Enchanted. (ORV x reader) [RE...

By glxxmychoi

38.7K 5K 179

: : ❏❜ - - - - - - - - - Bereinkarnasi berulang kali dan akhirnya ia mendapatkan hidup damai sesuai keinginan... More

DISCLAIMER.
❛ CHARACTER.
❛O1. Merepotkan⨳
❛ 2. Anak laki-laki minimarket ⨳
❛ O3. Namanya Kim Dokja ⨳
❛ O4. Sejak kapan aku adikmu?! ⨳
❛ O5. Menjadi pemalas itu hal terbaik ⨳
❛ O6. Mereka penyelamatku ⨳
❛ O7. Kunci awal dan akhir ⨳
❛ O8. Mulainya layanan berbayar ⨳
❛ O9. Realita yang berubah ⨳
❛ 11. Gatekeeper ⨳
❛ 12. Cheat bertahan hidup ⨳
❛ 13. Berakhirnya skenario pertama ⨳
❛ 14. Cheat? Aku sendiri adalah cheatnya ⨳
❛ 15. Deus Ex Machina ⨳
❛ 16. Kemunafikan ⨳
❛ 17. Fragmen Masa Lalu ⨳

❛ 1O. Roda takdir ⨳

1.5K 243 8
By glxxmychoi

[Skenario Utama telah tiba!]

+++

[Skenario Utama #1 – Buktikan Kualitas Dirimu]

Kategori: Utama.

Tingkat Kesulitan: F

Syarat Ketuntasan: Bunuh satu nyawa atau lebih.

Batas Waktu: 30 menit.

Kompensasi: 300 koin

Sanksi: Mati

+++

[Kalau begitu, semoga beruntung, semuanya.]

Dokkaebi itu menyeringai lebar dengan matanya bersinar dengan kilat berbahaya. [Mohon perlihatkan cerita yang menarik.]

Setelah itu dokkaebi menghilang dari hadapan mereka meninggalkan orang-orang dalam teror.

Reaksi setiap orang berbeda-beda setelah dokkaebi itu menghilang. Beberapa ada yang mencoba keluar dari kereta, sedangkan yang lainnya mencoba menelepon polisi. Dan Sangah termasuk ke dalam golongan ke-dua.

Sambil menggigiti kuku ibu jarinya, Sangah mencoba menghubungi polisi dengan tangan bergetar.

"Polisi... Polisi tidak mengangkat teleponnya! Bagaimana ini? Bagaimana..."

Dengan keringat yang menetes di pipinya, Dokja menghela nafas dan mencoba menenangkan wanita yang gugup itu. "Yoo Sangah-ssi, tolong tenang."

Otaknya mencoba mencari alasan yang logis demi menenangkan Sangah. Saat Dokja melirik adiknya yang sudah tenang, ia tiba-tiba mendapat ide cemerlang.

"Apa Yoo Sangah-ssi pernah mencoba game buatan tim developer kita? Yang temanya dunia yang hancur dan hanya beberapa orang yang selamat."

"Eh? Memangnya kenapa..."

Cengkraman Dokja pada pundak Sangah mengerat, ia menghela nafas sebelum melirik adiknya sebentar. "Pikirkan seperti ini. Saat ini kau masuk ke dalam game itu."

Sangah terdiam, netra cokelatnya melirik ke layar biru di depannya. "Game..."

"Hm... memang benar ini mirip dengan beberapa game yang pernah ku mainkan."

Dokja dan Sangah menatap Kaya yang sedang menatap layar dengan lamat. Gadis itu memegang dagunya dengan ibu jari dan jari telunjuknya. Setelah menatap lamat, ia menjentikan jarinya dan menatap keduanya.

"Nah, jangan terlalu khawatir. Benar kata nii-san, anggap saja kita ada di dalam game. Yang perlu kita lakukan saat ini hanya mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan."

"Peraturan? Tapi kita tak dibertahu sama sekali..."

Gadis bersurai putih itu mengulurkan tangannya dan menggandeng tangan Sangah, bibirnya melengkung membentuk senyuman lebar di wajahnya. "Tenang saja~ sekarang kita hanya harus mengikuti alur permainan yang ada saat ini."

