GENTAR [END]

Door 17disasalma

311K 29.6K 2K

"Ganteng beraksi, pantang patah hati!" Salah satu slogan yang dibuat oleh Gentario Dewanggara, pencetus PERGA... Meer

GENTARIO DEWANGGARA
01. PESTA
02. BERTEMU KEMBALI
03. TOPIK HANGAT
04. KEPUTUSAN
05. PERBEDAAN
06. AZKIRA & KEPEDULIANNYA
07. PERLAKUAN MANIS GENTAR
08. JANGAN GOYAH, GENTAR!
09. PERLAKUAN MANIS GENTAR (2)
10. GENTAR DITUNGGU SESEORANG
11. MASA LALU & MASA DEPAN
12. BERUNTUNG
13. KELUARGA AZKIRA
14. RIBUT
15. GEN
16. PERTEMUAN DUA KELUARGA
17. MASALAH
18. BADMOOD
19. NEW PARTNER : LADIOTA
20. SENIORITAS
21. GENTAR PACARABLE?
22. MAIN BOWLING
23. GENTAR VS REVAL
24. GENTAR PASSWORDNYA
25. SISI BRUTAL GENTAR
26. INSECURE
27. CEMBURU?
28. MARAH
29. BAIKAN
30. GENTAR MOVE ON?
31. JAILIN GENTAR
32. CANTIKNYA GENTAR
33. NIGHT CALL
34. JAILIN GENTAR (2)
35. KAMU RATU & AKU RAJANYA
36. DINNER
37. BIDADARI
38. INSIDEN
39. WHO ARE YOU?
40. GENTAR JADI AYAH
41. AZKIRA KENA LAGI
42. OVERTHINKING
43. KEDATANGAN SI EX
44. GENTAR BUCIN AZKIRA
45. AKU CEMBURU
46. DEEP TALK W/AYAH
47. CLUE DARI REVAL
48. ISI PIKIRAN GENTAR
49. PERGANTA BUKAN GENG
50. BAZAR & ZIO
51. SALTING TERUS
53. DATE
54. OBROLAN RINGAN
55. ACCIDENT
56. AYO BANGUN, RA.
57. PANIK
58. AZKIRA BANGUN?
59. SLEEP TIGHT, KIRA
60. TAMAN RUMAH SAKIT
61. CASE CLOSED
62. KESALAHAN GENTAR
63. SUDAH YAKIN?
64. AZKIRA & JELLA
65. SATU PER SATU TERBONGKAR
66. AZKIRA PULANG
67. HEALING BERUJUNG PUSING
68. TIDAK PERCAYA
69. INTI MASALAH
70. PENYESALAN
71. LARANGAN BERTEMU AZKIRA
72. INTROGASI
73. KESEMPATAN TERAKHIR GENTAR
74. BACK TO YOU
75. TERIMA KASIH [END]
MAHANTA SERIES

52. GANANG & AZKIRA

1.6K 225 3
Door 17disasalma

Yakin nggak ada rasa kalo sahabatan lawan jenis? Masa sih bisa nggak ada rasa?

SELAMAT MEMBACA💘

•••

52. GANANG & AZKIRA

Pelajaran biologi bagi sebagian orang sangat dihindari, tetapi tidak untuk Gentario Dewanggara. Cowok berambut undercut berwarna hitam itu sangat menyukai pelajaran biologi.

Nilai Gentar di mata pelajaran lain tidak pernah mendapat di atas 90 tetapi kalau Biologi boleh diadu. Gentar menjadi salah satu murid favorit guru Biologi di SMA Mahanta, Bu Vena.

Kalau Adi ngebet jadi murid favorite Bu Vena agar bisa mendekati anak gadisnya, Gentar mendapat privilege ingin dijodohkan dengan anaknya.

"Kalo kamu belum punya pacar boleh kok kalo mau deketin anak Ibu, Gen," ujar Bu Vena pada cowok yang baru saja menuliskan jawabannya di papan tulis agar teman-temannya yang masih salah dapat membenarkan jawaban.

"Gentar udah punya pacar Bu!" Hampir seluruh murid kelas XII IPA 3 menjawab dengan serentak. Gentar hanya terkekeh mendengarnya.

"Ibu kan bilangnya kalo belum punya pacar, kalo udah punya ya udah nggak pa-pa," kata Bu Vena. "Pacar kamu Azkira itu ya? Murid IPS kan, Gentar?"

