𝘗𝘢𝘱𝘦𝘳 𝘏𝘦𝘢𝘳𝘵𝘴 • 𝘚�...

By mintchewy

24.4K 3K 247

Sana dan Tzuyu sepasang sahabat kecil yang saling jatuh cinta. Namun, hubungan mereka renggang karena dipisah... More

CHARACTER.
Chapter 1: Hello there, Neighbour!
Chapter 2: New Friend
Chapter 3: Something's complicated
Chapter 4: My Hero
Chapter 5: The Command
Chapter 6: Everything's gonna be alright (TW)
Chapter 7: Forbidden
Chapter 8: Farewell (?)
Chapter 9: The Departure
Chapter 10: Breakdown
Chapter 11: The Reason
Chapter 12: New Page
Chapter 13: Old Friends
Dibaca yokk
Paper Hearts Comeback!!
Preview Chapter 14
Chapter 14: New Life with New People
Chapter 15: I'm Tryin' here
Chapter 17: Searching For You
Promo Satzu AU Twitter

Chapter 16: Of Chamomile Tea and Companies

1.1K 141 23
By mintchewy

"WAIT WHAT?! Kamu ngajak Sally kencan?"

Suara pekikan Nayeon mengundang banyak tatapan mata yang melihat ke arah meja mereka. Suasana kantin FISIP saat itu cukup ramai, terutama saat ini adalah jeda sesi. Banyak mahasiswa yang mengunjungi kantin saat itu untuk mengisi tenaga mereka sebelum melanjutkan kelas di sesi berikutnya. Termasuk Sana dan teman-temannya.

Hari ini Sana bersama dengan Jihyo dan Nayeon, mereka duduk di sebuah meja sambil menikmati makan siang mereka. Jeongyeon, Dahyun, dan Sally tidak berada bersama mereka karena sesi kuliah mereka pada hari ini hanya ada kelas sore.

Sana telah menceritakan tentang ajakannya kepada Sally untuk pergi berkencan (walaupun dia mengklaim kencannya bisa saja friendly date). Sana juga telah menjelaskan situasi Sally yang ingin melamar magang, dan Sana hendak memberikan kemudahan untuk Sally.

"Nayeon ih, gak usah teriak-teriak juga." Tegur Jihyo

"Gimana aku gak teriak, kamu ga denger tadi Sana bilang apa? Dia ngajak Sally kencan, Hyo." Tegas Nayeon.

"Iya-iya aku denger kok." Jawab Jihyo dengan lebih tenang, berbeda dengan Nayeon yang terlihat lebih kaget. "Jujur aku kaget juga sih, i mean kenapa Sally? Kita aja baru kenal sama Sally belum sebulan penuh, San". Kali ini giliran Jihyo yang bertanya.

Sana mengaduk-aduk minuman bobanya. Matanya menatap ke arah meja dan tidak melihat balik tatapan Nayeon dan Jihyo yang sedang memperhatikannya. "Hmmm... I don't know. Aku rasa Sally tu beda aja. Dari awal aku ketemu dia, di parkiran itu kalian inget gak? Aku ngerasa kek dia tu familliar gitu."

"Iya sih, aku juga waktu awal dikenalin sama Dubu dan Jeong, ngerasa kek muka Sally tu gak asing." Tutur Jihyo.

"Ya tapi intinya kenapa kudu Sally, San? Kan masih banyak banget orang di kampus ini buat diajak kencan, bahkan yang sejurusan sama kamu juga. Gimana kalo kalian berdua ga cocok, terus jadi canggung nanti." Papar Nayeon.

"Iya sih aku tahu Sally tu udah mulai jadi teman kita, dan aku ngerti juga kekhawatiran kalian tentang canggung-canggungan itu. Cuma ya, gatau kenapa aku tu penasaran banget sama Sally. Ini baru pertama kali aku ngerasa tertarik sama orang, yang bahkan masih terlihat misterius meskipun udah jadi teman aku." Kata Sana sembari wajahnya berseri seperti di mabuk asmara.

"So you're saying, you have a crush on her?" Tanya Nayeon untuk memperjelas.

"Maybe?  Aku masih belum yakin. Tapi intinya aku kagum sama Sally. Dia cakep, aku juga cakep. So why don't we hit it on?"

"Ya udah sih, mungkin gak ada salahnya juga kamu coba kencan sama Sally. Dari pada kamu terus-terusan haluin Tzuyu, yang kita juga tahu dia udah gada tanda-tanda kehidupan atau kejelasan buat nemuin kita." Tutur Jihyo.

"Iya deh, akhirnya kamu sadar, San. Terima kasih Tuhan sudah membersihkan otak halu temanku ini." Canda Nayeon.

Mereka bertiga pun tertawa. Sebagai teman Sana, Jihyo dan Nayeon pun setidaknya lega bahwa Sana bisa memilih untuk maju melangkah ke depan dari pada menunggu ketidakpastian dari janjinya dengan Tzuyu di masa lalu.

"Ga sepenuhnya juga aku bakalan lupain Tzuyu sih. Semuanya butuh proses gais. Aku sama Sally kencan juga ga harus purely in romantic way". Klarifikasi Sana.

"Eh ngomong-ngomong, Sally sendiri jawab apa pas kamu nanyain itu?" Tanya Nayeon.

"She said yes. Dia mau kencan sama aku."

***

"Okay saya rasa pertemuan hari ini cukup, kita bertemu di pertemuan selanjutnya di minggu depan. Selamat malam."

Kata penutup dari dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi menjadi penutup kelas terakhir Sana hari ini. Seperti biasa, Sana memasukan kembali catatannya dan menggendongi tote bag-nya.

