Simbiosis

By lusyynaa_

17.4K 13.9K 43.2K

Dia Asya, gadis penuh kejutan istimewa. Siapa sangka, dirinya hadir di dalam kehidupan seorang Alfa hingga me... More

Prolog
01 - The Beginning
02 - Following You
03 - Crazy Girl
04 - Mistake
05 - Short Message
06 - Apologize
07 - Seven Questions
08 - Challenge
09 - Chemistry Lab
10 - Test Score
11 - Jealous
12 - Embrace
13 - Three Rules
14 - Promise
15 - Disappointed
16 - Stuck With You
17 - Sensibility
18 - Declaration Of Love
19 - Asya Madness
20 - Hurt
21 - Our Change
22 - Believe Me
23 - Girlfriend
24 - Wicked
25 - Forced To Do It
26 - Information
27 - Evil Destiny
28 - The Happiness
29 - Kiss And Sick
30 - Sorry
31 - I Wish
32 - Congratulations
33 - It's Over, Seriously?
34 - Please
35 - Everything Will Be Okay
37 - Like A Diamond
38 - Honesty
39 - Bad News
40 - Go Away, Asya!
41 - After One Month
42 - To Be A Doctor?
43 - See You Beautiful Angel
44 - Hoodie
45 - All About Darkev
46 - All About Jenrik
47 - Their Life Journey
48 - You Broke My Heart
49 - I Miss You
50 - Thank You
Epilog

36 - She's Mine

135 117 70
By lusyynaa_

36 – She's Mine

        Benturan pada kepala Asya menyebabkan pendarahan hebat.

        Ternyata gadis itu telah lama memiliki penyakit tumor otak.

        Setelah melakukan pemindai otak, angiogram atau MRA, selanjutnya biopsi untuk menentukan apakah tumor berisiko menjadi kanker atau tidak...

        Dokter spesialis otak menyatakan bahwa,

SASYA STEFANIE SAMUDRA, MENGIDAP PENYAKIT KANKER OTAK STADIUM 2.

        Samuel shook. Bahkan pria paruh baya itu saat mendengarnya langsung pingsan.

        Ruang operasi kali ini terasa sangat tegang.

        Dua orang dokter pakar otak dari Amerika Serikat di minta oleh Gilbert untuk segera datang ke Indonesia.

        Hembusan napas terdengar dari kedua dokter itu serta beberapa suster.

        "Let's start."

*****

        Sepanjang hari, semua orang yang dekat dengan Asya bahkan tidak ada yang bisa tersenyum. Mereka semua terlihat melakukan aktifitas tanpa gairah. Seakan-akan semangat hidup mereka hilang.

        Itu semua karena Asya.

        Gadis itu seperti penyinar yang kini telah redup.

        Dan semoga, penyinar itu tidak menghilangkan cahayanya.

        Samuel bahkan tidak mau keluar dari kamar rumah sakit untuk makan. Dia masih berusaha menenangkan pikirannya yang terpecah-belah memikirkan nasip putrinya di ruangan operasi saat ini.

        Bahkan grandma dan grandpa Asya dari Paris langsung mengurus penerbangannya ke Indonesia saat mendapat kabar dari Samuel subuh tadi.

        "Aaaarghhhssss!!" Teriak Samuel menarik rambutnya frustasi.

*****

        Kevin merampas paksa botol alkohol dari tangan Alfa saat laki-laki itu ingin menuangkan lagi minuman itu.

        Alfa mabuk.

         "Balikin gak!" Pinta Alfa ingin merebut lagi botol itu dari tangan Kevin.

        "Gak!" Balas Kevin tajam.

        Riko menghela panjang panjang. Laki-laki itu juga minum.

        Riko menuangkan lagi alkohol itu ke dalam gelasnya dan Alfa.

        "Rik!" Tajam Kevin. Mungkin Kevin sendiri di sini yang masih waras.

