Like Father Like Son. Right?
SELAMAT MEMBACA💘
•••
46. DEEP TALK W/AYAH
Pulang les Gentar langsung gas ke Tongkrongan Perganta. Tadi cowok itu mampir sebentar ke supermarket untuk membeli susu kedelai kotak kesukaannya dan ciki-ciki untuk teman-temannya yang sedang nongkrong.
Kedatangannya disambut meriah oleh anggota Perganta yang menanti ciki-ciki yang Gentar bawa.
"Lo nggak kembung tuh minum lima kotak susu?" tanya salah satu anggota Perganta yang duduk di sebelah Gentar. Namanya Reno.
"Gue minum satu doang yang empat buat stok di rumah," jawab Gentar lalu meminum susu kedelai kotak itu.
"Sesuka itu sama susu kedelai? Kenapa nggak susu kacang ijo atau susu cokelat?"
"Sekarang gue balik tanya ke lo," ujar Gentar meletakkan susu yang tadi ia minum. Ia menoleh ke arah Reno. "Lo kenapa suka banget sama basket? Padahal ada voli, ada futsal, ada sepak bola."
Reno diam tidak bisa menjawab. Melihat seringaian kecil Gentar membuat Reno cengengesan.
"Bingung kan lo mau jawab apa?" tebak Gentar dibenarkan oleh Reno.
"Gue tarik aja deh pertanyaan gue."
"Jangan ditarik, gue bakal jawab," kata Gentar seraya memegang susu kedelai kotak yang sudah ia minum hingga habis.
"Lo pasti tau kejadian gue sama Azkira dulu yang hampir sebulanan jadi bahan omongan anak-anak Mahanta."
Reno mengerutkan keningnya. Melirik ke atas dan mengingat-ingat kembali kejadian saat awal-awal masuk ke SMA Mahanta.
"Oh gue inget, pas Azkira jambak rambut lo di perpus karena tiba-tiba mati listrik kan?"
Gentar tertawa pelan dan mengangguk membenarkan. "Sehari kemudian Azkira nyamperin gue buat minta maaf. Dia ngasih susu kedelai kotak ke gue," katanya.
"Azkira sadar lo suka susu kedelai itu karena dia?"
"Nggak tau gue nggak pernah nanya. Tapi kayanya dia lupa."
Reno kembali flashback ke masa-masa itu. Masa di mana Gentar memiliki hubungan yang terbilang cukup manis dengan Jella.
"Anjir lo, Gen," cetus Reno tiba-tiba. "Bisa-bisanya ngebucin Azkira pas masih pacaran sama Jella," lanjutnya lalu terkekeh.
"Sembarangan lo," sahut Gentar. "Nggak gitu konsepnya."
"Santai-santai." Reno merangkul Gentar dan mebepuk bahunya pelan. "Gue becanda doang."
"Iya gue juga tau," balas Gentar. Ia celingukan mencari keberadaan kucing yang sedari tadi mengeong.
"Lo denger suara kucing nggak?" tanya Gentar pada Reno.
"Denger lah kan gue yang bawa kucing," jawab Reno sembari mengangkat box kucing yang ada di bawah bangku.
Reno mengeluarkan kucing berwarna oren dari box yang dia bawa, kemudian menyerahkan kucing itu pada Gentar yang sudah mengulurkan tangan.
Mata Gentar terlihat sangat antusias saat menggendong kucing oren yang menggemaskan itu.
"Kucingnya lucu kaya gue," ujar Gentar memuji kucing Reno sekaligus memuji dirinya sendiri. Ia langsung mengeluarkan ponsel dan selca.
"Dih, narsis banget." Reno mencibir.
"Buat di-pap ke pacar," ucap Gentar membela diri. Ia menyerahkan kucing oren itu ke Reno dan membuka imess-nya.
Reno melirik layar ponsel Gentar sekilas karena temannya itu senyum-senyum sendiri dari tadi. Ternyata benar kata Ganang saat Gentar putus dengan Jella dulu, kalau Gentar akan jauh lebih bahagia tanpa Jella.
"Bismillah semoga langgeng ya, Gen," ucap Reno seraya menepuk bahu Gentar dua kali.
"Kalo lo nikah sama Azkira gue bakal dateng paling awal. Ikhlas banget gue jadi seksi icip-icip catering," kata Reno membuat Gentar tidak jadi terharu.
"Alhamdulillah gue masih diberi kesabaran ngadepin temen kaya lo." Gentar tersenyum paksa.
Ganang, Fiki, dan Adi yang baru saja sampai langsung nimbrung. Mereka tampak kusut mukanya. Membuat Gentar mengerutkan keningnya bingung.