"Iya, Bu."

"Masih muda jangan aneh-aneh ya pacarannya. Fokus belajar, saling mendukung biar sukses bareng," amanah guru Biologi itu.

"Ini bukan cuma untuk Gentar tapi untuk semuanya ya. Anak orang itu dijaga jangan disakitin."

Suasana kelas menjadi ramai, semua murid bersahut-sahutan saling menyalahkan. Rata-rata dari mereka korban ghosting dan kecewa dengan espektasi sendiri.

"Bu, Adi sering bikin anak orang nangis," ujar Fiki mengompori.

"Iya, Adi?" Bu Vena kemakan omongan Fiki dengan sekejap. "Wah kalo iya, jangan deketin anak saya. Jangan dm-an sama anak saya lagi."

Serentak tawa murid-murid di kelas itu menggelegar. Sementara Adi yang ditertawakan berusaha untuk membela diri.

"Bu jangan gampang percaya sama Fiki, dia aja nggak bisa percaya sama orang lain apalagi dipercaya," sahut Adi sedikit berteriak.

Ganang yang duduk di belakang Adi langsung bangkit dan membekap mulut sahabatnya itu agar diam. "Nggak usah ngelak, lo emang suka bikin anak orang nangis!"

"Ganang yang biasanya kontra sama gue aja sekarang pro," kekeh Fiki sedikit menyindir.

"Gue tandain lo semua," ujar Adi menunjuk seluruh teman sekelasnya. "Gue aduin ibu sama ayah gue!"

"Ngadu kok ke orang tua!" sahut salah satu siswi yang duduk di paling belakang.

"Terus ke siapa?" Gentar sampai memutar kursinya agar bisa mendengar dengan jelas jawabannya.

"Ke ayang lah!"

"Emang punya?" tanya Gentar lagi. Selain mengerjai Azkira, mengerjai teman sekelas adalah hobinya.

"Gue aduin Azkira lo, Gen! Bodoamat nanti gue aduin!"

Bu Vena yang sejak tadi memperhatikan anak didiknya hanya bisa terkekeh pelan sembari membereskan barangnya. Beberapa detik kemudian bel pergantian jam pelajaran berbunyi.

"Setelah ini pelajaran siapa, Nak?" tanya Bu Vena sebelum mengakhiri pembelajaran Biologi hari ini.

"Matematika wajib, Bu!"

"Gampang kan?"

"Kalo gampang nilai ulangan saya seratus terus, Bu," jawab Ganang diakhiri kekehan pelan.

"Ya berarti kalo belum dapet seratus kamu usaha, doa, dan konsisten belajarnya masih kurang," terang Bu Vena.

"Bu Vena tau aja." Ganang tersenyum lebar.

"Baik, kita bertemu minggu depan ya? Tadi kan materinya sudah selesai dibahas jadi minggu depan ulangan. Jangan lupa belajar!"

Adi melongo mendengarnya. "Ulangan, Bu? Dadakan banget?"

"Minggu depan, masih ada waktu tiga hari. Biologi kan gampang. Belajarnya yang fokus biar langsung paham dan tidak membuang-buang waktu," ucap Bu Vena memberi pesan.

"Sekian dari Ibu, selamat siang."

"Siang, terima kasih, Bu!" balas seluruh murid serempak.

Sebelum guru mapel berikutnya masuk ke kelas, Fiki dan Adi langsung memutar kursinya ke belakang. Kini mereka berdua berhadapan dengan Gentar dan Ganang.

"Lo berdua udah cek grup Perganta?" Adi bertanya pada mereka lalu mengeluarkan ponselnya yang tadi ia simpan di laci meja.

"Reval abis ngobrol sama Alizka di deket kantin pas jam pelajaran, Reno tadi bolos ke kantin terus liat mereka," ujar Adi menjelaskan sembari memperlihatkan foto yang Reno kirim di grup.

"Ngaco lo, Di. Ngapain cewek gue janjian sama Reval?"

"Ya kalo lo nggak percaya cek aja sendiri. Punya grup tuh dibuka, disimak. Jangan cuma buat pajangan doang," kata Adi kepalang kesal.