Setelah mengucapkan salam perpisahan dengan teman-temannya, Sana pun berjalan keluar dari gedung kampusnya. Sana menatap hp-nya dengan tersenyum, dia baru saja mengabarkan Sally bahwa dia sedang dalam perjalanan untuk menemuinya.

Sana tahu hari ini Sally memiliki jadwal latihan eksul pemanahan. Jadi dia berencanan untuk menemui gadis itu di tempat latihannya.

Kali ini, Sana mengabarkan Sally tidak melalui DM Instagram — tentu saja Sally tidak akan membalas pesannya lagi nanti — melainkan Sana menghubunginya melalui pesan WhatsApp. Sana berhasil untuk mendapatkan kontak Sally dengan alasan untuk lebih mudah dihubungin, khususnya untuk proses Sally.

Sesampainya di tujuannya, yakni tempat latihan eskul pemanahan, Sana bisa melihat cukup banyak orang di sana. Mereka semua sibuk dengan alat panah mereka, berlatih dan memanah ke target.

Mata Sana berkeliaran untuk mencari Sally. Saat dia menemukannya, Sana bisa melihat Sally sedang fokus menarik  busur panah, dan salah satu matanya mengedip untuk membidik bulatan merah di tengah target.

Wooosh. . .

Anak panah yang ditembak oleh Sally mengenai bulatan merah di tengah target. Tak hanya rekan-rekan pemanah Sally yang memberikan pujian, Sana dengan girang juga memberikan pujian kepada Sally.

"Keren banget Sally!" Sahut Sana dari jarak yang agak jauh.

Beberapa kepala pun berbalik dan melihat Sana, termasuk Sally. Dia tertegun melihat kehadiran Sana di sana. Sana mengira mungkin Sally belum mengecek hpnya untuk melihat pesannya.

Sayangnya, Sally tidak bisa menghampirinya segera. Sally harus melanjutkan latihannya lagi. Sana pun tidak keberatan untuk menunggu. Dia memutuskan untuk duduk di salah satu bangku yang ada di ruangan itu, sambil melihat Sally latihan (dan juga menganggumi betapa Sally terlihat keren saat ini).

Jarang sekali Sana melihat Sally mengikat rambutnya seperti ini. Saat Sally mengikat rambut seperti ini, Sana bisa melihat dengan jelas telinga Sally yang unik, terlihat seperti Yoda dari Star Wars. Dan tampak tidak asing, seperti dia pernah melihat seseorang dengan telinga seperti itu.

Untuk membunuh rasa bosannya dalam menunggu Sally, Sana mengeluarkan hp-nya lagi dari tote bag. Dia mulai untuk melihat-lihat tl media sosialnya. Hingga pada suatu momen, matanya menaruh pandang kembali pada Sally. Sally terlihat sedang tertawa dengan asik ketika salah satu teman gadisnya berbicara kepadanya.

Sontak hal itu menarik perhatian Sana dari hpnya. Sana memperhatikan bagaimana gadis itu mendekatkan tubuhnya pada Sally, lalu membisikkan kata-kata yang jelas Sana tidak tahu mereka sedang bicara apa. Meskipun dia sudah mencoba untuk membaca gerak mulut gadis itu, dia tetap gagal memahaminya.

Sekali lagi, Sana bisa melihat Sally tertawa pada candaan yang diberikan oleh gadis itu. Kali ini Sally tertawa lebih keras, sampai-sampai kepalanya mengarah ke belakang, saking lucunya mendengar candaan yang diberikan oleh temannya.

Sana merasa aneh. Dia tidak pernah melihat Sally tertawa seperti ini, bahkan ketika mereka menghabiskan waktu bersama. Sana juga tidak suka dengan jarak yang sangat minim antara gadis itu dengan Sally.

Sana terlalu larut dalam pikirannya, sampai-sampai dia tidak sadar bahwa ada seseorang yang duduk di sampingnya.

"Ehm ehm"

Batuk kecil itu mengundang perhatian Sana. Ketika dia membalikkan kepalanya, dia bisa melihat Jungkook sedang berada di sampingnya. 

Sana memutar bola matanya, dia merasa malas dengan kehadiran laki-laki itu. Dia hampir lupa kalau Jungkook juga pasti ada di sana, karena dia juga bagian dari eskul pemanahan.

Dari pada meladeni Jungkook, Sana kembali menaruh perhatiannya kepada hpnya. Dia belajar dari pertemuannya kemarin, ada baiknya tidak perlu untuk memberi laki-laki itu perhatian sama sekali.

Tidak seperti yang diduga, Jungkook bahkan tidak menganggunya sama sekali. Padahal Sana masih bisa melihat kehadirannya dengan mata ekornya. Aneh sekali.

Beberapa menit berlalu, Sana sedikit jenuh dengan apa yang ada di tl media sosialnya. Dia akhirnya memutuskan untuk mengecek kembali Sally.

Saat dia menaruh pandang lagi kepada Sally, kali ini Sana bisa melihat Sally menatap balik ke arahnya. Dengan tatapan tajam, seperti mengawasinya. Kini Sana mengerti kenapa Jungkook yang duduk di sampingnya tidak berani melakukan apapun.

Sana tersenyum sedikit, ini berarti Sally juga memerhatikan dia. 

Sally tidak melepaskan matanya dari arah Sana. Bahkan ketika yang lainnya lanjut untuk latihan, Sally hanya berdiri di sana dan mengawasi Sana.

Tak lama kemudian, Jungkook berdiri dari tempat duduknya dan pergi menjauh dari Sana. Tampaknya, para anggota eskul dihimbau untuk berkumpul sebagai penutupan dari latihan hari ini.

Sana pun menghembuskan nafas lega.

"Kenapa datang ke sini?" Tanya Sally yang berjalan ke arahnya setelah pertemuan dibubarkan.