        Riko mengangkat bahunya cuek lalu meneguk minuman itu cepat.

        "Ini semua gara-gara lo!" Kevin menyalahkan Riko.

        "Kok gue?" Sahut Riko dengan mata sayunya.

        "Lo yang ngajak Alfa kesini buat minum anjir! Tanggung jawab lo Alfa mabuk, bisa habis riwayat kita berdua di tangan Papa Gilbert." Ujar Kevin mengacak-acak rambutnya sendiri.

        "Salah lo juga! Kenapa Alfa lo biarin kayak orang gila bentur-bentur kepalanya sendiri ke stir mobil?!" Balas Riko tak mau di salahkan sendiri.

        "Dia keras kepala, udah gue tegur gak mau denger." Kata Kevin menghembuskan napasnya berat saat melihat Alfa yang menunduk dalam.

        "Diem lo berdua!" Tajam Alfa berusaha mengangkat kepalanya.

        7 botol alkohol habis oleh Alfa dan Riko. Kevin hanya minum dua gelas.

        "Udah jam setengah enam sore, ayo pulang. Kita harus ke rumah sakit jam delapan malam nanti buat jenguk Asya." Ujar Kevin.

        "Asya?" Tanya Alfa terkekeh kecil.

        "Gue pengen nikahin dia hari ini." Kata Alfa tertawa seperti orang gila.

        "Lo berdua harus jadi pagarayu di resepsi pernikahan gue sama Asya." Tambah Alfa lalu meneguk air minuman itu hingga tandas.

       Kevin menatap datar Alfa. "Lo gila, Al!"

        "Dia udah waras," Riko ternganga kecil. "Woahhh...." Riko bertepuk tangan heboh.

        Kevin memijit kepalanya yang tiba-tiba terasa sangat berat. Ia juga kembali meneguk alkohol gelas ke tiga.

        "PESAN TUJUH GELAS LAGIII!!!" Teriak Riko menepuk-nepuk tangannya di udara.

        Saat ini mereka bertiga berada di ruangan VIP cafe private. Papa Riko yang punya tempat ini.

        "Lo gila, Rik?!" Tajam Kevin.

        "Gakpapa gila, cuma sehari doang." Balas Riko ngelantur.

        Alfa kembali tertawa kecil membuat Kevin menoleh melihat sahabatnya yang satu itu.

        "Nih anak kenapa lagi, ketawa sendiri." Kevin bergidik ngeri melihat Alfa.

        "Asya," Alfa berucap lirih. "Kenapa Tuhan biarin Asya punya kanker otak?"

        Alfa membentur-benturkan kepalanya pada meja kaca itu pelan. "Katanya lo mau jadi istri gue, mana buktinya?!"

        "Jangan tinggalin gue, Sya." Kata Alfa meletakan kepalanya di atas meja. Ia sudah tak kuat lagi menahan kepalanya yang sudah terasa berat.

        "Alfa!!" Pekik Asna membuat Riko menoleh cepat. Sementara Kevin sudah menunduk dalam menggenggam erat gelas kaca miliknya.

        Asna berlari tergesa-gesa mendekati laki-laki yang sudah tertidur itu. "Kenapa kalian mabuk?!" Bentak Asna kepada Kevin dan Riko yang masih sadar setengah waras.

        "Eh, hai Asna!" Sapa Riko terkekeh kecil. "Mau minum?" Tawar Riko menggoyang-goyangkan botol alkohol itu kepada Asna.

        Asna meneguk salivanya susah payah. Jujur, ia sangat tergiur. Namun sebisa mungkin ia menahannya.

        Asna berusaha mengangkat tubuh Alfa. Asna mengalungkan tangannya kiri Alfa pada pundaknya membawa laki-laki itu keluar dari tempat ini.

Brukkk

        Kevin sudah tidak kuat lagi. Ia tidak bisa minum alkohol banyak. Laki-laki itu tertidur dengan kepala di atas meja.