"Berisik lo." Ganang yang sejak semalam belum membuka WhatsApp langsung gerak cepat mengecek grup. Ia panik, takut Alizka dapat masalah baru. Mau bagaimanapun Alizka itu pacarnya, ia harus menjaga cewek itu.

"Panik banget lo, Nang," pungkas Fiki dengan kekehan kecil. "Cewek lo ngapain tiba-tiba janjian sama Reval? Mereka main di belakang lo atau ada hal lain yang lo sembunyiin dari kami bertiga?" selidiknya.

"Maksud lo apa curiga begitu ke gue?" tanya Ganang merasa disudutkan. "Lo kalo emang nggak suka sama gue ya udah ayo kelarin sekarang!"

Nada bicara Ganang dan Fiki sudah tidak enak didengar. Sebelum mereka berkelahi, Gentar berdeham pelan. Membungkam mulut kedua sahabatnya. Lagipula pasti banyak yang terganggu kalau mereka ribut terus.

"Kalo ngobrol jangan pake emosi," pesan Gentar, ia menoleh ke arah Fiki. "Lo juga, Ki, jangan asal ngomong kaya gitu."

"Liat nanti aja ya Gen. Arin yang salah apa Alizka yang banyak tingkah." Fiki menyunggingkan senyum miringnya lalu bangkit. Ia berjalan sembari menyimpan kedua tangannya di saku.

"Gue izin keluar bentar," ujar Fiki pada ketua kelas.

Adi terus memperhatikan gerak-gerik Ganang. Bukannya mau suudzon tapi akhir-akhir ini Ganang memang sedikit berbeda. Selain jarang ikut kumpul di Tongkrongan Perganta, Ganang juga jadi lebih sensitif. Padahal Ganang yang ia kenal dulu orangnya santai dan tidak pernah bawa perasaan.

"Dari awal gue kan tim netral nih. Gue nggak memihak ke siapapun, gue tau lo bakal mati-matian bela Alizka kan, Nang?" Adi melirik Ganang yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Hm."

"Lo juga pasti bakal cari sampe dapet orang yang udah berani macem-macem sama Azkira. Gue juga yakin lo nggak bakal lepasin orang itu gitu aja, bener nggak Gen?"

"Gue harus tau motivasi orang itu mau celakain Azkira tuh apa. Nggak peduli cowok apa cewek yang pasti kalo udah macem-macem sama Azkira urusannya sama gue. Maaf aja nggak cukup," balas Gentar terselip rasa marah dan kecewa karena selalu kecolongan dalam menjaga Azkira.

"Andai, andai ya Gen. Gue nggak suudzon atau gimana. Kalo orang itu salah satu dari anggota Perganta atau Ladiota apa yang bakal lo lakuin?"

"Keluarin dia." Gentar dengan mantab menjawab seperti itu. Sudah tidak ada lagi alasan mempertahankan orang kaya gitu.

"Kita berempat susah-susah ngumpulin anggota, bangun image baik di sekolah bahkan sampe ke luar sekolah, berusaha saling merangkul biar bisa masuk bareng lulus bareng dan tiba-tiba semua itu mau dihancurin sama oknum nggak bertanggung jawab? Gue nggak bakalan biarin itu terjadi," ujar Gentar dengan raut wajah penuh keseriusan.

Adi mengangguk paham. Ia juga sependapat dengan Gentar. Membangun Perganta hingga sebesar sekarang dengan anggota ratusan itu tidak mudah. Menyatukan dan mengatur ratusan kepala itu susah sekali.

"Selamat siang, Anak-anak." Guru matematika wajib yang kemana-mana selalu bawa penggaris kayu untuk keperluan mengajar menyudahi keramaian di kelas ini.

•••

Kantin sangat ramai di jam istirahat seperti biasanya. Azkira dan Arin pun sampai tidak dapat bangku untuk duduk. Mereka memilih ke halaman belakang, duduk di gazebo bergabung dengan beberapa anggota Perganta yang selalu nongkrong di tempat itu.

Beberapa anggota Ladiota juga ikut bergabung saat mendapat info Azkira dan Arin ada di halaman belakang.

"Fikiiii!" panggil Arin setengah berteriak saat Fiki berjalan ke arahnya. "Photocard cowok gue ketinggalan di mobil lo!"

"Photocard Haechan?" tanya Fiki langsung diangguki oleh Arin. "Lo taro mana emang?"