"Aku udah WA kamu tadi. Kak Chaeng sama kak Mina ajak makan malam hari ini. Kamu bisa ga? Kalau kamu capek, aku bisa minta resched." Jawab Sana.

"Ga capek kok. Emangnya kenapa?"

Kali ini Sally pun duduk di bangku kosong samping Sana.

"Kak Chaeng mo ngomong terkait proyek itu." Jelas Sana. "Capek ya? Nih aku bawain handuk sama air."

Sally menggelengkan kepalanya. "Thanks, tapi aku udah ada air dan handuk di dalam tasku." Jawabnya sambil menunjukkan tasnya. "Kamu tunggu bentar di sini, aku mandi dulu ya. Abis tu kita berangkat bareng."

Sana menganggukan kepalanya. Sally pun melangkah menjauh dan menuju kamar mandi tempat latihan itu, meninggalkan Sana yang kembali untuk memainkan telepon genggamnya (lagi) sembari menunggu Sally.

"Kalau temanmu gamau ini, buat aku aja ya."

Tiba-tiba saja Jungkook mengambil sebotol air minum dan handuk yang disediakan Sana tadi untuk Sally. Laki-laki itu dengan segera, tanpa menunggu persetujuan dari Sana, membuka dan meminum air yang seharusnya diberikan Sana kepada Sally. Dia juga menyeka peluh di wajahnya dengan handuk kecil yang disediakan Sana.

"Hey jangan main ambil sembarangan aja! Itu punya Sally." Seru Sana.

"Tadi aku denger dia nolak ini, dan dari pada sayang ga kepake ya udah buat aku aja."

"Yeah, whatever."

Sana benar-benar tidak ingin berinteraksi dengan laki-laki itu. Dia juga merasa tidak nyaman dengan kehadiran Jungkook. Laki-laki itu masih saja berada di sana setelah Sana tetap mengabaikan kehadirannya. 

Sana bahkan bisa melihat gedung tempat latihan itu sudah mulai kosong. Dia mulai merasa gelisah karena takut tertinggal sendirian dengan Jungkook, yang masih belum berpindah dari tempat duduk di sampingnya. 

Walupun memang sejauh ini Jungkook hanya memainkan hpnya, dan tidak melakukan apapun. Tetap saja Sana gelisah, dia tahu bagaimana karakter obsesif Jungkook yang patut dicurigai rencana apa saja yang akan dia lakukan kepada Sana.

Untungnya, setelah kurang lebih 15 menit ditinggal oleh Sally, gadis Taiwan itu pun kembali menemui Sana di bangku itu.

"Hey, kamu gapapa?" Tanya Sally sembari melirik ke arah Jungkook yang masih berada di dekat Sana.

"Gapapa. Udah kan ya? Kalau gitu berangkat yuk." Ajak Sana yang kemudian berdiri. Sally mengangguk dan mempersilahkan Sana untuk berjalan terlebih dahulu.

"See you, Sana!" Sahut Jungkook dari belakang mereka. Sana tidak memedulikan sahutan laki-laki itu, melainkan Sally yang membalikkan badannya dan menatap tajam sekali lagi ke arah Jungkook.

Kedua gadis itu pun berjalan menuju tempat parkiran, tempat di mana motor Sally berada.

"Kamu beneran gapapa kan? Dia ga ngelakuin sesuatu ke kamu kan?" Tanya Sally memastikan keadaan Sana.

Sana mengangguk, "Iya aku gapapa. Tadi dia cuma duduk di situ, agak creepy sih tapi thank God dia ga ngapa-ngapain."

"Terus kamu ngasih handuk sama botol minumku ke dia?"

"Ih enggak tau. Dia yang tadi ngambil sendiri, aku aja kaget dia ngambil botol dan handuk itu tiba-tiba" Jelas Sana. "Lagian itu juga bukan punya kamu kan? Tadi aku tawarin ke kamu, kamu sendiri yang nolak".

"Bukan nolak, aku udah punya air minum dan handuk sendiri." Koreksi Sally.

"Iya iya deh."

Sesampainya di tempat Sally memarkirkan motornya, Sana langsung menggunakan helm yang sedari tadi dia bawa. Helm ini baru dia beli, karena selama ini dia tidak mempunyai keluarga atau teman yang menggunakan kendaraan motor.

Sana mengira dia akan sering berkelana dengan kendaraan Sally, jadi dia juga harus menyediakan helm sendiri.

Sally dan Sana kemudian melakukan perjalan menuju ke rumah Sana. Kali ini, Sana menjadi orang yang memandu jalan mereka. Dia menggunakan GPS dari telepon genggamnya untuk membantu Sally mengendarai motornya menuju tujuan mereka.

Sekitar 20 menit kemudian, mereka pun akhirnya tiba di mansion, tempat tinggal Sana bersama dengan Chaeyoung dan Mina. Sana memasukkan kode kunci rumah mereka untuk membuka akses masuk ke dalam rumah mewah tersebut.

"Kak Mina, Kak Chaeng! Kami datang." Panggil Sana ketika sudah memasuki rumah. Sana pun menyuruh Sally juga untuk mengikutinya masuk lebih dalam.

"Hey, akhirnya kalian sampai juga."

Mina dan Chaeyoung pun hadir dan menyambut mereka. 

"Mina udah masak banyak banget tu, yuk kita ke ruang makan. Kalian juga pasti belum makan malam." Ajak Chaeyoung dengan senyuman hangat. Melihat sambutan hangat dari Mina dan Chaeyoung, Sally pun tersenyum dan mengikuti mereka menuju ruang makan.

