The Journey [Greyson Chance L...

Galing kay sekartiktik

73.1K 4.5K 737

Aku percaya bahwa aku bisa bertahan melalui waktu gelap. Ketika semuanya hilang dan aku harus memulainya dari... Higit pa

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
NEW JOURNEY!

Part 15

3.2K 144 31
Galing kay sekartiktik

Maafin gue yaa, iya gue tau lama banget update nya :'') sekali lagi maaf. Semoga kalian suka part ini xoxo

P.S : Di mohon untuk yang berusia 17thn ke bawah untuk menskip part-part terakhir karena mengandung unsur kekerasan /? tapi kalo bandel masih mau baca yaudah muwHAHAHA

****

"Greyson, aku tidak mengerti apa yang kau maksud?"

Tiba-tiba suara ledakan petasan memekakan telinga. Aku merunduk menutup telinga ku sambil menatap kearah sumber suara.

Belasan atau bahkan puluhan petasan asap mengepul di udara membentuk sebuah tulisan besar yang membuat ku membelalakan mata

WILL YOU MARRY ME?

Aku terdiam di tempat memandangi kepulan asap yang membentuk tulisan itu. Kedua mata ku bergantian menatap Greyson dan langit. Aku bingung harus mengatakan apa.

"Elsa?" panggil Greyson. Aku menjilat bibir lalu memandang ke sekitar, banyak orang menatap kearah kami dengan sunggingan senyum kecil.

"Ya, aku mau menikah dengan mu." Aku tersenyum semanis mungkin dan tanpa ku sangka kini Greyson yang bergantian terdiam di tempat dengan keadaan mulut menganga.

"Oh terima kasih Tuhan!!" Ia mengangkat tubuh ku tinggi-tinggi, berputar-putar tanpa arah. Suara tepukan tangan yang meriah melengkapi semuanya.

"Grey, turun kan aku," Aku berusaha menahan tawa ku karena ia seperti menggelitik perutku.

Greyson menurunkan ku lalu mencium kedua belah bibir ku dengan lembut.

"Jangan lupa untuk mengundangku keacara pernikahan kalian.." aku menoleh ke sumber suara. Elena dan Calvin tersenyum kearahku.

Aku tertawa kecil, mungkin kah semua ini rencana mereka?

"Jadi kalian sudah merencanakan semua ini?" tanya ku penasaran.

Calvin memiring kan bibirnya "Silahkan tanya pada calon suami mu, ia tiba-tiba datang kepadaku dan Elena dan meminta pertolongan kami untuk mempersiapkan lamaran mendadak ini."

Aku melirik kearah Greyson. Kedua pipinya memerah, membuat ku gemas ingin mencubitnya.

Semua benar-benar di luar dugaan ku. Aku tidak menyangka Greyson akan melamar ku secepat ini. Berkali-kali aku berseteru dengan pikiran ku karena seperti ada kejanggalan di balik lamarannya yang mengejutkan ini.

Saat ini aku sedang duduk berdua dengan Greyson di salah satu kedai kopi yang berada tak jauh dari frat ku. Aku berulang kali menanyakan tentang keseriusannya kemenikahi ku dan berualang kali pula ia menjawab dengan jawaban yang sama..

"Aku yakin. Ini keputusan ku dan percayalah aku tidak akan menyakitimu.."

Satu minggu berlalu sejak hari dimana Greyson melamar ku dan sekarang ia berniat mengajak ku kembali ke Washington untuk bertemu dengan keluarganya. Ia ingin membicarakan soal pernikahan ini pada mereka.

"Greyson, apa kau yakin dengan rencana ini? Kau tau Ibu mu tidak menyukaiku,"

"Elsa, dengarkan aku. Apapun keputusan keluarga ku, aku tetap akan menikahimu,"

"Apa tidak terlalu muda untuk menikah? Usia kita baru saja menginjak 20 tahun.."

Greyson menggeleng sambil tersenyum kearahku. Ia menggenggam erat jemari ku sedangkan tangan yang satunya menarik koper milik ku. Pikiran ku terus berputar-putar membayangkan apa tanggapan mereka tentang rencana pernikahan ini. Aku benar-benar takut respon negative lah yang akan ku terima nantinya.