"Udah kelar rapat buat bazar Mahanta minggu depan?" tanya Gentar dan Ganang menggelengkan kepalanya.
"Terus ngapain ke sini kalo belum kelar?" Reno ikut bertanya. Reno menoleh ketika ada yang memegang bahunya. Zio, cowok itu duduk di sebelahnya. Muka Zio juga kusut sama seperti ketiga sahabat Gentar.
"Panitia yang harusnya handle bazar malah pada ribut tadi pas rapat jadi kami langsung cabut," jawab Ganang.
"Tumben banget ada yang ribut lo pada nggak ikutan ribut?" Gentar terkekeh pelan.
"Ributnya adu mulut, Gen, kurang greget." Adi menyahut. "Pusing gue dengernya. Yang satu belum kelar ngomong yang satunya udah nyahutin. Gitu terus anjir dua jam rapat."
"Emang ributin apaan?" tanya Gentar jadi kepo.
"Biasalah soal dresscode, guest star, harga tiket masuk, sama keamanan." Fiki yang menjawab.
"Keamanan kan dari tahun kemarin tanggung jawab Perganta, kenapa masih diributin?" tanya Gentar lagi.
"Lo kaya nggak tau Reval sama bocah-bocahnya aja sih, Gen?" sahut Adi dengan wajah sebalnya. "Asli kesel banget gue dia ngerendahin Perganta terus sepanjang rapat tadi."
Mendengar hal itu Gentar langsung menegakkan tubuhnya. Raut wajahnya jadi lebih serius ketimbang beberapa saat tadi. Kalau sudah menyangkut Perganta ia tidak akan diam saja. Apalagi ada yang merendahkan Perganta.
"Tandain orang yang udah ngerendahin Perganta. Pantau terus. Kalo masih berani ngomong macem-macem langsung lapor ke gue," ujar Gentar memberi amanah.
Mereka mengangguk patuh. Tanpa Gentar suruh pun mereka akan tetap melakukannya. Perganta bukan sekedar perkumpulan tapi juga keluarga dan tempat untuk pulang. Kalau ada yang mengusik satu orang, semua anggota akan maju. Apalagi ada yang menyenggol Perganta, tidak ada yang tinggal diam, all out membela.
"Besok ada rapat lagi, Gen, lo bisa dateng?" ujar Zio bertanya pada Gentar.
"Bisa. Gue bakal dateng besok." Gentar menyanggupinya.
"Njir, pada tegang amat," celetuk Reno sembari mengelus puncak kepala kucing yang ada di pangkuannya. "Kasian empus gue ikutan stres."
"Kucing lo bagus, Ren, tapi lebih bagus lagi kalo dikasih ke gue," ujar Adi seraya mengambil alih kucing oren itu secara perlahan.
"Nggak, lo adopsi sendiri," kata Reno menolak keras.
"Mpus kok lo mau punya majikan kaya Reno?" Adi bertanya pada kucing oren dipangkuannya itu. Mendengar kucing itu mengeong membuat orang-orang di sekitarnya tertawa.
"Kayanya lo berbakat ngobrol sama kucing, Di," puji Ganang.
"Oh jelas, gue kan Radian Bagus si multitalenta." Adi menyombongkan dirinya dengan mengulum senyum bangga.
"Gimana gue udah cocok kan melihara kucing?" Adi bertanya seraya memperlihatkan skill-nya saat menggendong kucing.
"Lo nggak cocok melihara kucing," sahut Gentar.
"Terus cocoknya apa?" Adi bertanya lagi.
"Melihara buaya!" jawab Gentar, Ganang, Fiki, Zio, dan Reno serentak.
•••
Movie night bersama sang ayah adalah rutinitas Gentar setiap ayahnya ada waktu luang. Mereka memiliki selera film yang sama. Film superhero produksi luar negeri selalu menjadi tontonan wajib mereka.
"Kalian nggak bosen ngulang film itu terus?" tanya Bunda membawakan minuman dan camilan untuk suami dan anak bungsunya.
"Enggak," jawab Ayah dan Gentar kompak.
Bunda mendengus pelan lalu menopang dagunya melihat dua laki-laki itu yang sedang serius menonton tv. Sesekali Bunda melirik ke arah layar tv. Bunda tidak suka film seperti itu dan lebih suka series dalam negeri.
"Ayah sama Bungsu nggak mau tidur? Udah jam sebelas malem loh," ujar Bunda bertanya.
"Nanti dulu, Bun, lagi seru. Bunda tidur duluan aja nanti Ayah nyusul," jawab Ayah tanpa mengalihkan pandangannya dari layar tv sedikitpun.