Kaya membalikan tubuhnya dan menatap ke arah depan, tangannya menggenggam tangan wanita yang lebih tua dengan erat. Netra biru dengan pupil berbentuk bintang itu menyipit dan bersinar, warna biru sekilas berubah menjadi keemasan dengan binar bahaya. Sayangnya warna netranya segera kembali normal saat ia mengerjapkan matanya.

Tangannya yang bebas memijat pelipisnya sambil menghela nafas. Sejujurnya Kaya bingung ingin tertawa atau menangis menghadapi situasi ini. Ia sama sekali tak ragu jika novel yang ia dan kakaknya baca dari sepuluh tahun lalu skarang menjadi kenyataan. 

Padahal ia pikir di kehidupannya kali ini akan berbeda, namun ternyata sama saja. Hancur sudah kehidupan pemalasnya yang nyaman...

'Hah... kehidupan pemalasku...'

Kepalanya menunduk menatap telapak tangannya, dalam pandangannya Kaya bisa melihat noda darah mengotori telapak tangannya. Noda darah yang berasal dari kehidupan-kehidupannya sebelumnya. Karena tangan ini, banyak orang yang meregang nyawa.

Saat ia mengepalkan tangannya, ia juga tanpa sadar mengeratkan genggamannya pada Sangah da membuat Sangah meringis.

Kaya mengerjapkan matanya linglung dan menatap kearah Sangah, netranya melirik genggaman tangan mereka dan segera melepaskannya. "Ah, maafkan aku Yoo Sangah-ssi. Aku sama sekali tak bermaksud untuk menyakiti mu."

"Ah, tidak apa-apa. Terimakasih karena sudah berusaha menenangkanku sejak tadi." Sangah mengulas senyumnya dan sedikit meringis saat ia menyadari bahwa sosok gadis yang lebih muda darinya malah lebih tenang darinya.

Setelah itu, dari tengah-tengah kerumunan terdengar suara seorang pria dengan volume besar mencoba menarik perhatian orang-orang.

"Semuanya, perhatian!"

"Semuanya, harap tenang. Tarik nafas perlahan-lahan."

Sosok itu meruoakan pria berbadan kekar mengenakan kaus putih dan kemeja hitam sebagai outer. Surainya hitam dengan gaya potong cepak dan garis wajah yang tajam menambah kualitas visualnya.

"Apa kalian sudah tenang? Saya mohon perhatian kalian semua sebentar."

Orang-orang yang sedang menangis maupun yang sedang sibuk menelepon, semuanya berhenti dan menatap pria ini. Setelah semua mata tertuju padanya, pria besar itu melanjutkan ucapannya, "Anda semua pasti sudah paham, kalau saat ada bencana besar yang setingkat nasional, kepanikan yang menimbulkan kekacauan sekecil apapun bisa menyebabkan bertambahnya korban jiwa dalam jumlah besar. Oleh karena itu, sekarang saya akan mengendalikan situasi ini."

"Apa? Memangnya kau siapa?!"

"Hah? Situasi bencana negara? Omong kosong apa itu!"

Mendengar protes dari dua penumpang tadi, orang lain yang ada di dalam gerbong langsung ikut memberikan respon serupa saat mengetahui ada orang yang berusaha mengendalikan mereka. Yah, Kaya tak akan menyalahkan mereka sih. Karena bagi orang biasa situasi saat ini benar-benar menegangkan dan mencekik.

Karena siapa yang harus mereka percaya kalau nyawa mereka hanya bergantung pada seutas benang tipis yang bisa putus kapan saja.

Tak terganggu dengan protesan yang dilontarkan, pria itu mengeluarkan dompet miliknya dan menunjukkan kartu nama yang ada di dalamnya. 

"Saya letnan angkatan darat yang saat ini bertugas di Unit 6502."

"Letnan?"

"Tentara katanya."

Sebagian orang merasa lega dengan adanya seorang tentara di sini. Tapi bagi orang waras manapun dengan adanya seorang tentara bahkan tak akan mengubah situasi sama sekali.

"Baru saja, saya mendapatkan pesan dari unit saya."

Orang-orang mulai berdesakan mendekati pria itu saat dia mengangkat smartphone-nya. Kaya dan Dokja yang kebetulan berdiri di dekatnya juga bisa membaca bukti pesan yang terpampang di layarnya dengan jelas.