"Dashboard. Gue lupa banget mau ambil kemarin."

"Pikun lo." Fiki menepuk kening Arin dan duduk di sebelahnya. "Nanti ambil sendiri ke rumah."

"Dih ogah! Lo lah yang ambilin, besok kasih ke gue pas ketemu di sekolah."

"Males."

"Ki, katanya kita temen?" Arin menatap cowok di sampingnya dengan tatapan melas.

"Bisa diem dulu nggak, Rin? Gue lagi males ribut!" gertakan Fiki membuat Arin tertegun. Baru kali ini Arin takut pada Fiki. Padahal biasanya adu mulut itu menjadi hal biasa bagi mereka.

"Pindah dulu, Rin," bisik Azkira takut Arin jadi sasaran emosi Fiki. Arin pun langsung menurut dan menjauh dari Fiki.

"Kalo lagi banyak masalah boleh cerita ke gue, Ki, tapi kalo itu privasi dan lo nggak bisa cerita nggak pa-pa. Gue paham," ujar Azkira menepuk bahu sahabat pacarnya itu.

"Gue nggak pa-pa, Ra. Lagi capek aja."

Azkira menganggukkan kepalanya. Sepertinya Fiki enggan untuk bercerita, Azkira sangat memakluminya.

"Gue sama Gentar cariin kemana-mana dari tadi lo-nya di sini!" Adi datang seraya mencak-mencak.

"Bolos kemana lo dari pelajaran matwa tadi?"

"Diem dulu, Di. Gue lagi males ribut."

"Gara-gara Ganang tadi? Udah lah anjir nggak usah dipikirin terus. Gue paham lo kesel sama dia, tapi udahlah lupain aja," ujar Adi lalu merangkul Fiki.

"Berisik lo," sahut Fiki kesal.

"Iya-iya gue diem!"

"Kamu ngapain di sini?" Gentar bertanya pada Azkira yang terus menatapnya.

"Oh aku nggak boleh ada di sini?" tanya Azkira balik. "Cabut yu, Rin."

Gentar langsung menghalangi Azkira yang hendak pergi. Ia terkekeh pelan dan meminta Azkira untuk duduk kembali.

"Becanda, Cantikku."

"Cantikku," ulang Adi mengejek.

"Arin kenapa diem aja?" Gentar merasa aneh karena biasanya Arin yang paling cerewet.

Arin mendengus lalu membalas dengan ketus, "Lagi nggak mood jangan diajakin ngomong."

"Wah berantem ya lo berdua?" Adi menunjuk Fiki dan Arin bergantian.

"Adi jangan jail gitu dong. Mereka enggak berantem kok," tegur Azkira.

"Iya, becanda Ra." Adi memilih untuk diam.

"Tumben Ganang nggak ada? Kemana dia?"

"Kamu ngapain nanyain Ganang? Kan udah aku di sini," protes Gentar tidak suka Azkira tanya keberadaan sahabatnya.

"Apasih Gen?" kekeh Azkira. "Kalian kan kemana-mana berempat jadi aneh kalo akhir-akhir ini cuma bertiga terus."

"Ganang lagi ada urusan sama Alizka. Udah jangan nanyain yang nggak ada, aku kan di sini di depan kamu. Hargain dong." Gentar mengerucutkan bibirnya.

"Iya enggak lagi," balas Azkira. "Nanti jadi kan nontonnya?"

"Jadi lah. Sekalian main bowling aku udah lama nggak main. Terakhir juga sama kamu waktu itu."

"Gue ikut donggggg!" pinta Adi kembali bersuara.

"Nggak! Ngapain lo ikut? Nonton aja sama cewek-cewek lo," suruh Gentar.

"Ide bagus!" Adi menjentikkan jarinya kemudian berkutat dengan ponselnya mengajak doi-doinya jalan.

"Kebanyakan doi lo, Di," ujar Gentar saat melihat grup chat Adi bersama gebetan-gebetannya ramai sekali.

Gentar sampai geleng-geleng kepala melihatnya. Membayangkan Adi keluar duit banyak sekali jalan kalau gebetannya ikut semua.

"Kasihan orang tua lo susah-susah cari duit eh anaknya nggak tau diri malah hambur-hamburin buat nyenengin cewek," kata Gentar.