Lagi-lagi Bunda menghela napas panjang. Bunda bangkit dan meninggalkan dua laki-laki itu pergi ke kamar.
"Gimana sekolah kamu aman?" tanya Ayah pada Gentar.
"Aman, Yah."
"Masalah calon mantu Ayah udah ada titik terang?"
Gentar menggeleng. "Belom. Tapi Gentar bakal terus cari siapa orang yang udah berani ganggu Kira. Gentar nggak mau orang yang Gentar sayang jadi sasaran orang terus," katanya.
Ayah mengulum senyumnya. Mengacak pelan rambut Gentar dan berkata, "Anak Ayah sayang banget pasti sama calon mantu, iya kan?"
"Kalo nggak sayang, Gentar udah batalin perjodohan antara Gentar dan Kira dari dulu, Yah."
Melihat putra bungsunya semakin tumbuh dewasa membuat Ayah merasa bangga. Apalagi Gentar tumbuh menjadi laki-laki tampan, penuh tanggung jawab, dan bisa menghargai perempuan.
Sebagai orang tua, Ayah akan mendukung setiap langkah putranya. Ayah tidak akan memaksakan sesuatu pada kedua putranya. Dalam hal masa depan pun, Ayah tidak menuntut harus berprofesi apa. Yang terpenting kedua putranya bisa menjadi orang sukses selama itu dalam hal kebaikan.
"Kamu sebentar lagi tunangan sama calon mantu. Itu artinya kamu juga harus nyiapin bekal buat masa depan kamu kan?" ujar Ayah mengundang atensi Gentar.
"Ayah nggak maksa kamu buat terjun ke dunia bisnis. Ya meskipun kamu udah sering ikut Ayah ke kantor, ikut meeting, bahkan sampe menang tender. Tetapi Ayah tetap tidak akan memaksa kamu untuk jadi pebisnis, Bungsu," ujar Ayah lagi.
"Apapun impian kamu pasti Ayah dukung. Dengan siapa kamu bertunangan dan menikah nanti pun Ayah akan mendukung penuh," lanjut pria paruh baya itu.
Gentar menganggukkan kepalanya. Selama ini ia ikut ayahnya bekerja itu murni karena dorongan dari dirinya sendiri, tidak ada unsur paksaan dari siapapun.
Seperti kala ia terjun ke dunia olahraga bola voli. Dan dua bidang yang ia geluti beberapa tahun ke belakang itu sama-sama menghadirkan pundi-pundi rezeki.
Gentar bisa membeli apartemen, barang-barang yang ia inginkan, dan kendaraan dengan hasil usahanya sendiri.
Dan, pencapaiannya sekarang ini juga tidak lepas dari doa dan dukungan keluarganya. Gentar sangat bersyukur atas kenikmatan yang Tuhan limpahkan padanya.
Apalagi sekarang Gentar memiliki seseorang yang harus selalu ia jaga dan ia bahagiakan. Perjodohan yang pasti akan dialami oleh keturunan Dewanggara benar-benar memberinya kebahagiaan.
Zelika Tirta Azkira, dialah perempuan yang selalu ingin Gentar jaga, Gentar bahagiakan, dan Gentar jadikan teman sehidup semati.
"Mikirin calon mantu Ayah ya?" tebak Ayah membuat senyum kecil Gentar terulum jelas.
"Mata kamu nggak pernah bisa bohong, Gentar. Kamu benar-benar sayang sama calon mantu," ujar Ayah.
"Tolong jaga dia as much as you can. Kalo butuh bantuan, Ayah ada buat kamu dan calon mantu." Ayah menepuk bahu Gentar, memberi kepercayaan penuh pada putra bungsunya itu.
"Pasti, Yah, makasih udah selalu support Gentar," ucap Gentar.
"Gentar nggak mau kehilangan orang yang Gentar sayangi untuk kedua kalinya. Mungkin dulu Gentar memang banyak kekurangan makanya Jella lebih pilih orang lain daripada Gentar. Dan sekarang Gentar janji nggak akan mengulang kesalahan yang sama. Gentar bakal berusaha jadi yang terbaik buat Azkira."
To Be Continue
Serius cari cowo sebaik Gentar itu di mana? Kek ya ampun Gentar lo tuh idaman bangettt!
Disa sebagai author mengaku tergentar-gentar karena Gentar. Coba cek postingan terbaru Disa di IG 17disasalma deh😂
Oh iya, ga pernah lupa Disa ucapin banyak terima kasih buat yang udah baca cerita ini bahkan ngevote dan ngeramein lapak komen. Kalian keren💘
Sampai jumpa di part selanjutnya!