Kami sudah berhenti di depan pintu frat milik Greyson. Berkali-kali ku gigit bibir bawah ku, berusaha menahan rasa gugup dan rasa cemas yang sedaritadi melanda.

Greyson mengetuk pintu, seseorang membukakan pintu. Alexa menatap ku dan Greyson dengan ekspresi terkejut.

"Kau kembali.." ia melebarkan kedua tangannya, hendak memeluk adik bungsunya itu. Greyson pun memeluk kakak kedua nya itu dengan erat.

"Maaf jika aku mengkhawatirkanmu," bisiknya..

Beberapa detik mereka saling berpelukan, kini pandangan Elsa jatuh kepadaku. Aku tersenyum seadanya dan tanpa di duga Alexa memeluk ku cukup erat "Aku merindukan mu, Elsa." Merasa sedikit terkejut, pun aku membalas pelukannya.

Alexa mempersilahkan ku masuk. Baru kali ini aku menginjakan kaki di frat milik Greyson. Ku daratkan bokongku tepat diatas sofa yang empuk ini. Mataku masih menjelajah ke seluruh ruangan ini.

"Beraninya kau datang kemari membawa gadis itu!"

"Ibu, dengarkan aku baik-baik. Aku kesini hanya ingin meminta restumu!"

Aku menoleh ke sumber suara. Perasaan gelisah mulai menghantuiku lagi, aku bisa mendengar Greyson dan Ibunya yang saling berteriak.

Aku berdiri dari duduk ketika melihat Mrs. Chance berjalan kearahku. Tatapannya yang sulit di artikan membuatku semakin gugup.

Aku pun memberanikan diri menatapnya yang kini sudah berdiri di hadapanku. Namun, tak di duga sebuah tamparan keras melayang di pipi ku.

"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah merestui hubungan kalian! Apalagi merestui pernikahan kalian. Kau gadis murahan, tidak akan pernah mendapatkan restu dari ku." Ucapnya dengan wajah memerah akibat menahan emosi. Kedua mata ku mulai berkaca-kaca. Tangan ku memegangi pipi kanan ku yang kini mulai terasa perih.

"KAU DENGAR AKU!!" Lagi Mrs. Chance kembali menyiksaku, ia menarik keras rambutku, membuatku meringis kesakitan.

"Ibu, lepaskan dia!" Alexa berusaha melerai. Mrs. Chance melepaskan cengkramannya dari rambutku.

Greyson segera menghampiri ku, wajahnya terlihat sangat murka.

"Di restui atau tidak aku tetap menikahinya." Greyson menatap kearah Ibunya yang terlihat sama murkanya.

"Kau sudah kelewatan Greyson!! Mulai detik ini aku tidak sudi menganggap mu sebagai putra kandung ku. Pergi dari hadapanku sekarang juga! Silahkan bawa wanita sialan itu."

Aku dan Alexa tercengang mendengar ucapan Mrs. Chance barusan. Ia telah menendang Greyson dari keluarga Chance.

"Baik. Ku turuti kemauanmu," dengan itu Greyson menarik ku pergi dari fratnya. Aku sempat beradu tatapan dengan Alexa dan sorot matanya seperti mengatakan permintaan maaf padaku.

Greyson dengan kasar menarik ku keluar berjalan tanpa tujuan. Emosinya belum juga reda, aku pun kesulitan menyamai langkahnya yang cepat karena sebelah tangan ku masih menahan perihnya luka tamparan tadi.

"Greyson, bisa pelankan sedikit langkahmu? Kaki ku sakit.."

Greyson menghentikan langkahnya, ia berbalik menatapku dan kini tatapannya sudah melembut.

"Maafkan aku." Ia memeluk ku secara tiba-tiba. Wajahku pun tenggelam di dada bidangnya. Ia melepaskan pelukan lalu menatapku, mengusap lembut bekas tamparan di pipi ku "Apa ini sakit?" aku mengangguk kecil.

"Tunggu disini." Greyson berlari menyeberangi jalan menuju mesin minuman. Ia merogoh sakunya mengeluarkan koin lalu berjongkok untuk mengambil minuman itu. Dengan terburu-buru ia berlari menyeberangi jalan. Poni rambutnya yang sudah memanjang bergoyang seiring pergerakan tubuhnya.