Chaeyoung mempersilahkan mereka untuk mengambil tempat supaya langsung dapat melaksanakan makan malam mereka. Mina dan Chaeyoung duduk bersebelahan, sedangkan Sally dan Sana duduk bersebelahan satu dengan yang lain. Posisi duduk mereka saat ini adalah Sally berhadapan dengan Chaeyoung, dan Sana berhadapan dengan Mina.

Makan malam bersama dengan Mina dan Chaeyoung berjalan dengan baik, sembari mereka bertukar cerita terkait satu dengan yang lain. Lebih tepatnya Chaeyoung yang membuka topik percakapan — Chaeyoung lebih banyak menanyakan terkait perkuliahan Sally, dan bagaimana kehidupan Sally sejauh ini selama berada di London — dan Sally tidak begitu banyak menjawab, lebih tepatnya Sana lebih banyak bercerita tentangnya kepada Chaeyoung.

Seiring berjalannya waktu, mereka tidak begitu banyak berbicara. Mereka menikmati santapan makan malam dalam keheningan, hingga masing-masing selesai menyantap makanan mereka. 

Chaeyoung pun mengajak Sally untuk berbincang lebih lanjut terkait project, yakni alasan kehadiran Sally pada malam ini. Mereka berdua pun menuju ke ruang tamu, sedangkan Sana dan Mina membersihkan peralatan makan malam hari ini.

"So, Sally aku ga bakal basa basi banyak sih. Jujur awal denger kamu floor-in ide dan konsep kamu aku tertarik banget. Dan kamu sendiri tahu, waktu itu aku bilang aku pengen langsung rekrut kamu magang, tapi ga dibolehin sama peraturan perusahaan"

Sally mengangguk dan mengikuti alur pembicaraan ini. Dia masih ingat bahwa terakhir kali, Chaeyoung dengan terpaksa harus menolaknya karena belum memenuhi kriteria untuk magang di tempatnya.

"Tapi, aku punya kabar baik dan kabar buruk buat kamu. Kamu pengen dengar yang mana dulu?"

"Kabar buruk mungkin, kak?"

"Okay, kabar buruknya kalau kamu keterima untuk buat project ini, kamu ga bakal dibiayain sepenuhnya seperti magang. Lebih kepada kamu jadi freelancer di perusahaan kita. Dan kontraknya juga tentu ga sama seperti kontrak kerja atau kontrak magang yang berlaku."

"Lalu, apa ini artinya aku bisa terlibat dalam project ini di perusahaan kakak?" Tanya Sally yang penuh dengan harapan.

Chaeyoung tersenyum, "Bisa jadi. Kabar baiknya, Om Yuto, papanya Sana dan Mina, tertarik untuk melihat konsep kamu. Jadi dia beri sedikit kelonggaran untuk kamu bisa nunjukkin seberapa besar tekad kamu. Tentunya kamu gak langsung terlibat, kami harus lihat terlebih dahulu presentasi kamu terkait ide dan konsep yang kamu punya" Jelas Chayeoung. 

"Kamu harus buat Mock-Up dan proposal yang harus dipresentasikan kepada MSUN Group, atau secara gampang dipahami presentasi kamu ini bakal di nilai langsung dari Om Toru dan aku untuk nerima kamu atau gak."

Sally sendiri sangat kaget, untuk mendapatkan kesempatan seperti ini sangat langka. Apalagi grup perusahaan besar seperti MSUN Group — grup perusahaan keluarga Minatozaki — sangat ketat peraturannya.

"Gimana menurut kamu, Sally?"

Tentu saja Sally tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Terutama dia akan terlibat langsung dalam project perusahaan Chaeyoung. Itu artinya dia akan memiliki cukup banyak waktu yang dihabiskan dengan Chaeyoung.

"Suatu kehormatan untuk aku bisa diberi kesempatan seperti ini, kak. Tapi boleh tahu tidak? Kira-kira berapa lama waktu yang diberikan oleh grup perusahaan buat aku untuk persiapin Mock-Up dan presentasi proposal?

"Om Toru ngasih kamu waktu 1 bulan mulai dari sekarang, dan ini udah termasuk sama pertemuan evaluasi progress bareng aku. Mengingat ini udah hampir musim dingin, dan artinya udah mau dekat musim launching M&C Hotel, jadi kita kudu nekenin jadwalnya. Kamu siap kan?"

Sebenarnya, pengerjaan tugas ini dalam 1 bulan dapat dikatakan cukup berat. Sally sendiri juga memiliki kesibukan dalam kehidupan akademis dan non-akademis, sehingga cukup padat jadwalnya. Namun, dia tidak akan mundur dari kesempatan yang diberikan.

Sally sangat mensyukuri bahwa kesempatan ini cukup membuka gerbang pintu kedekatannya dengan kakaknya. Dia juga tidak begitu peduli terkait gaji yang didapatkan dalam mengikuti project ini. Prioritasnya masih sama, yang penting baginya adalah dekat dengan Chaeyoung.

"Iya kak, aku siap." Jawab Sally dengan mantap. Mendengar konfirmasi dari Sally, Chaeyoung tersenyum senang dan menepuk pundak Sally seakan meyakini bahwa dia percaya Sally bisa menangani ini.

Sepanjang malam itu juga, Chaeyoung mencoba menjelaskan teknis yang harus dikerjakan Sally pada nantinya untuk membuat proposal. Dia juga berjanji untuk mengirimkan template proposal dan TOR melalui E-mail Sally.

Setelah berbincang-bincang cukup lama, Sally akhirnya memutuskan untuk pulang karena malam sudah semakin larut. Sally mengucapkan salam perpisahan kepada Mina dan Chaeyoung. Lalu, Sana pun mengajukan diri untuk mengantarnya keluar.