        "Woi bro!!" Riko menggoyang-goyangkan bahu Kevin. Riko kemudian tertawa lepas. "Cih, lemah!"

        Riko langsung meneguk alkohol itu dari botolnya.

        "Ahhh...." Mata Riko sudah memerah, wajahnyapun begitu. Tapi dia masih kuat untuk menghabiskan alkohol yang berserakan di atas meja itu.

        Riko mengelus botol alkohol itu sambil tersenyum merekah. "Kamu enak, yang." Katanya pada botol itu lalu tertawa.

        "Dunia ini banyak sandiwara." Gumam Riko lalu tertidur menyusul Kevin.

*****

        "Ken!" Panggil Dara mengagetkan cowok itu.

        "Kenapa lo bisa masuk ke rumah gue?" Tanya Ken kaget melihat Dara.

        "Kenapa nomor lo gak aktif dari kemarin?! Asya ketabrak mobil tadi malam. Hari ini dia operasi otak. Lo kemana aja?! Sahabat lo kritis!" Bentak Dara membuat tubuh Ken menegang.

        "A-asya bukannya udah berangkat ke Paris?" Tanya Ken ragu. Wajahnya memucat bahkan tangannya mengeluarkan keringat dingin.

        "Panjang ceritanya, sekarang lo harus ke rumah sakit!" Balas Dara menarik lengan Ken tergesa-gesa.

        "Tu-tunggu!" Kata Ken menghentikan langkah Dara.

        "Kenapa?" Tanya Dara.

        Ken berlari kembali menuju toilet. Laki-laki itu muntah-muntah lagi. Sedari semalam ia muntah, perutnya mual, dan kepalanya sangat pusing.

        "Lo kenapa Ken?" Panik Dara mengusap-usap punggung laki-laki itu.

        Dara menahan napasnya, bahkan ia menutup hidungnya dengan tangan sebelah. "Lo mabuk?!" Tebak Dara tepat sasaran.

        Ken tak menjawab. Laki-laki itu kemudian pergi ke dapur untuk mencari air dingin dan meneguknya.

        "Ken," panggil Dara. "Lo mabuk? Kenapa?" Tanya Dara tak habis pikir melihat wajah Ken yang bahkan pucat. Kantung mata laki-laki itu juga hitam.

        "Gue gak mau Asya pergi ninggalin gue." Kata Ken membuat Dara terdiam.

        "Pikiran gue penuh dengan bayangan tuh cewek, sampai rasanya gue mau gila!" Ujar Ken dengan napas memburu.

        "Lo dengan mudahnya chat gue sore kemarin untuk nemanin Asya subuh ke Bandara, gue gak sanggup lepasin tuh cewek." Ungkap Ken jujur. Matanya memanas.

        "Lo tahu Dar, gue suka Asya dari kecil!" Ujar Ken naik oktaf.

        "Gue cinta Asya."

        "Gue gak mau jauh dari dia." Kata Ken lagi.

        Dara mengangguk mengerti. Ia kemudian memegang lengan kanan Ken. "Ayo kita ke rumah sakit." Ajak Dara membuat Ken mengangguk lemah.

        "Lo percaya kan, Dar? Kalau gue sangat sayang Asya?" Tanya Ken seperti tak tenang masuk ke dalam mobil Dara.

        Dara menoleh. "Gue percaya, Ken."

        "Lo gak mungkin jahatin Asya."

        Ken tersenyum kecut.

*****

        Jam 21 lebih 20 menit. Asya sudah selesai operasi 2 jam yang lalu. Di ruangan VIP tempat gadis itu berbaring lemah hanya terdengar suara alat-alat pembantu kehidupan dan jarum jam yang terus berputar.

        Wajah pucat dan kaki tangan gadis itu penuh goresan aspal. Luka-luka itu masih basah. Wajah cantiknya yang waktu itu bersih tanpa cacat sedikitpun sekarang dihiasi luka-luka.