- [Situasi bencana nasional tingkat 1 telah terjadi. Seluruh pasukan harap segera berkumpul.]

"Hah? Be- bencana negara?!"

"Hei tuan tentara! Sebenarnya situasi apa ini?"

"Saya juga terus berusaha menghubungi kamp, tapi..."

Tanpa mendengar penjelasan pria tentara tadi, pria paruh baya itu tetap berteriak di depannya. "Bagaimana dengan istana kepresidenan?! Apa yang sedang mereka lakukan! Cepat hubungi presiden!"

"Maaf tapi saya hanya tentara biasa, jadi saya tidak bisa menghubungi presiden."

Kaya yang sedari tadi mengamati situasi hanya bisa meneteskan keringat dan mengasihani pria tentara itu. 'Astaga... pria malang...'

Gadis bersurai putih itu sama sekali tak kaget saat tau jika insiden ini dianggap sebagai bencana negara. Tapi gadis itu masih merasa janggal saat melihat kartu nama pria tadi. Entah kenapa... rasanya familiar.

[Letnan Angkatan Darat, Lee Hyunsung]

Kaya mencoba memperhatikan ciri-ciri Hyunsung sekali lagi. Kulit agak tan karena hasil pelatihan di bawah matahari, rambut hitam cepak, tubuhnya yang kekar... Lee Hyunsung...

'Apa... Mustahil 'kan...'

Matanya terbelalak kaget saat kesadaran menimpanya. Si pedang baja, Lee Hyunsung.

Meskipun Kaya tak punya ingatan tajam seperti Dokja, Kaya masih ingat jelas deskripsi sosok Lee Hyunsung di dalam novel. Dan Kaya sangat yakin jika deskripsi visual dan gaya bicaranya sama persis seperti di dalam novel.

Netra birunya melirik sang kakak yang mengerutkan dahinya sambil menggaruk tengkuknya. Dan gerak-gerik sang kakak mengonfirmasi tebakannya itu.

Karena, bagaimana Kaya bisa melupakan deskripsi salah satu karakter favoritnya?

Tapi ada yang aneh, seingat Kaya sosok Hyunsung baru muncul saat skenario pertama selesai. Tapi, kenapa sekarang berbeda? Atau mungkin ini merupakan kejadian yang tidak ditunjukan di novel? Mungkin karena kebetulan mereka berada di gerbong yang sama jadi ia melihat kejadian yang tidak ada di novelnya.

"Pernyataan dari perdana menteri keluar! Katanya memang benar kalau kita lagi menghadapi bencana tingkat satu!"

Tanpa membuang waktu mereka, semua orang segera membuka ponsel mereka. 

Kaya mengeluarkan ponselnya dan membuka web yang menampilkan konferensi pers secara live dari perdana menteri.

"Pemberitahuan kepada seluruh warga yang kami hormati. Saat ini di Seoul dan beberapa wilayah tertentu para teroris misterius sedang beraksi. Saat ini pemerintah akan mengerahkan segala metode dan cara untuk menghadapi para pelaku teroris."

Persis seperti di novel, pemerintah menganggap ini sebagai serangan dari teroris asing. Sejujurnya ini merupakan hal yang masuk akal agar situasi ini bisa mereda. Tapi sebagai orang yang sudah membacanovelnya, bagi kedua adik kakak itu pernyataan tersebut sangat konyol.

"Tapi dimana presiden? Kenapa hanya menteri yang memberikan pernyataan?"

"Katanya presiden juga sudah kena."

"Apa? Yang benar saja?"

"Itu belum pasti, tapi di internet -"

"Sial! Itu mungkin hanya kabar angin!"

Sayang sekali, karena perkataannya memang benar. Dan pasti sebentar lagi -

Dor! Dor! Dor!

"KYAAAA!"

"Pe- perdana menterinya..."

Di layar nampak tubuh sang menteri yang kini terkulai tak bernyawa. Bercak darah terbentuk di belakangnya setelah terdengar suara tembakan tadi.

Tak berselang lama, layar mengalami glitch hebat dengan suara seperti radio rusak. 

Bzzt - 

Bzzt -

Bzzt -

Di saat kamera masih mengalami glitch, sosok berbulu putih tertangkap kamera sebelum wujudnya terlihat jelas. Dokkaebi dengan mata semerah darah dan taring yang menonjol berteriak di depan kamera.