"So, how was it? ". Tanya Sana

"Kata kak Chaeyoung aku harus buat presentasi Mock Up dan proposal buat terlibat dalam project ini. Dan aku terima. I guess, Kamu udah ngomong sama papa kamu?"

Sana menganggukkan kepalanya, "Iya aku udah ngomong sama papaku. Kan aku bilang apa? Udah pasti berhasil kalau aku ngomongin ini ke papa. Dan aku ikut senang, kamu punya kesempatan." 

Kali ini Sally bisa melihat Sana tersenyum manis ke arahnya. Sally terlalu larut ke dalam senyum Sana saat itu, hingga ia bingung harus menjawab apa.

"Oh iya untuk perjanjian kita-"

"Untuk kencan nanti aja. Saat ini kamu fokus aja dulu buat persiapan presentasi, ada banyak yang harus kamu kerjakan." Potong Sana sebelum Sally membahas lebih lanjut terkait perjanjian mereka. "Oh ya, aku tahu deadline presentasi kamu pasti dikit banget waktunya. Untuk itu, aku bakal ngomong ke Dahyun sama Jeongyeon buat bantuin kamu untuk bikin mock-up. Dan aku juga bisa bantu kamu untuk nyusun proposalnya. Aku jamin kamu ga bakal sendirian kok."

Sally tersenyum, dia sangat bersyukur atas tawaran Sana ini. "Thanks Sana, kamu udah bantu aku banyak banget."

"Santai aja. Kita kan teman." Jawab Sana. "Sekarang pulang gih, besok kita masih ada kuliah juga."

Sally mengangguk. Dia pun memakai helm dan menyalakan mesin motornya. "Kalau gitu aku balik dulu ya, San?"

Sana mengangguk, "Hati-hati, Sally."

Dengan begitu, Sally pun mengendarai motornya meninggalkan mansion Sana. Sana pun memandang Sally yang sudah semakin menjauh, hingga gadis itu tidak terlihat jelas, baru Sana memutuskan untuk masuk kembali ke rumahnya.

_____________________________________________

Satu bulan untuk mengerjakan tugas yang diberikan kepada Sally merupakan waktu yang cukup menantang. Sally bisa merasakan dia cukup kesusahan untuk menyesuaikan jadwalnya. 

Untung saja, seperti yang dikatakan Sana, Dahyun dan Jeongyeon siap membantunya menyusun Mock Up project yang dibuatnya. Sana juga menjadi rekan yang sangat membantu, saran dan kritik Sana sangat berguna untuk tugas Sally.

Hampir setiap hari dalam seminggu, Sally mengunjungi mansion Dahyun dan Jeongyeon. Mereka sepakat untuk mengerjakan tugas Sally di sana. Terkadang juga Sally mengerjakan tugasnya di apartemennya sendiri, tanpa bantuan Jeongyeon dan Dahyun.

Setiap hari Rabu, setelah menyelesaikan latihan pemanahan, Sally langsung menuju ke tempat tinggal Dahyun dan kawan-kawan. Sana sendiri tidak pernah absen untuk menemani Sally latihan. Hal itu seperti sudah menjadi rutinitas bagi keduanya.

Sally sendiri selalu menyuruh Sana untuk langsung saja ke mansion teman-temannya, namun gadis Jepang itu akan menolak dan bersikeras menunggu Sally hingga selesai latihan.

"Gak papa kok, aku juga ada kelas malam tiap hari rabu. Jadi sekalian aja bareng kamu." Alasan Sana setiap Sally menyuruhnya untuk pergi duluan.

Seperti kunjungannya pada pertama kali, Sana selalu membawa sebotol air putih dan handuk ketika dia menghampiri Sally saat latihan. Berbeda dari sebelumnya, Sally pun menerima pemberian Sana. Walaupun terkadang dia terlanjur membawa botol air maupun handuk miliknya sendiri, Sally lebih memilih menggunakan apa yang diberikan oleh Sana.

Sally belum memberi tahu kepada Jeongyeon dan Dahyun terkait perjanjian kencannya dengan Sana. Hal itu tidak pernah terlintas di benak Sally, maupun Sana. Mereka memang untuk saat ini lebih fokus kepada tugas yang dikerjakan sekarang. Apalagi waktu berjalan dengan cepat.

Tak terasa mereka sudah mendekati tenggat waktu yang diberikan oleh grup perusahaan MSUN Group. Kurang dari 2 minggu lagi, Sally sudah harus menyelesaikan tugasnya dan mempresentasikannya di hadapan stakeholder internal MSUN Group.

Syukurlah, berkat bantuan Jeongyeon, Dahyun, dan juga Sana, Sally sudah 85% selesai dengan tugas tersebut. Meski memang masih harus ada beberapa hal yang dibuat detail, dan Sally juga harus melatih dirinya untuk mempresentasikan apa yang telah dia buat. Jujur saja hal terakhir yang dia persiapkan itu cukup sulit, bahkan lebih sulit dari membuat Mock Up. Sally tidak begitu pandai dalam public speaking, sehingga dia perlu melatih kemampuannya untuk lebih bersifat persuasif.

Hari ini adalah salah satu hari yang padat bagi Sally. Saat ini dia sedang berada di mansion Dahyun dan Jeongyeon. Sana tidak bisa hadir tepat waktu hari ini karena harus menyelesaikan tugas kuliahnya terlebih dahulu, namun dia berjanji untuk menyusul ketika sudah menyelesaikan tugas kuliahnya.

"Sally kita perlu ngomong deh." 

Sally pun melepas perhatiannya dari laptop dan menatap Dahyun ketika dia mendengar namanya dipanggil.

"Ada apa?"

"Kamu diajak kencan sama Sana?"