Nafasnya yang terengah-engah membuatku menelan ludah. Ia tersenyum kecil kearahku lalu perlahan menempelkan kaleng minuman dingin ini di pipi ku.

"Semoga bisa mengurangi rasa sakitnya." Aku tersenyum kecil sambil memegangi kaleng ini "Ayo kita cari hotel terdekat, besok kita akan kembali ke California"

***

Aku berguling ke sisi kasur, berusaha mencari tubuh Greyson yang semalam terlelap bersama ku. Ia tidak ada.

Buru-buru aku bangun dan samar-samar mendengar seseorang berbicara di luar.

"Greyson?" panggilku.

"Elsa, kemarilah.."

Aku menghampirinya dan ternyata disana sudah ada Alexa beserta Mr. Scott.

Mr. Scott menghampiri ku sambil tersenyum "Maafkan atas sikap istriku. Untuk menebus rasa bersalah ku, aku dan Alexa akan mempersiapkan acara pernikahan kalian."

Kedua bola mata ku membelalak lebar "Mr. Scott, anda tidak perlu melakukannya" sergahku.

"Tidak apa-apa, Nak. Aku tidak mengerti mengapa Lisa bisa sangat membencimu,"

Aku terdiam memandangi mereka. Setidaknya aku sudah mendapatkan restu dari Ayahnya.

Hari demi hari telah berganti. Acara pernikahan ku pun sudah tiba. Elena memberikan ku kado terindah yaitu sebuah gaun pengantin yang ia desain sendiri. Aku tak bisa menahan genangan air mata ku ketika melihat gaun cantik ini. Berkali-kali Elena mengusap air mataku. Aku tidak percaya hari ini akan menjadi hari terbahagia di dalam hidup ku.

Aku akan menikah dengan Greyson, memiliki rumah tangga yang baru dan memiliki anak yang lucu-lucu.

Jika seandainya Ayah dan Ibu ku masih hidup, kebahagiaan ku pasti akan lebih lengkap. Oh sial, ingatan itu seolah mengorek kembali luka yang sudah lama ku tutupi. Aku kembali di bayang-bayangi rasa bersalah ketika membunuh Ayahku. Berkali-kali ku gelengkan kepalaku untuk menghapus semua bayang-bayang kelam itu dari ingatanku.

"Elsa, sudah siap?" suara Calvin menyadarkanku. Calvin yang menggantikan posisi Ayahku untuk mengantarku menuju altar. Ku tatap pantulan bayang ku pada cermin besar ini. Aku tidak menyangka bisa mengenakan gaun rancangan Elena Duncan.

Ku genggam buket bunga ini dengan erat dan berjalan kearah Calvin. Ku peluk lengan Calvin dan kami pun siap menuju altar. Tamu yang datang di acara pernikahan ku ini hanya kerabat dekat saja. Greyson bilang tidak perlu mengundang banyak orang, lagipula kerabat yang ku kenal berada di Edmond. Tidak mungkin aku mengundang mereka kesini.

Aku berkali-kali meremas lengan Calvin karena perasaan gugup ini tidak bisa hilang. Pintu gereja pun terbuka. Mataku langsung menangkap sosok Greyson yang di balut dengan tuxedo hitam. Ia semakin tampan dengan tatanan rambut yang rapi. Senyuman manis itu pun mengembang dari sudut bibirnya. Aku menunduk seraya tersenyum.

"Tetaplah melangkah.." bisik Calvin. Aku mengerjapkan kedua mataku berusaha agar air mata tidak turun merusak maskara ku ini.

Alexa, Mr. Scott dan Elena berdiri disana dengan senyuman manis. Seandainya Mrs. Chance merestui pernikahan ini. Kebahagiaan ku dan Greyson akan menjadi lengkap.

Setibanya aku di hadapan Greyson, Calvin meraih jemariku lalu menatap Greyson. Greyson meraih jemariku, pun aku melangkah naik ke atas altar.

Pendeta memberi isyarat kepada hadirin untuk duduk.

"Kalian sudah siap?" tanya pendeta.

"Kami siap.." jawab ku bersamaan dengan Greyson.

"Tolong ulangi kalimat yang ku ucapkan.." Greyson mengangguk. "Aku, Greyson Chance.."

