Be a Good Mother [Terbit]

By annisanhl_

5M 741K 73.4K

Riona Amara tak pernah menyangka jika ia akan meninggal karena dibunuh oleh keempat putranya sendiri dan mati... More

Prolog
1. Mama Boleh Ikut Makan?
2. Mama Jangan Pergi
3. Mama, Cepat Sembuh
4. Date With Me, Queen?
5. Pengakuan dan Kencan
6. Basket dan Morfeo
7. Mama, Jangan Berubah
8. Maafin Mama, Nak
9. Maaf, Sayang
10. Oh My Eyes!
11. Nanti Aku Cemburu
12. Hunting Jajan
13. Mama Bangga
14. Neraka Jalur VIP
16. Cerita Singkat
17. Bocah Prik
18. Feo Cuma Cemburu
19. Vian Sayang Kalian
20. Aku Ikhlas, Mas
21. Kok Bau Pandan
22. Keluarga
23. Ibunda Wylan
24. Papa Brengsek
25. Mama Bangun!
26. Sang Moirai
27. I'm Pregnant
28. Apa Kalian Tega?
29. Cepat Lahir, ya!
30. Jangan Main-main
31. Lo Jahat, Kak
32. Papa Ceroboh!
33. Mama Terbaik di Dunia
34. Cap Cay Seafood
35. Janji, Satu Kali
36. Selamat, Morfeo
37. Undangan
38. Dendam Adalah Racun
39. Wanita Itu
40. I Love You
41. Digulai Atau Disate
42. Sumpah Wylan
43. Mimpi Buruk
44. Hanya Mimpi Buruk
45. Are You Happy?
46. Siap, Bu Bos!
47. Maureen
48. Seperti Mama
49. Selamat Datang
50. Papa Gak Kreatif!
51. Kalah Lucu
52. Mampus Gue!
53. Habis Ini Aku, Ya
54. Oppa-oppa Ganteng
Epilog
Spesial Part
Be a Good Version
Info Penting
• Vlog Azriel •
• Casvian Vlog •
OPEN PRE-ORDER

15. Mama Sayang Kalian

103K 14.5K 862
By annisanhl_

Casvian berjalan dengan langkah tegas dan penuh amarah, ia menatap tajam siapa saja yang melewati dan menyapanya. Begitu sampai di depan ruangan Wylan, ia langsung membuka pintu itu dengan sedikit kasar.

Tak peduli dengan etika atau sopan santun pada ayahnya.

"Vian, pelan-pelan," tegur Riona seraya meringis kecil.

"Ada apa, Vian? Kamu kenapa kayak marah gitu sih?" tanya Wylan keheranan. Jarang sekali ia melihat putra sulungnya itu dipenuhi amarah seperti sekarang.

Casvian menghentikan langkah seraya menghela napas berat sejenak. "Vian enggak mau tahu, pokoknya Papa harus pecat resepsionis Papa di lantai satu itu. Kalau Papa enggak pecat, Vian yang bikin pelajaran ke dia."

Wylan yang tak mengerti dengan maksud dari Casvian hanya bisa menolehkan kepala dan menatap Riona dengan salah satu alis yang dinaikkan.

"Coba jelasin dulu, jangan kayak gitu. Memangnya resepsionis Papa itu kenapa, Nak? Dia bikin masalah sama kamu?" tanya Wylan hati-hati.

Dalam hati Wylan meringis dan mengutuk resepsionis yang baru ia pekerjakan dua minggu itu. Apalagi yang dia perbuat sampai membuat putranya semarah ini.

"Papa harus tahu kalau resepsionis Papa yang murahan itu berani cari masalah sama Mama. Kalau dia cari masalah sama Vian doang, Vian enggak apa-apa. Tapi, Vian enggak bisa terima kalau dia cari masalah sama Mama," ucap Casvian mencak-mencak. "Dia katain Mama sales cuma gara-gara pakaian Mama yang enggak rapi."

Kening Wylan mengerut dengan kepala yang mengangguk mengerti setelah mengetahui akar permasalahannya. Untuk kali ini ia setuju dengan kemarahan dan protes dari Casvian.