[Semuanya, aku sudah bilang 'kan. Ini... bukan lelucon semacam teroris!]

[Apa kalian masih belum paham? Parah juga ya. Apa kalian masih merasa kalau ini cuma main-main?]

Semua orang menatap layar dengan terperangah tanpa ada yang berani mengeluarkan suara. Mereka semua kini bagai hewan dungu yang habis diancam olh pemiliknya karena mengganggu.

[Mungkin kalian merasa situasi ini seperti game? Haha, bagus. Kalau menurut penyelidikan data, orang-orang di negara ini ahli dalam bermain game. Kalau begitu...]

[Bagaimana kalau kita naikkan saja kesulitannya?]

Bip

Timer dalam tampilan hologram biru ditampilkan di tengah-tengah gerbong. Waktu yang awalnya menunjukan 30 menit kini segera berkurang dari menit ke menit.

Srrr

Srrr

[Sisa waktu berkurang.]

[Waktu yang tersisa saat ini 10 menit.]

[Kalau dalam 5 menit masih belum ada nyawa yang melayang, maka kalian semua yang ada di dalam gerbong akan mati.]

Kematian.

Saat mendengar satu kata itu entah kenapa darah Kaya seolah membeku. Di dalam kepalanya kini terputar memori-memori tentang kematian yang sudah ia lewati dan ia saksikan. 

Sejak kapan? Sejak kapan ia menjadi sangat takut dengan kematian?

Seingatnya dulu, ia bahkan sudah melupakan perasaan takut akan kematian. Tapi sepertinya hidup damai selama dua puluh empat tahun membuat perasaan manusiawi seperti perasaan ketakutan kembali padanya.

"A-Apa-apaan ini?! Jangan bercanda!"

"Hei, kalian semua mendengar pesan tadi kan? Kalian juga mendengarnya kan?"

"Tuan tentara! Bagaimana ini? Kenapa polisi masih belum juga datang?"

"Semuanya, harap tenang dan dengarkan saya―"

Karena ulah dokkaebi yang memotong waktu skenario pertama, kini kondisi di dalam gerbong benar-benar kacau. Bahkan Hyunsung pun kewalahan menenangkan keadaan sekarang.

Kaya menghela nafas lelah, matanya menyipit saat ia merasakan nyeri mendera kepalanya. Ia hanya bisa memijat dahinya untuk meredakan sakit kepalanya. Dahinya mengerut saat roda di otaknya mulai berputar. Entah kenapa rasanya ia seperti melupakan sesuatu... dan itu merupakan potongan penting yang harusnya ada sekarang.

Sayangnya pikirannya terputus saat terdengar suara nyaring dari teriakan dan suara bantingan dari gerbong di belakang mereka.

Kaya menoleh ke belakang dan melihat percikan darah yang mengotori jendela pintu pembatas gerbong.

"H-HIYY?!"

Brak

Brak

"D-di gerbong belakang terjadi pembunuhan!"

"KYAA!"

"Kita harus membuat mereka tidak bisa masuk ke sini!"

"Jangan biarkan siapapun keari!"

Di saat orang-orang sibuk berteriak untuk menghalangi 'sosok pembunuh' di gerbong belakang masuk, Kaya termenung di tempatnya menatap pintu yang menghubungkan dengan kabin sebelah. Matanya memancarkan perasaan akrab yang ia rasakan di dadanya.

Tangannya mencengkram dadanya dan mengerutkan dahinya saat merasakan perasaan ini sama sekali tidak pudar.

'Aneh sekali... kenapa rasanya aku, seperti akrab dengan sosok di sana. Padahal aku yakin ini merupakan pertama kalinya aku ber-transmigrasi di dunia ini...'

Sedikit yang Kaya tau, jika dari sini semua roda takdir yang sempat terhenti kembali berputar. Roda takdir yang akan mengungkapkan semuanya, dan semua itu ada di ujung jalan panjang di depan.

Continue Reading

You'll Also Like

144K 14.3K 26
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
158K 11.8K 86
AREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
90.8K 9.1K 37
FIKSI
207K 4.8K 19
Warn: boypussy frontal words 18+ "Mau kuajari caranya masturbasi?"