"Aku, Greyson Chance,"

"Membawa mu Elsa Peterson untuk ku miliki dan ku jaga.."

"Dalam keadaan baik dan buruk,"

"Miskin dan kaya,"

"Sakit dan sehat,"

"Untuk mencintai,"

"Untuk menghargai selama kita berdua hidup."

"Aku bersedia.."

Aku menatap kedalam manik matanya dan berkata "Aku bersedia,"

Saat pendeta berkata, Greyson boleh mencium ku. Ia langsung mendekap ku, mencium ku lebih dalam dan dalam lagi.

"Aku mencintaimu.." gumamnya di sela-sela ciuman kami.

Melepaskan ciuman, aku dan Greyson berbalik menatap orang-orang yang ikut menyaksikan pernikahan ku ini. Mr. Scott menghampiri Greyson. Ia memberikan kotak kecil berwarna hitam. Greyson menerimanya lalu membukanya di hadapanku.

Aku tersenyum penuh haru ketika melihat sepasang cincin didalamnya.

Greyson meraih satu cincin itu lalu menyematkannya di jari manisku, begitupula aku yang meraih cincin itu lalu menyematkannya di jari manisnya.

Suara tepuk tangan yang meriah menggema di dalam gereja ini. Aku dan Greyson turun dari altar.

Elena orang pertama yang memeluk ku. Ia menggoyang-goyang kan tubuh ku seiring dengan pelukannya.

"Aku bahagia akhirnya kau menikah dengan Greyson." Ia mengusap-usap punggung ku dengan lembut.

"Oh, Elena. Aku tidak tau dengan cara apa untuk berterima kasih padamu. Terima kasih atas segalanya yang telah kau lakukan untuk ku"

Elena menatap ku dengan. Sorot matanya yang lembut membuatku merasa seolah di tatap oleh Ibu ku "Jangan menangis. Aku tidak mau maskara pengantin cantik ini luntur" sergahnya.

Aku tertawa kecil sambil mengerjapkan mata.

"Selamat, Nak. Kau sudah menjadi seorang kepala keluarga." Mr. Scott memeluk anaknya seraya menepuk-nepuk pundak Greyson.

"Terima kasih,Yah. Jika saja Ibu tidak keras kepala. Suasana disini menjadi sempurna."

"Jangan kau khawatirkan Ibumu." Mr. Scott beralih kepadaku. Beliau memeluk ku lalu memberi ciuman kecil di kening ku "Jadilah istri yang baik untuk putraku," bisiknya.

"Terima kasih Mr. Scott.."

"well, Aku sudah menjadi Ayah mu mulai hari ini.."

Aku terkekeh kecil mendengar ucapannya.

"Greyson, jangan terlalu agresif ketika di atas ranjang.." bisik Tanner, kakak laki-laki Greyson.

"Oh ayolah aku sudah handal," Greyson menatapku lalu memberi cengiran cabul.

**********
Perayaan pesta kecil-kecilan untuk merayakan pernikahan ku telah usai. Aku dan Greyson kembali ke frat menggunakan mobil milik Calvin yang ia hias sedemikian rupa.

Ketika aku sampai di dalam frat ku, yang hanya bisa ku lakukan hanya terheran-heran. Suasana di dalam frat ku seketika berubah menjadi serba merah dominan hitam. Banyak kelopak bunga mawar bertaburan di mana-mana.

Ku buka pintu kamar tidur ku, di dalam sudah ada beberapa lilin yang menyala serta taburan kelopak bunga di atas tempat tidur.

"Oh sempurna sekali" Batin ku. Aku tidak pernah menyangka Elena mau mempersiapkan semua ini.

NP. Sia - Salted Wound

Aku tidak tau dimana Greyson berada sekarang. Ia menghilang ketika aku sedang mandi. Ku lilitkan handuk ini pada tubuh ku lalu berjalan kearah lemari pakaian.

"Astaga, Elena!" Aku menjerit kecil ketika mendapati isi lemari pakaian ku yaitu gaun tidur super seksi. Kemana pakaian tidur yang bisa ku kenakan? Terpaksa aku memilih salah satu gaun tidur panas ini. Pilihan ku terjatuh pada warna hitam.