Berani mengusik Riona sama saja dengan berani mengusik dirinya dan anak-anaknya.

Ia kemudian menekan angka nol pada telepon kantor yang berada di atas meja kerjanya. Kemudian menempelkan gagang telepon itu di antara telinga dan mulutnya.

"Halo, Nayla. Kamu ke ruangan saya sekarang," pinta Wylan dengan suara dingin.

Tanpa menunggu jawaban dari Nayla, Wylan langsung memutuskan sambungan telepon dan menyimpan gagang telepon itu kembali ke tempatnya. Ia berjalan menghampiri Riona dan Casvian yang kini duduk di sofa khusus tamu.

"Mas, enggak perlu sampai segitunya. Jangan terbawa emosi kayak Vian," ucap Riona lembut.

Ia tak ingin jika orang-orang kantor akan mengecap Wylan sebagai pemimpin yang semena-mena dengan menyalahgunakan kekuasaannya. Ia tak ingin hanya karena dirinya, Wylan malah mempertaruhkan reputasinya.

"Gak bisa gitu, Ri. Kamu istri aku dan aku enggak bakal bisa terima kalau istri aku ini dijatuhkan harga dirinya oleh orang serendah dia," sanggah Wylan keras kepala.

Riona menghela napas panjang. "Tapi, Mas. Dengan kamu memecat dia, orang-orang akan beranggapan bahwa kamu gak profesional dalam mengelola perusahaan. Kamu memecat pegawai kamu hanya karena masalah pribadi."

Kepala Wylan menggeleng pelan, tangannya mengelus surai rambut Riona yang terawat dan indah itu.

"Aku sama sekali gak menyalah gunakan kekuasaan kok. Dengan dia memperlakukan kamu seperti itu saja, artinya dia sama sekali gak punya etika. Bagaimana kalau yang dia hina tadi bukan kamu, tapi malah klien penting atau tamu perusahaan? Atau, mau dia klien atau bukan pun gak sepantasnya seorang resepsionis dari perusahaan besar berlaku seperti itu pada tamu perusahaan."

Riona tersenyum kecil.

Percakapan mereka terhenti oleh suara ketukan pintu pelan, membuat Wylan segera bangkit dari sofa dan kembali duduk di kursi kerjanya.

"Masuk," sahut Wylan dari dalam dengan sedikit berteriak.

Ceklek!

Suara pintu yang dibuka terdengar, menjadikan wanita yang baru masuk itu sebagai atensi utama. Wylan menatap tajam pada Nayla yang kini benar-benar pucat, Nayla merasa bahwa hidupnya akan segera berakhir begitu menginjakkan kaki di ruangan ini.

"Silakan duduk," ucap Wylan mempersilakan seraya menunjuk kursi kosong yang berhadapan langsung dengannya.

Nayla mengangguk seraya tersenyum canggung pada Casvian dan Riona. Ia mendudukkan diri di kursi yang ditunjukkan oleh Wylan tadi.

"Maaf, Pak. Kenapa saya dipanggil ke sini?" tanya Nayla hati-hati.

Wylan menatapnya tajam. "Kamu masih bisa bertanya kenapa kamu dipanggil setelah melakukan kesalahan besar? Masih punya nyali kamu? Kalau saya sih mungkin sudah langsung beres-beres meja kerja dan memberikan surat pengunduran diri."

Bibir Nayla bungkam mendengar ucapan menusuk dari Wylan barusan.

"Maaf, Pak. Saya mengaku salah karena tidak mengenali Ibu Riona," cicit Nayla dengan tangan yang bergetar.

"Tidak. Salah kamu bukan karena tidak mengenali istri saya, tetapi karena tidak memperlakukan tamu dengan baik. Di mana etika kamu? Tidak pernah diajar etika kamu?" sindir Wylan sarkas. "Sekarang saya tidak mau tahu, kamu keluar dan bawa barang-barang kamu. Besok kamu tidak perlu datang dan pesangon kamu akan ditransfer."

----

"Mama, kita sayang sama Mama," ucap Zadkiel tanpa kebohongan sedikit pun di kedua matanya.