"Hah? Seriusan? Kamu diajak kencan sama Sana?" Kali ini Jeongyeon yang menanyakan ini. Dia tampak terkejut juga, sama halnya dengan Sally. Sally tidak tahu dari mana Dahyun (dan Jeongyeon juga) mengetahui perjanjian dia dengan Sana. 

"Iya, kata Nayeon tadi, pas aku lagi bantuin dia bersihin ruang tengah, Sana cerita ke dia dan Jihyo kalau dia ngajak kamu kencan." Jelas Dahyun.

Sally membatin bahwa ini masuk akal kalau Dahyun mengetahui ini semua dari Nayeon. Sally sudah menduga, setidaknya Sana akan menceritakan hal ini pada sahabatnya.

Sally menghembuskan nafasnya, dia tidak punya pilihan lain selain mengatakan hal yang sebenarnya. Lagi pula tidak ada gunanya untuk berbohong, Sana sendiri sudah menceritakan ini kepada teman-temannya yang lain.

"Iya, tapi ini lebih kepada balas budi sih. Sana bantuin aku buat dapat kesempatan partisipasi di project kak Chaeyoung, dan aku pergi kencan sama dia." Jelas Sally. "Sana sendiri ngomong kalau dia pengen experience hal-hal seperti itu."

Mendengar cerita Sally, tentu saja Dahyun dan Jeongyeon terkejut, sebagaimana Jihyo dan Nayeon yang juga kaget ketika Sana bercerita tentang hal ini. Setelah sekian lama berteman dengan Sana, dan menyaksikan Sana yang menolak banyak sekali orang yang mengajaknya kencan, kali ini Sana sendiri yang mengajak Sally terlebih dahulu.

"Tenang aja gais, aku sama Sana cuma kencan biasa. Ga harus kek kencan yang benar-benar 'kencan'." Tegas Sally. Dia hanya ingin membuat jelas kalau hal ini tidak akan memengaruhi pertemanan mereka. Sally juga tidak punya maksud lain menerima ajakan Sana, dia hanya mengiyakan demi mendapatkan kesempatan ini. Benar bukan?

"Hm. . . asal kamu tau aja ya Sally, Sana belum pernah pacaran atau dekat sama siapapun, in romantic way. Jadi, please jangan kacauin kencan ini. Mungkin kamu biasa aja, tapi aku yakin Sana naruh harapan penuh." Tegur Dahyun.

"Maksud kamu?"

"Sana ga bakalan pernah duluan ngajakin orang kencan. Kalau dia ngajak kamu, ini berarti dia tertarik sama kamu." Jawab Jeongyeon.

"Tenang aja gais. Like i said, ini cuma kencan biasa. Aku gak bakalan macam-macam juga ke Sana. Kalian kan temanku"

Dahyun dan Jeongyeon hanya mengangguk. Mereka mempercayai Sally. Mereka yakin Sally bukan orang yang punya maksud buruk terhadap Sana. Menjadi teman Sally selama sebulan lebih mengajarkan Dahyun dan Jeongyeon, bahwa Sally adalah orang yang benar-benar tulus. Walaupun mungkin tampak dari luar, dia terlihat seperti orang yang dingin.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu pengen banget partisipasi di project ini?"

"Kak Chaeyoung juga nanya gini waktu itu." Kata Sally dengan ketawa kecil. "Aku pengen aja sih, dari awal kak Chaeyoung ceritain konsep M&C Hotel, aku jadi kek amazed. Sesuatu dalam diri aku kayak menyuruh supaya aku bisa take a risk, dan itung-itung juga bisa nambah pengalaman."

"Tapi kenapa harus kak Chaeyoung? Maksudku, kamu juga baru kenal dengan kak Chaeyoung."

Dahyun dan Jeongyeon bisa melihat Sally tersenyum sedikit sebelum menjawab, "Karena kak Chaeyoung mirip sama kakakku." 

Jawaban Sally tentu membuat Dahyun dan Jeongyeon menatap satu sama lain dalam keheranan. Sally pun buru-buru menjawab lagi, "Aku punya kakak yang mirip sama kak Chaeyoung. Dia mengingatkanku terhadap kakakku yang udah lama banget udah ga aku temui."

Setelah itu Dahyun dan Jeongyeon tidak menanyakan lebih lanjut, Sally pun mencoba untuk mengganti arah fokus mereka untuk kembali mengerjakan tugas tersebut. Sally merasa lega karena Dahyun dan Jeongyeon tidak bertanya lebih lanjut lagi. 

Jika saja mereka menggali lebih dalam, Sally tidak yakin dia bisa berbohong. Nyatanya, dia adalah pembohong yang buruk.

Malam semakin larut, namun ketiga gadis itu masih mengerjakan tugas. Sana juga telah bergabung dengan mereka sejak jam makan malam. Melihat hari yang sudah semakin larut, Sana menawarkan Sally untuk menginap di sana. Oleh karena besok adalah akhir pekan, Sally pun menyutujui hal tersebut.

Kira-kira pada pukul 12 malam, Sally memutuskan untuk menyudahi pekerjaan hari ini. Ditambah besok siang dia harus menemui Chaeyoung untuk memberikan update terkait prosesnya. Maka dari itu, dia memutuskan juga dia harus beristirahat cukup untuk memiliki stamina yang fit besok. 

Sally mengajak mereka semua untuk bersih diri dan bersiap untuk tidur. Sama seperti sebelumnya, Sally akan tidur di kamar yang sama dengan Jeongyeon dan Dahyun.

Setelah Sally membersihkan gigi dan wajah, serta melakukan rutinitas skincare-nya, Sally pun bergegas menuju tempat tidurnya. Dahyun dan Jeongyeon merasa sangat kelelahan, hingga pada saat kepala mereka berdua bertemu dengan bantal, mereka langsung tertidur pulas dalam alam mimpi mereka.

