Part 24

2K 114 15
                                    

WARNING!!!

Elsa benar-benar marah padaku. Ia mengurung diri didalam kamar dan tidak membiarkan aku masuk. Dengan setengah hati aku menggelar karpet tebal didekat perapian lalu menggelar selimut. Whiskey datang menghampiriku, ia duduk didekat kaki ku sambil memainkan telinganya. Mengapa semuanya jadi begini? Seharusnya aku yang marah padanya, bukan sebaliknya. Aku tidak mengerti mengapa Elsa menjadi cepat tersinggung dan cenderung lebih egois. Saat ini aku benar-benar merindukannya. Menghentakan nafas, aku akhirnya pergi kekamar mencoba membujuk Elsa agar membiarkan aku masuk.

"Elsa, maafkan aku," ujarku ketika tiba didepan pintu. Wanita memang selalu benar. Lihatlah sekarang ini, aku juga yang pada akhirnya meminta maaf. "Sayang, buka pintunya," aku mengetuk pelan namun tidak ada sahutan "Kau tega membiarkan ku diciumi nyamuk?" Masih tidak ada sahutan. Menyerah, akhirnya aku kembali kebawah, pasrah karena malam ini harus tidur diruang tamu bersama Whiskey.

Bangun dipagi buta karena udara yang dingin mulai menyeruak masuk kedalam. Ketika aku membuka mata, selimut tebal sudah menyelimuti tubuhku beserta Elsa yang terlelap disampingku. Bibirku menarik sebuah senyuman. Ku tatap lekat-lekat wajahnya, terlihat jelas ada bekas jejak air mata dipipinya. Ku miringkan posisiku lalu melayangkan sebelah tanganku untuk menyentuhnya. Kelopak matanya bergerak dan perlahan kedua mata indah itu terbuka. Elsa menatapku nanar, ia sedikit bergumam kecil membuatku harus mendekat agar bisa mendengar suaranya lebih jelas lagi.

"Selamat pagi," ujarku dengan suara serak sehabis bangun tidur. Elsa bergerak dari posisinya ia menatap kedalam manik mataku, "Maafkan aku yang telah menyuruhmu tidur diluar. Aku benar-benar diluar kendali semalam dan mungkin efek terlalu lelah," Senyumanku semakin melebar "Aku yang seharusnya minta maaf. Sekarang apapun yang ingin kau lakukan aku akan selalu mendukungmu." Elsa memasang wajah haru dan dengan cepat kepalanya menyelundup kesela-sela tengkuk ku. "Jangan menangis. Lebih baik kau buatkan aku sarapan karena aku rindu masakanmu," Ia melepas pelukannya lalu menarik tanganku untuk ikut bergabung didapur. Tidak banyak yang bisa ku bantu. Elsa hanya menyuruhku mencuci daging segar yang selanjutnya ia olah menjadi makanan lezat.

Ponselku berdering. Aku segera menuju bupet tempat dimana aku meletakan ponselku. Tertera nama James Hudson disana. Ia teman satu kantorku.

"Halo?"

"Greyson, maaf pagi-pagi sudah menelpon. Aku ingin memberitahukan sesuatu,"

"Ada apa, James?"

"Sedang ada PHK besar-besar dikantor kita dan.." James menghentikan kalimatnya. Membuatku semakin gelisah, "..dan aku terkena dampaknya. Aku di PHK."

"APA?! James, jangan bercanda di pagi buta seperti ini,"

"Aku tidak sedang bercanda, Greyson. Dan berita buruk lainnya kau juga terkena PHK. Sampai bertemu lagi di kantor untuk mengemasi barang kita, bung."

Telepon terputus dan rasanya jantungku ikut terputus. Deru nafas ini masih memburu setelah mendapatkan kabar buruk itu. Aku memijit keningku sambil menarik nafas dalam-dalam.

"Greyson, siapa yang menelpon?" Aku menoleh kearahnya dengan ekspresi yang dibuat-buat. "Oh, itu tadi James—teman kantorku. Ia memberitahuku bahwa akan ada rapat penting pagi ini," bualku. Aku tidak ingin Elsa mengetahui bahwa aku sudah tidak bekerja dikantor asuransi itu lagi.

"Oh begitu. Kemarilah, sarapan sudah siap."

Sarapan pagi ini berjalan dengan lancar meskipun aku harus bermuka dua dihadapan Elsa sampai akhirnya ia berangkat kerja. Begitu Elsa pergi, aku langsung mengecek buku tabunganku. Menghitung sisa uang yang kumiliki dan hatiku mencelos begitu menyadari uang ku tidak tersisa banyak. Belum lagi, hari ini aku harus menyetor pada bank.

The Journey [Greyson Chance Love Story]Onde histórias criam vida. Descubra agora