Setelah memakai gaun tidur ini aku meraih pengering rambut lalu mulai mengeringkan rambut ku.

Suara seseorang menutup pintu, aku mematikan pengerin rambut ku lalu beranjak dari kursi rias untuk mengecek siapa yang datang.

"Greyson?" Aku mencoba memanggilnya namun tidak ada sahutan.

"Grey...."

Seseorang memeluk ku dari belakang membuatku sedikit terlonjak kaget "Merindukan ku Mrs. Chance?" Greyson menciumi tengkuk leher ku membuat ku bergidik geli.

"Dari mana saja?" aku memutar tubuh kearahnya.

"Meladeni orang-orang yang memberi selamat.." Greyson tersenyum kecil lalu menatap ku dari atas sampai kebawah.

"Apa?" tanya ku heran.

"Kau sengaja menggoda ku, huh?" ia menggigit bibir bawahnya.

"Aku tidak bermaksud menggoda. Elena hanya meninggalkan ku pakaian ini jadi ku pakai yang ada.." aku mulai kehabisan kata-kata.

Greyson mendorong tubuh ku hingga menabrak dinding. Dengan lembut ia menciumi setiap inchi dari wajahku membuatku mengeluarkan suara erangan yang tertahan. Ia mendorong ku lagi membuatku melompat kedalam dekapannya.

Tidak mau kalah aku pun balas menciuminya dengan ganas. Ia melenguh nikmat dan tidak dapat ku pungkiri desahannya membuat ku bergidik hingga ke pangkal paha.

Greyson berjalan sambil menggendongku. Ia sama sekali tidak melepaskan ciumannya dari ku. Di bantingnya tubuh ku tepat di atas tempat tidur dan dengan itu ia menggerayangi tubuhku, meremas perlahan kedua payudaraku.

Ia menarik paksa gaun tidurku, dan hanya menyisakan bra serta celana dalam ku.

"Sialan, kau begitu menggairahkan.." Greyson mencium ku lagi dan kali ini lebih panas lebih liar. Pun aku tidak tinggal diam, ku dorong tubuhnya lalu ku buka paksa kemeja putih yang sedang ia kenakan.

Tanpa ku pinta Greyson sudah melepaskan seluruh pakaiannya. Membuat ku membelalakan kedua mataku melihat kejantannanya yang sudah menegang.

"Kau milik ku untuk malam ini dan seterusnya.." Ia menarik bra ku hingga lepas, meremasnya lalu mengulumnya membuat ku menjerit kecil.

"Grey-ah" ku tarik rambut coklatnya dengan kasar, tak kuasa menahan rasa nikmat yang ia berikan padaku.

"Grenis is ready, babe."

Aku mulai merasakan sesuatu mencoba masuk di area sensitive ku. Ku gigit bibir bawah ku sambil meremas seprai tempat tidur. Greyson dengan sabar berusaha memasukan kejantannya dan dengan sekali hentakan miliknya telah bersatu dengan milik ku.

Aku menjerit kecil menahan rasa perih.

Greyson menyadari reaksi ku, ia pun menciumi pipi ku lalu berbisik "Aku mencintaimu.."

Kecupan demi kecupan ia berikan padaku seraya pinggulnya mulai bergoyang. Rasa sakit pun telah tergantikan oleh kenikmatan duniawi.

"Damn, Elsa. You're so tight.." Greyson mulai meracau tidak karuan, begitupula dengan ku yang semakin gila dengan permainannya.

Tak tahan dengan permainannya, tanpa sadar aku telah mencakar-cakar punggung Greyson. Meninggalkan bekas luka bergaris-garis disana.

Akhirnya aku mulai merasakan puncaknya bersamaan dengan Greyson. Setelah mencapai klimaks, tubuh Greyson ambruk di atas ku. Nafas ku dan nafasnya yang terengah-engah seolah menjawab kesunyian malam ini. Perlahan Greyson berpindah ke sisi ku, ku tatap wajah lelahnya sambil menyeka bulir keringat itu.

"Elsa.."

Aku menoleh kearahnya "Ada apa?"

"Kau mau laki-laki atau perempuan?"

TBC..

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

6.2M 483K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
366K 4K 82
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
220K 33.2K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
8.4M 518K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...