        Belum ada seorangpun yang diizinkan untuk masuk ke ruangan khusus Asya itu. Ruangan itu sangat luas dan megah.

        Rumah sakit Angkasa adalah rumah sakit yang berstandar International bahkan 80% dokter dan suster di rumah sakit itu adalah lulusan terbaik Amerika dan Eropa.

        Gadis baik itu harus bisa bertahan.

        Gadis berhati seperti malaikat itu harus bisa kembali mempunyai kehidupan.

       Karena semua orang terdekatnya, sangat mencintai dia.

       Di luar ruangan, Ken bersandar pada pintu ruangan Asya dengan rasa kepalanya ingin pecah memikirkan kondisi gadis itu di dalam sana.

        "Kenapa kita ke sini sih, Alfa?!" Tanya Asna tak henti-hentinya berceloteh di samping Alfa. Asna terpaksa mengikuti Alfa yang nekat ingin ke rumah sakit.

        Bahkan Asna saja tidak tahu siapa yang mau di jenguk oleh Alfa.

        Langkah Alfa terhenti di hadapan Ken. Tangan Alfa menggepal kuat. Ia menatap Ken tak suka. Asna yang berdiri di sisi Alfa hanya bisa menatap Ken dan Dara dengan tatapan tak terbaca.

       "Kak, kita belum bisa masuk ke dalam." Kata Dara memberitahu Alfa.

       "Siapa di dalam?" Tanya Asna pada Dara dengan raut datar.

       "Asya," jawab Dara tak mau melihat wajah Asna.

        Asna tersenyum miring. "Udah gue bilang dari dulu, tuh cewek penyakitan."

        "Mulut lo gue sobek pakek pisau mau?!" Bentak Dara tak terima dengan perkataan sinis Asna barusan.

       Asna mengangkat bahunya cuek. "Emang kenyataan juga."

       "Gue ngomong fakta." Tambah Asna.

        "Lo diam atau lo pulang!" Desis Alfa sangat dingin pada Asna membuat gadis itu segera menutup rapat mulutnya.

        "Gue cinta sama Asya dari kecil." Ujar Ken tiba-tiba membuka suara melihat Alfa. "Gue gak mau kehilangan dia." Sambung Ken.

        "Seharusnya Papa lo yang ada di dalam sana, bukan Asya!" Tajam Ken menggepal kuat tangannya sambil melihat Alfa menantang.

        "Gue juga cinta sama Asya." Balas Alfa. "Gue juga gak mau kehilangan dia."

        "Jangan salahkan Papa gue, karena Asya nolongin Papa gue bukan atas permintaan Papa gue!" Tajam Alfa pada Ken.

        "Asya itu milik gue!" Kata seseorang berjalan mendekat membuat Alfa dan Ken menoleh kompak ke samping kanan mereka.

        Seorang berjaket hitam, topi hitam, dan masker menutupi wajahnya. Perawakan laki-laki itu tegap, seperti sepantaran Alfa dan Ken.

        "Siapa lo?" Tanya Alfa dan Ken kompak kepada laki-laki itu.

•••••

Tekan bintang.

Continue Reading

You'll Also Like

144K 11.8K 50
Sebelum baca follow dulu ya? Part masih lengkap^^ °°°°°°° Pristinia Vrilla Douffa, siswi pindahan yang cuek, ketus dan egois. Memiliki tingkat kegeng...
446 117 12
Kukira aku berhasil melupakanmu, bahkan menghapus semua tentangmu. Kenyataannya, bayang-bayangmu selalu mengikuti setiap langkahku. Sejauh apapun aku...
3.2M 157K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
758K 16.7K 100
Sini duduk di sampingku, biar aku ceritakan bagaimana rasanya Merindu dengan egois di dalam sepi yang mengiris. Judul awal (CURHATAN) #Wattys2017 Hig...