"Jleb banget, Gen, serius." Adi memegang dadanya. Merasa paling tersakiti.

"Fakta kan?"

"Ya iya sih."

Azkira tertawa pelan sampai refleks memukul paha Adi yang duduk di sebelahnya. "Adi Adi, tobat dong."

"Gue nggak bisa kesepian, Ra, kalo nggak punya doi tuh kaya sepi banget hidup gue," balas Adi jujur.

"Iya tapi kan bisa pacarin salah satu aja jangan semuanya lo pepet."

"Udah pernah nyoba tapi tetep balik banyak lagi, Ra. Mereka juga oke-oke aja kalo gue deket sama banyak cewek."

"Diemin aja Ra, ngasih tau Adi tuh masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Nggak guna sama sekali," ujar Gentar.

"Gitu-gitu juga temen kamu."

Di tengah obrolan santai mereka, tiba-tiba suara Ganang dan Alizka yang sedang ribut terdengar jelas. Entah apa yang membuat mereka adu mulut seperti itu.

"Pisahin nggak Gen?" Adi bertanya pada Gentar.

"Biarin dulu, Di. Bukan ranah kita buat ikut campur," balas Gentar kemudian Adi menurut saja.

"Kalo dia bukan sepupu aku, aku juga nggak bakal nekat sejauh ini, Nang! Kamu harusnya ngertiin posisi aku dong!" sentak Alizka sembari melepas cekalan Ganang pada lengannya.

"Kita bisa cari jalan keluar dengan cara lain. Enggak kaya gini, Al. Aku takut kamu kenapa-kenapa," balas Ganang mencoba selembut mungkin. Ia sudah lelah adu argumen terus menerus dengan Alizka dari tadi.

"Kamu kalo nggak mau bantu ya udah. Nggak usah larang-larang aku!" Alizka menepis tangan Ganang yang hendak memegang bahunya.

"Aku cape, nggak usah temuin aku dulu!" Usai mengatakan itu Alizka langsung pergi.

"Anjing!" umpat Ganang sembari menendang dinding yang ada di depannya.

"Nang, kenapa lo?" Adi menahan Ganang yang hendak menghantamkan kepalanya ke dinding. Baru sekali Adi melihat Ganang sekalut ini.

"Sayang kepala lo, Nang. Lo cuma punya satu," ujar Adi masih sempat-sempatnya bercanda.

"Kayanya lo harus dengerin apa kata Alizka tadi. Biarin dia sendiri dulu. Lo juga kontrol dulu emosi lo," pesan Gentar pada Ganang.

"Gue udah cape banget ngadepin dia," keluh Ganang sembari berjongkok memegang kepalanya.

"Putusin lah anjir. Dari dulu gue udah nyaranin lo buat putus tapi lo malah marahin gue!" sahut Adi kesal.

"Nggak bisa Di, gue sayang banget sama dia. Kalo nggak sama dia gue mau sama siapa?"

Suara Ganang terdengar sangat lirih. Sepertinya cowok itu memang benar-benar sedang dalam kondisi suasana hati yang buruk.

"Cewek di luar sana masih banyak, Nang. Nggak cuma Alizka."

Ganang mendongak, menatap Gentar dengan senyum hambar. "Kalo gue ngomong cewek di dunia ini masih banyak nggak cuma Azkira, lo mau ngelepas dia buat gue?"

Kekehan kecil Gentar terdengar saat Ganang membalikkan ucapannya. Mulut orang memang jarang yang bisa dipegang. Ternyata Ganang memang masih menyimpan rasa untuk calon tunangannya.

"Kalo Azkira mau sama lo, gue bakal ngelepas dia." Gentar mengucapkan kalimat itu tanpa beban apapun.

"Lo ngomong apa sih, Nang?" Azkira mendekat karena ucapan Ganang sudah tidak bisa dianggap sekadar lelucon saja.

"Kita baik-baik aja loh selama ini. Lo sama hidup lo, gue sama hidup gue. Gue kira lo udah ikhlas kita jalan masing-masing. Kenapa sekarang lo ngomong seakan-akan lo masih berharap sama gue?" kesal Azkira.

Tidak ada balasan sama sekali dari Ganang. Bibir cowok itu terkatup rapat. Membalas tatapan Azkira saja tidak bisa.