Berbeda dengan Sally, dia sudah berusaha memejamkan matanya dan mencoba untuk membuat dirinya relax, namun tidak berhasil sama sekali untuk tertidur. Sally benar-benar ingin secepatnya tidur, karena dia besok harus bangun cukup awal.

Sally pun teringat akan terakhir kali dia menginap di sini. Teh Chamomile yang diberikan oleh Sana bekerja dengan baik untuk membantunya tidur waktu itu. Dia kemudian menimbang-nimbang, apakah dia harus menghubungi Sana? Supaya meminta tolong untuk membuatnya teh itu lagi.

Sally mengambil ponsel yang tadi sedang ia charge, dan mencoba untuk membuka aplikasi chatting lalu mencari kontak Sana. Tak terduga olehnya, Sana terlihat sedang online. Sally pun memutuskan untuk meminta tolong melalui chat. Dan tidak disangka kalau Sana akan membalas pesannya dengan cepat


[Sally-12:05 AM] sana, masih bangun?

[M. Sana-12:05 AM] masihh

[M. Sana-12:06 AM] ada apa?

[Sally-12:07 AM] aku ga bisa tidur. Boleh minta tolong buatin teh kayak kemarin?

[M. Sana-12:07 AM] suree:)

[M. Sana-12:08 AM] ketemu aku di bawah ya.


Dengan begitu, Sally pun kembali mengisi baterai hp-nya. Dia menengok ke araha Dahyun dan Jeongyeon yang tertidur pulas, Sally berharap dia bisa tidur segampang mereka.

Sally pun membuka pintu kamar dan langsung bergegas menuju dapur, yang letaknya di lantai bawah. Lampu ruangan di lantai bawah telah dinyalakan oleh Sana, dan Sally langsung menuju ke arah dapur. Di sana dia melihat Sana sudah menyiapkan barang-barang.

"Hey, maaf aku repotin ya." Sapa Sally.

"Gapapa kok, aku udah duga sih mesti kamu ga bisa tidur lagi." Kata Sana sembari tersenyum. 

Sally melihat Sana sedang mempersiapkan alat-alatnya, dan dia menawarkan diri untuk membantu Sana. Sally pun ditugaskan Sana untuk mendidihkan air panas. Lalu, ketika air tersebut sudah mendidih, Sally melihat Sana memasukkan beberapa bunga chamomile kering di dalam pot air panas.

Setelah beberapa saat, Sana pun menuangkan teh yang sudah larut di cangkir mereka masing-masing.

Tidak seperti sebelumnya, di mana mereka akan duduk meminum teh chamomile sambil melihat bintang, kali ini Sana menawarkan untuk hanya duduk di ruang makan.

"Kamu emang punya masalah tidur ya?". Tanya Sana.

Sally hanya mengangguk, "Dulu iya, tapi semenjak aku terapi dan minum obat, it works. Tapi gatau kenapa jadi balik lagi."

"Sejak kecil?"

Sally mengangguk. Sally bisa melihat kekhawatiran di mata Sana, seakan dia ingin menanyakan lebih lanjut, namun sesuatu di dalam diri Sana menahannya. Sally bersyukur bahwa Sana tidak menggali lebih dalam masalah ini, karena dia sendiri tidak tahu  bagaimana untuk menceritakan semuanya, dari awal.

Kini mereka terdiam dalam hening, sembari menikmati teh masing-masing.

"Sana." Panggil Sally memecahkan keheningan.

"Hm?"

"Kamu suka teh?" Tanya Sally yang membuat Sana tertawa kecil karena cukup random sekali pertanyaannya.

"Bukannya ini pertanyaan buat kalo kita nge-date  nanti ya? Cari tahu kesukaan satu sama lain." Canda Sana. "Tapi kalo ditanya aku suka teh, iya sih aku suka. Soalnya dulu tradisi keluargaku pas masih tinggal di Osaka dan di Seoul, kita sering ada perjamuan teh gitu." Jelas Sana.

Hal tersebut membuat Sally menjadi penasaran terkait bagaimana kehidupan Sana sebelum mereka pindah ke London. Bagaimana kehidupan teman-temannya. Dan bagaimana kehidupan Chaeyoung setelah melangkahkan kaki keluar dari keluarganya.

"So, gimana kehidupan kamu sebelum kamu pindah ke sini? I mean, aku dengar dari Dahyun dan Jeongyeon, kalian udah temanan sejak sekolah dasar kan?"

Sana mengangguk. Dia mulai bercerita bagaimana kehidupannya ketika bertemu dengan teman-temannya, yang mana Sally masih menginggat kenangan-kenangan itu (ketika dia pun masih tinggal di Seoul; dan masih menjadi Chou Tzuyu).

Sana bercerita setelah Tzuyu pindah, dampak yang sangat signifikan bisa dirasakan oleh teman-temannya. terutama bagi Sana. Nilainya menjadi buruk, Sana terlihat termenung dan tidak semangat seperti biasanya. Namun, Sana menjelaskan kalau berkat teman-temannya dia bisa bergerak dan melewati itu semua.

Selama ini, Dahyun menjadi orang yang sangat peduli terhadap Sana. Dia adalah teman yang bisa menjadi sandaran bahu ketika Sana sedang sedih, lelah, atau bahkan sedang marah. Sana juga menggambarkan Dahyun sebagai teman yang protektif, setiap ada orang yang mengajak Sana kencan, Dahyun dan Jeongyeon akan menakut-nakuti mereka.