Riona mengelus kepala Zadkiel dan Azriel bergantian, kedua remaja berwajah mirip itu tampak menikmati kasih sayang yang diberikan oleh Riona pada mereka.

"Mama juga sayang sama kalian, sangat sayang," balas Riona lembut. "Maaf kalau dulu Mama selalu sakiti kalian, pukul kalian dan bahkan bikin mental kalian rusak."

Mau mengucapkan seribu kali kata maaf pun Riona tetap merasa beban di hatinya terus bercokol. Ia merasa beban itu seolah menjadi bayang-bayang yang terus mengingatkan pada dosa masa lalunya.

"Mama enggak perlu ingat-ingat itu lagi, kan sekarang Mama udah sayang sama kita semua. Asal Mama jangan berubah," sahut Azriel riang.

Mata Riona menatap langit-langit kamar Azriel dan Zadkiel yang berwarna putih dipenuhi taburan bintang-bintang yang akan bersinar ketika gelap. Ia menciumi kening Azriel dan Zadkiel secara bergantian.

"Andai Mama enggak juga berubah seperti sekarang, apa kalian bakal tinggalin Mama? Atau bahkan kalian dendam dan bunuh Mama nantinya?" tanya Riona tiba-tiba.

Entah mengapa pertanyaan itu terlintas secara tiba-tiba di kepalanya.

Tubuh Azriel tersentak kecil, menatap heran pada sang ibu. "Mama ngomong apa sih? Riel sama sekali enggak pernah ada pikiran buat tinggalin apalagi bunuh Mama."

"Kan kita lagi berandai-andai, Nak," ucap Riona menenangkan.

Azriel mendengus kesal. "Dari dulu Riel selalu bertanya-tanya dalam hati Riel, kira-kira rasanya disayang sama Mama itu kayak gimana sih? Selama ini Riel cuma selalu bisa rasain dipeluk Papa, tapi enggak pernah bisa rasain dipeluk Mama."

Bibir Riona bungkam mendengar curahan isi hati putra bungsunya.

"Setiap ke sekolah, Riel selalu iri liat teman-teman Riel masih diantar sama Mamanya, dibikinin bekal dan selalu ditunggu pulang ke rumah," sambung Riel dengan mata yang menerawang. "Riel selalu bertanya, rasanya disayang sama Mama tuh gimana sih?"

Riona merasa kesulitan menelan ludahnya sendiri, ia merasa ada puluhan batu besar yang menghimpit dadanya.

"Setiap Mama marah kalau nilai Riel jelek, Riel selalu senang. Emang kelihatan kayak orang gila sih karena senang dipukul, tapi Riel selalu anggap pukulan dan marahan dari Mama itu sebagai bentuk kasih sayang dan pedulinya Mama ke Riel."

Kedua mata Riona memanas dan berembun seketika, ia membawa Azriel dan Zadkiel ke dalam pelukannya. Tak bisa ia bayangkan bertapa menderitanya mereka berempat selama ini, hidup dan besar tanpa kasih sayang dari sosok ibu.

Riona menjadi membenci dirinya sendiri. Ia merasa bodoh.

Dulu ia sendiri sudah pernah merasakan bagaimana kerasnya hidup tanpa sentuhan dan penyokong sosok bernama ibu. Namun kini, ia sendiri malah melakukan hal yang sama pada putra-putranya.

"Maaf, Nak. Mama janji mulai sekarang Mama akan fokus menjaga dan menyayangi kalian, Mama akan bayar semua waktu yang kalian habiskan tanpa Mama," bisik Riona dengan suara tertahan.

Ia mengecup kembali kepala Zadkiel dan Azriel bergantian. "Mama sayang kalian."

----

To be continued...

I'm back bestie!! Coba absen dulu, kalian baca part ini jam berapa?

YUK SPAM NEXT DI SINI!!

Continue Reading

You'll Also Like

36.3M 3.4M 71
Kecelakaan fatal yang dialami Giovani Anendra, perisai geng REVOLVER membuatnya amnesia dan melupakan istrinya, Cheryl Raquella. Namun dengan segala...
369K 28.6K 37
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini ⚠️⛔ Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. 🔞⚠️. ...
1.5M 6.7K 16
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
2.2M 33.4K 47
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...