu. Dadanya menghangat saat akhirnya mengetahui nama asli gadis di depannya.


"Selamat datang kembali, ■■■■■"

(A/N : update lagi sebelum masuk sekolah.)

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

1M 86.1K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
487K 48.9K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
54.9K 8.5K 52
Rahasia dibalik semuanya
60.9K 12.3K 14
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...