"Janji lo apa sama gue, Nang? Kita tetep sahabatan. Lo hilangin semua rasa lo ke gue. Lo mau lihat gue bahagia kan, Nang?" Azkira mengatakan itu dengan suara yang sedikit terdengar bergetar.

"Bisa nggak lo fokus aja sama Alizka? Gue juga udah punya cowok, Nang. Jangan bikin gue seolah-olah paling jahat di sini," ucap Azkira pada Ganang.

Tidak ada yang berani memotong ucapan Azkira sedikitpun. Bahkan Gentar yang berdiri di samping cewek itu hanya berdiam diri membiarkan Azkira mengeluarkan semua uneg-unegnya.

"Berdiri," suruhnya pada Ganang.

Saat Ganang sudah berdiri dan menghadap padanya. Azkira langsung menatap sepasang mata sahabatnya itu dalam-dalam.

"Ini terakhir kalinya gue marah ke lo ya, Nang. Lo juga jangan mancing-mancing gue buat marah ke lo. Ngerti kan?" Azkira menekan amarahnya, tidak tega melihat kondisi Ganang semakin memburuk karena ucapan-ucapannya yang menyakitkan.

Azkira menoleh ke arah Gentar. Meminta izin untuk memeluk Ganang sekali saja. Dengan penuh kedewasaan, Gentar mengangguk ikhlas.

"Can i hug you?" Azkira merentangkan lengannya. Ganang menyambut tawaran itu dengan senyuman lalu mengangguk pelan.

"Makasih banyak ya, Ra. Maaf udah bikin lo marah-marah," ucap Ganang sembari mengusap lembut punggung sahabatnya itu.

"Gue juga minta maaf udah kepancing emosi." Azkira mengendurkan pelukannya kemudian menerima uluran tangan Gentar yang kini sudah menggenggam tangannya erat.

"Ini kesempatan terakhir gue buat berbagi Azkira sama lo ya, Nang. Azkira punya gue. Gue nggak mau bagi-bagi ke siapapun, termasuk lo," ujar Gentar pada Ganang tidak mau ada balasan lagi.

Setelah mengatakan itu Gentar mengajak Azkira untuk pergi. Bohong kalau ia tidak cemburu Azkira memeluk Ganang seperti tadi. Tetapi mau bagaimana lagi? Azkira bersahabat dengan Ganang bahkan jauh sebelum ia mengenal Ganang.

"Aku boleh peluk kamu juga, Ra?" tanya Gentar di sela-sela langkah keduanya.

Azkira tersenyum hangat dan menganggukkan kepalanya. "Aku bakal peluk kamu tanpa kamu minta sekalipun, Gentar," katanya memeluk pacarnya itu dari samping.

"Makasih kamu udah selalu berusaha jadi yang terbaik buat aku, Azkira." Kalimat itulah yang bisa Gentar ucapkan. Entah untuk kali ke berapa Azkira mendengarnya.

To Be Continue

Hi, semuanya!
Makasih yang udah baca dan nunggu lama. Maaf baru bisa update hari ini. Siapa yang nunggu Gentar & Azkira uwu-uwuan lagi???

Next part-nya mau kapan?

Mau kasih lihat visual versi aku. Udah setahunan aku mempertimbangkan untuk publish beberapa visual ini. Feel free buat kalian yang mau bayangin tokoh-tokohku dengan versi lain.

Btw GENTAR muncul di WP itu tanggal 1 Februari 2021 buat yang belum tau👍🏻

Linyi as Gentario Dewanggara

Cai Xukun as Ganang Harold Adeen

Yan An as Fiki Galviano

He Luo Luo as Radian Bagus

Untuk visual Azkira, Arin, Alizka, dan Jella di next part ya💘

Follow Tiktok @perganta juga ya🙌🏻

Sampai jumpa di part selanjutnya!

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

13.3K 1K 33
SEQUEL MULINKA Putusnya hubungan antara Bianca dan Muel, menciptakan banyak pertanyaan di benak seluruh anak sekolah termasuk juga orang orang yang m...
4.1M 242K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
ARKAN Door ainisz

Tienerfictie

180K 17K 51
ARES [2] : ARKAN REYNAND DAVIDSON Arkan Reynand Davidson, atau sang playboy yang mendapat julukan terkenal yaitu : handsome, young, and rich. Arkan...
5.3M 228K 54
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...