Jeongyeon juga merupakan teman yang sangat pengertian. Sana menceritakan bagaimana Jeongyeon selalu mengajari Sana pelajaran Matematika, ketika materi pelajaran sudah mencampurkan angka dengan alfabet, sejak mereka masih SMP hingga SMA. Sally pun mengerti bahwa Jeongyeon adalah orang yang sangat pandai.

Nayeon pun adalah teman yang sangat mirip dengan Sana, seakan mereka berdua memiliki jalan pemikiran yang sama. Sana bercerita kalau dulu Nayeon sering kali mengajak Sana untuk bolos ke kantin ketika pelajaran Fisika. Sana pun dengan senang hati selalu menerima ajakan Jeongyeon.

Dan Jihyo, dia seperti sosok ibu dalam grup mereka. Sana menceritakan sekali lagi bagaimana Jihyo selalu menjadi orang yang mengeluh setiap Sana dan Nayeon bolos hingga dihukum (apabila ketahuan). Bagaimana Jihyo selalu menasehati dan memberikan solusi ketika salah satu dari mereka sedang berada di dalam masalah. Sally pun tersenyum mendengar hal ini, tentu saja Jihyo dari dulu tak pernah berubah.

Mendengar cerita Sana membuat Sally merasa sedikit tenang, bahkan mengundang rasa kantuknya. Bukan berarti Sana membosankan, namun suara lembut Sana seperti mendongeng Sally. 

Sana pun bisa melihat bahwa Sally mulai merasa ngantuk. Dia tersenyum tipis karena berhasil membantu Sally. Setelah menghabiskan teh chamomile, Sana menganjurkan untuk mereka langsung tidur saja. Mereka bisa membersihkan peralatan minum teh besok. Sally juga mengucapkan terima kasih atas teh yang dibuatkan Sana.

Sana dan Sally bersama-saman menaiki tangga untuk menuju kamar masing-masing. 

Sana terlebih dahulu sampai di depan pintu kamarnya — kamar tempat Sana tidur terletak dekat dengan tangga — sedangkan kamar tempat Sally tidur, terletak di ujung lorong. Sebelum membuka pintu kamar, Sana tertegun melihat Sally masih berada di belakangnya.

"Ehm. . . jumat depan kamu selo gak?" Tanya Sally.

"Untuk saat ini aku gak ada jadwal sih. Emangnya kenapa?"

"Eh itu, aku mau ajak kamu makan malam." Gumam Sally. "Buat kencan kita". Kali ini Sally mengatakannya sedikit pelan. Sana bisa melihat walaupun lorong ini memiliki cahaya yang minim, wajah Sally merona saat mengatakan itu

Sana pun tersenyum lebar, Sally terlihat menggemaskan. "Tapi gapapa? Kan kamu belum selesai project-nya"

"Gapapa kok, thanks to Dubu dan Jeong, dan kamu juga, aku udah hampir selesai." Tegas Sally. 

"Okay deh, if you say so. Mau jam berapa? Biar aku kosongin jadwal kedepannya."

"Sabtu, jam 7 malam? Gimana?"

Sekali lagi Sana tersenyum, dia tidak sabar untuk menunggu hari sabtu. "Perfect."

Sally pun ikut tersenyum ketika Sana mengkonfirmasi hal tersebut. "Okay."

Sana kemudian mulai memutarkan gagang pintu untuk membukanya, namun sebelum dia masuk ke kamar, Sana membalikkan badan sekali lagi untuk melihat Sally yang masih berdiri di belakangnya.

"Good night, Sally. Nice dream."

Setelah mengucapkan itu, Sana tiba-tiba memajukan tubuhnya untuk mendekati Sally yang masih tidak bisa memproses apapun, karena semuanya terlalu cepat.

Cup

Bibir Sana mendarat tepat di pipi Sally. Sana menarik kembali tubuhnya dan melihat ekspresi Sally yang terdiam seperti patung. Sambil cekikikan, Sana sekali lagi mengucapkan selamat malam dan masuk ke dalam kamar secepat mungkin. 

Dia tahu bahwa dirinya membuat hal yang seharusnya tidak dia lakukan (setidaknya untuk sekarang; karena mereka belum sampai pada tahap tersebut). 

Sana menyandarkan badannya di pintu sembari memegang sisi kiri dadanya, jantungnya berpacu keras seakan ingin keluar. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia merasakan hal seperti ini, seseorang yang membuatnya gugup namun juga senang di saat yang bersamaan.

Di balik pintu, Sally masih berdiam diri di sana mencoba memproses semua dengan pelan. Tangannya pun menyentuh tempat di mana bibir lembut Sana mendarat tadi. Dalam dirinya, otak maupun hatinya berdebat satu dengan lain. 

Otaknya menyuruh untuk Sally tetap tegar dalam pendiriannya, supaya dia tidak jatuh kepada Sana. Otaknya terus menerus mengingatkannya untuk fokus kepada tujuan utamanya di sini.

Sedangkan hatinya memerintahkan Sally untuk tidak mendengarkan apapun yang diperintahkan oleh pikirannya. Dan dalam lubuk hati Sally mengakui bagaimana rasa empuk bibir Sana di pipi Sally membuat candu. Hatinya terus menerus memutar kembali bagaimana senyum manis Sana dan bibir indahnya mencium pipi Sally malam ini.

"Fuck, percuma minum teh chamomile. Aku jadi ga bisa tidur lagi ini pasti."

_____________________________________________

(A/N): Kalian penasaran gimana Satzu date? Sama saya juga HAHAHA /Evil Laugh/

Anyway thanks udah baca sampe sini, skuy votmen. Vote sampai 65 dan aku bakal lanjut lagi hehewww :D

See you gaisss

Continue Reading

You'll Also Like

286K 22.2K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
426K 34.4K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"
90.9K 12.8K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
114K 8.2K 53
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote