Be a Good Mother [Terbit]

By annisanhl_

5M 742K 73.4K

Riona Amara tak pernah menyangka jika ia akan meninggal karena dibunuh oleh keempat putranya sendiri dan mati... More

Prolog
1. Mama Boleh Ikut Makan?
2. Mama Jangan Pergi
3. Mama, Cepat Sembuh
4. Date With Me, Queen?
5. Pengakuan dan Kencan
6. Basket dan Morfeo
7. Mama, Jangan Berubah
8. Maafin Mama, Nak
9. Maaf, Sayang
10. Oh My Eyes!
11. Nanti Aku Cemburu
12. Hunting Jajan
13. Mama Bangga
14. Neraka Jalur VIP
15. Mama Sayang Kalian
16. Cerita Singkat
17. Bocah Prik
18. Feo Cuma Cemburu
19. Vian Sayang Kalian
20. Aku Ikhlas, Mas
21. Kok Bau Pandan
22. Keluarga
23. Ibunda Wylan
24. Papa Brengsek
25. Mama Bangun!
26. Sang Moirai
27. I'm Pregnant
28. Apa Kalian Tega?
29. Cepat Lahir, ya!
30. Jangan Main-main
31. Lo Jahat, Kak
33. Mama Terbaik di Dunia
34. Cap Cay Seafood
35. Janji, Satu Kali
36. Selamat, Morfeo
37. Undangan
38. Dendam Adalah Racun
39. Wanita Itu
40. I Love You
41. Digulai Atau Disate
42. Sumpah Wylan
43. Mimpi Buruk
44. Hanya Mimpi Buruk
45. Are You Happy?
46. Siap, Bu Bos!
47. Maureen
48. Seperti Mama
49. Selamat Datang
50. Papa Gak Kreatif!
51. Kalah Lucu
52. Mampus Gue!
53. Habis Ini Aku, Ya
54. Oppa-oppa Ganteng
Epilog
Spesial Part
Be a Good Version
Info Penting
• Vlog Azriel •
• Casvian Vlog •
OPEN PRE-ORDER

32. Papa Ceroboh!

65.3K 10.1K 1.3K
By annisanhl_

Riona berdiri di depan kaca besar yang hampir menampilkan seluruh tubuhnya. Wanita itu tampak memutar-mutar tubuhnya pelan untuk melihat bentuk perutnya yang sudah banyak berubah.

Waktu berjalan dengan sangat cepat, begitu pula dengan kehamilan Riona yang sudah memasuki bulan kelima. Segala kehebohan morning sick sudah ia lewati dengan penuh drama. Apalagi keempat anaknya yang selalu saja heboh jika ia tengah mual-mual atau lemas.

Saking sibuk melihat perut buncitnya, Riona sampai tak sadar jika Wylan sudah selesai bersiap-siap dan memeluk pinggang Riona dari belakang. Kepala Wylan disandarkan di pundak Riona, membuat wajah mereka berdua terpantul di kaca.

"Cantik," bisik Wylan dengan senyum lebar.

Riona mendengus. "Gombal. Pasti aku sekarang jelek, kan? Aku gendut banget sekarang, perut aku juga gede banget. Udah mirip kuda nil yang kerjanya makan sama tidur mulu," ucap Riona dengan wajah cemberut.

Ia akui jika kehamilan ini sangat berbeda dengan tiga kehamilan sebelumnya. Kali ini Riona menjadi pemalas dan lebih suka makan. Entah karena faktor bahwa ia sudah menerima kehamilannya yang ini atau karena hal lainnya.

Padahal saat tiga kehamilan dulu berat badan Riona tak bertambah terlalu banyak, apalagi ia lebih memilih menyibukkan diri dengan bekerja dan berolahraga. Makanya keempat anak mereka berakhir di inkubator karena kekurangan berat badan, apalagi saat Zadkiel dan Azriel lahir.

Nutrisi yang diberikan Riona tak cukup untuk dibagi oleh mereka bertiga. Membuat Riel dan Kiel hampir saja tidak bisa diselamatkan dulu.

"Gak, Sayang. Kamu masih menjadi wanita tercantik di rumah ini," jawab Wylan menggombal. "Eh gak deh, kamu masih jadi wanita tercantik di dunia ini."

Riona merotasikan matanya malas. "Udah ah. Yuk kita langsung pergi aja, daripada nanti terlambat terus harus ngantri lama lagi."

"Siap, Komandan!" Wylan mengangkat tangannya di dahi, memposisikan diri seperti orang yang tengah hormat.

Hal itu pun membuat Wylan dihadiahi cubitan di lengannya oleh Riona, membuat Wylan sontak memekik dan meringis halus.

"Aduh, kok dicubit sih?" keluh Wylan seraya mengusap bekas cubitan Riona yang terasa ngilu.

"Lagian, alay banget sih? Gak ingat umur apa?" omel Riona.

"Alay sama istri sendiri juga, gak apa-apa kali. Daripada alay sama istri tetangga? Pilih mana coba?" ancam Wylan yang langsung mendapat pelototan dari Riona.

Sebelum mendapat omelan lebih banyak dari istrinya, Wylan langsung kabur dan berlari kecil keluar dari kamar. Membuat Riona yang ditinggal hanya mendengus sebal dan ikut menyusul Wylan dengan langkah hati-hati.

Tangan kanannya ia gunakan untuk menyangga pinggang belakang yang sedikit pegal, dan tangan kiri ia gunakan untuk mengelus perutnya.

Saat menuruni tangga, Riona berusaha untuk berhati-hati sembari memegang bagian besi pegangan tangga. Namun, ketika Riona hendak menuruni anak tangga kelima, kakinya menginjak anak tangga yang salah membuat tubuh Riona oleng seketika.

"MAMA!"

Untung saja Morfeo yang juga ingin turun sigap menahan tubuh Riona, membuat wanita itu kembali mendapat keseimbangannya. Jantung mereka berdua sudah berpacu sangat kencang karena kejadian barusan.

Sedikit saja Morfeo terlambat bisa-bisa kejadian fatal akan terjadi.

Sementara Wylan yang baru saja kembali dari dapur langsung berlari menghampiri Riona dan Morfeo. Ia menuntun Riona yang masih syok untuk turun dengan hati-hati dan menggiring istrinya duduk di sofa.

"Mama kalau mau turun tangga jangan sendirian ah. Panggil Papa, Feo atau yang lain. Pokoknya Feo gak mau lagi liat Mama turun tangga sendiri kayak tadi, bahaya tau gak," omel Morfeo dengan mata berkaca-kaca.

Pandangan Morfeo kini beralih pada Wylan yang juga masih sama syoknya.

"Papa juga! Kenapa tinggalin Mama kayak tadi? Kalau tadi Feo gak ada gimana? Kalau tadi Feo gak bisa tangkap Mama gimana? Ceroboh banget sih Papa! Sendirinya mau tambah anak, tapi urus istrinya aja gak bisa!"

Morfeo kini terlihat sangat lucu. Wajahnya memerah menahan amarah, sementara kedua matanya berkaca-kaca karena takut. Namun, ia dengan berani mengomeli dan menasihati kedua orang tuanya.

Sesayang itu Morfeo pada Riona.

"Sutt, udah. Mama udah gak apa-apa, buktinya tadi Feo bisa jaga Mama, kan? Udah, jangan ngomel lagi," ucap Riona menenangkan.

Ia mengusap perutnya pelan seraya membawa Morfeo ke dalam pelukannya.

Bak anak kecil yang baru saja ditinggal ibunya, tangis Morfeo langsung pecah kala dipeluk oleh Riona. Ia menangis hingga sesegukan.

"Mama pokoknya jangan ceroboh lagi. Feo takut. Feo gak mau kehilangan Mama, Feo gak mau ditinggal sama Mama," gumam Morfeo di tengah-tengah isak tangisnya.

Morfeo tahu, setiap orang pasti akan meninggal. Namun, jika boleh memohon, ia ingin mati muda bersama kedua orang tuanya saja.

Rasanya hidup mereka tak akan lengkap tanpa ada salah satunya.

"Iya, Sayang. Maaf sudah buat Feo khawatir, ya. Makasih juga sudah tolong Mama tadi," ucap Riona dengan suara sehalus sutra.

Morfeo pun melepaskan pelukan mereka, ia mengusap air matanya yang masih berjatuhan. "Yaudah, kalau begitu Feo mau pergi kerja kelompok dulu. Mama sama Papa juga mau pergi kan?"

Riona mengangguk dengan senyum hangat. "Hati-hati, ya. Kamu bawa motor, kan? Jangan ngebut, mentang-mentang baru buat SIM."

"Iyaa, Ma." Morfeo berbalik menatap Wylan tajam. "Awas kalau Papa gak jaga Mama Feo dengan baik. Feo bakal mogok ngomong sama Papa kalau sampai Mama lecet dikit aja."

Wylan dibuat tercengang dengan ucapan Morfeo. Sebenarnya yang suami Riona di sini siapa, ya? Dia atau anak-anaknya? Jika ia disebut posesif, lantas anak-anaknya ini disebut apa? Super posesif?

"Iya astaga. Kamu ini, udah sana pergi. Syuh, syuh," usir Wylan layaknya mengusir anak ayam.

----

Wylan dan Riona kini memasuki ruangan periksa kala nama Riona dipanggil. Hari ini jadwalnya Riona untuk memeriksakan kandungan, dokter kandungan yang mereka datangi sendiri adalah dokter yang mengurus kehamilan Riona dari yang pertama hingga saat ini.

Sudah cukup berumur, tetapi profesional di bidangnya.

Dan tentu saja yang paling penting adalah ... dokternya seorang wanita.

"Silakan baring dulu, Bu," titah dokter bernama Neisya itu.

Riona hanya menuruti perintah dokter seraya berbaring di ranjang yang telah di sediakan. Di sebelah ranjang tampak ada meja kecil yang berisi alat USG di atasnya.

"Hari ini mau USG, ya?" tanya Dokter Neisya seraya menyiapkan peralatannya.

"Iya, Dok. Udah gak sabar lihat bayinya nih," sahut Riona dengan senyum lebar dan hati yang berharap-harap cemas.

Dokter Neisya sendiri yang melihat betapa antusiasnya Riona pada kehamilan ini turut merasa bahagia. Dulu, ia bisa mengingat jelas jika Riona ini adalah salah satu pasiennya yang ajaib.

Riona sama sekali enggan menjaga kehamilannya. Bahkan beberapa kali Riona datang karena efek dari percobaan menggugurkan kandungan yang ia lakukan. Namun, ajaibnya bayi yang dikandung Riona sangat kuat dan tak pernah gugur atau cacat.

"Maaf, saya izin angkat sedikit dulu, ya," ucap Dokter Neisya sebelum mengangkat atasan yang dikenakan Riona.

Ia kemudian mengoleskan gel ke atas perut buncitnya Riona, kemudian mengambil alat USG dan menempelkannya di perut Riona.

Gambaran janin langsung tercetak jelas di monitoring berwarna hitam-putih itu. "Kita dengar suara detak jantungnya, ya," ucap Dokter Neisya.

Suara detakan jantung yang cukup sehat langsung menghangatkan hati Riona dan Wylan, mereka berdua menangis haru mendengar detak jantung calon anak mereka.

"Detak jantungnya bagus, janinnya juga sehat. Bobot janin juga normal nih, sehat banget janinnya. Semua anggota tubuhnya udah mulai terbentuk sempurna," ucap Dokter Neisya menjelaskan rincian janin yang dilihatnya.

Senyum lega sontak tercetak di wajah pasangan suami istri itu kala mengetahui calon anak mereka baik-baik saja. Setelah selesai mencetak hasil USG, dokter Neisya pun membereskan peralatannya dan mengelap gel perut Riona.

Mereka bertiga kembali duduk di kursi yang disediakan di ruangan itu.

"Semuanya cukup bagus, ya. Saya bakal resepkan vitamin saja untuk saat ini, Ibu Riona sendiri ada keluhan atau apa gitu?" tanya Dokter Neisya seraya menuliskan resep.

Kepala Riona menggeleng pelan. "Saya gak punya keluhan sama sekali, bulan kelima ini saya benar-benar merasa nyaman."

"Memang kata ibu-ibu yang lain, bulan kelima itu bulan paling nyaman selama kehamilan," ucap Dokter Neisya dengan tawa jenakanya. "Oh iya, ada satu hal lagi ini."

Dokter Neisya mengubah ekspresinya menjadi lebih serius, menatap Wylan dan Riona bergantian.

"Mengingat kehamilan ini terjadi di usia Ibu Riona yang sudah gak muda lagi, saya mohon agar dijaga dengan baik, ya. Bapak juga harus jadi suami siaga, jangan biarkan Ibu kelelahan atau apa. Nutrisinya dijaga dan kalau ada keluhan sekecil mungkin langsung telepon saya," pesan Dokter Neisya. "Kehamilan di usia kepala tiga ini sudah terhitung rawan."

Riona dan Wylan mengangguk, sebelum diberitahukan pun mereka sudah memikirkan risiko kehamilan ini sebelumnya.

"Ditambah, Ibu Riona memiliki riwayat hipertensi pada kehamilan ketiganya. Mohon untuk menjaga kondisi mental dan pikiran Ibu Riona, jangan sampai stress dan membuat tekanan darahnya naik."

----

To be continued...

HAII BESTIEE! APA KABAR? MAU DOUBLE UPDATE GAK?

YUK TEMBUSIN 1K KOMENTAR BESTIE^^

SPAM NEXT DI SINI!

Mau tanya dong, apa sih yang bikin kalian suka sama cerita ini?

Continue Reading

You'll Also Like

243K 16.7K 39
Ya Tuhan bila saja ada kesempatan kedua ... aku pasti akan ... Pernahkan kalian berpikir semacam ini? Apa yang akan kalian lakukan bila diberikan kes...
2.6M 39.7K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
2.9M 304K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
1M 154K 50
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...