Pagi buta Irene sudah menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya. Ia sengaja bangun pagi sekali karena dia hendak pergi bekerja. Taehyung sudah melarangnya, tapi dia tetap kekeh untuk bekerja. Rasanya membosankan jika harus berdiam diri di rumah. Bukan tentang uang tapi tentang jasa seorang nenek tua yang sangat baik kepada Irene selama ia kesulitan.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul enam pagi, untungnya dia sudah menyiapkan kebutuhan sebelum ia berangkat. Dan menuliskan pesan untuk Taehyung di atas meja.
Taehyung baru saja bangun tidur, matanya menyipit ketika sinar matahari menyorot kearahnya. Tangannya meraba mencari keberadaan Irene, namun nihil. Wanita itu tidak ada di sampingnya membuat mata Taehyung terbelalak seketika.
Dilihatnya diatas meja makan sudah ada secari kertas berisikan pesan agar Taehyung bisa mengurus anak-anak selama Irene pergi, karena Irene sudah menyiapkan peralatan sekolah mereka. Taehyung hanya perlu mengawasinya saja terutama Daeun.
Taehyung naik kembali ke lantai atas untuk membangunkan kedua anaknya yang masih terlelap.
"Daeun, Darren. Bangun. " panggil Taehyung lembut sambil melihat wajah anaknya yang manis.
Darren malah menarik selimutnya, tertidur dengan mengatakan. "Lima menit lagi. "
Daeun mengucek kedua matanya, ia duduk di atas tempat tidur."Appa? "
"Kemarilah gadis kecilku. " Taehyung menggendong Daeun dan membantunya mandi.
"Darren, bangun."
Darren hanya menggeliat."Bangun Darren! " Taehyung menarik selimut Darren.
"YA! "
"Kenapa? "
"ARGHhh! "
"Baik, baik. Aku bangun. "
Mulai dari memandikan sampai memakaikan seragam Taehyung sudah kewalan. Dari Darren yang meminta ini dan itu, termasuk Daeun. Terlebih lagi Daniel tidak bisa datang itu membuat Taehyung frustasi.
"Darren dasimu! "
"Aku ingin susu! "
"Ada di meja makan. "
"Bukan yang ini! "
Taehyung kebingungan. "Itu susu Daeun! " teriak Darren.
"Daeun mau roti! "
"Sebentar. "
"Dasar tidak berguna! " sentak Darren pergi tanpa sarapan.
"Hei Darren! "
"Daeun ini rotinya."
"Darren! "
"Apa? " Tanya Darren yang duduk sambil menoleh.
"Sarapan dulu. "
"Tidak! "
"Darren! "
"Baik. "
Setelah keduanya sarapan, Taehyung melirik halaman rumah. Tidak ada mobil, ia lupa kalau dia selalu di antar jemput oleh Daniel. Lalu sekarang bagaimana?
"Kita naik apa? "
Darren menunjuk sepeda yang besinya sudah terkelupas. "Milik siapa? "
"Eomma. "
Taehyung menggaruk belakang kepalanya bingung. Dia tidak yakin bisa membawa anak-anaknya ke sekolah dengan selamat.
"Hah! " help Nagasaki Gusta Taehyung.
"Baiklah, ayo naik. "
"Yakin bisa? " tanya Darren menaikkan sebelah alisnya tidak yakin.
"Bisa, Darren di belakang. Daeun di depan ya. "
Daeun mengangguk nurut.
Mereka menelusuri setiap jalan dengan kekhawatiran terutama Darren, ia selalu mengatakan hati-hati kepada Taehyung yang membawa sepeda dengan ugal-gulan.
"Ingat kau membawa anak kecil, kedua anakmu. " gumam Darren mengoceh sendiri.
"Baik, Tuan kecil. " patuh Taehyung.
Sesampainya mereka di sekolah, Darren menghela nafas lega bersamaan dengan Taehyung.
"Dahhhh!!"
Taehyung tersenyum melihat punggung kedua anaknya yang mulai mengecil memasuki sekolahan.
Tiba-tiba handphone Taehyung bergetar, ia merogohnya lalu melihat siapa yang menelponnya di pagi begini. Ternyata ibunya.
"Hallo, ada apa? "
"Tidak, aku sudah kembali dengan Yeon. "
"Bilang saja kalau aku tidak mau, untuk apa menjodohkan seseorang yang sudah menikah. "
"Baik, aku akan menjelaskannya sendiri. "
Dahi Taehyung mengerut, ia sungguh muak dengan perkataan ibunya.
***
"Taehyung! " teriak Velliana melebarkan kedua tangannya disaat Taehyung baru memasuki kediaman Kim.
Velliana hendak memeluk Taehyung tapi di tepis oleh dia.
"Minggir! "
"Kau sangat tampan, mempesona. " Ujar Velliana yang terpesona akan ketampanan Taehyung.
Seakan dimabuk cinta Velliana terus memperhatikan Taehyung yang duduk berhadapan dengan dirinya.
"Ini Velliana arsyln dan ini anak tante Kim Taehyung. Kamu pasti tahu kan?" tanya Youn-kim.
"Tentu tante, anak tampan tante ini sudah terkenal sampai ke penjuru dunia. "ujar Velliana mengedipkan sebelah matanya kearah Taehyung.
"Maaf saya tidak tertarik dengan anda. Dan anda tahukan bahwa saya sudah memiliki istri dan anak. Jika anda tahu malu anda tidak akan melakukan hal itu bukan? Sebaiknya anda kembali ke temper asap anda. " tegas Tehyung sebelum ia pergi.
Velliana berdiri. "Taehyung! "
"Ouh ya. Nona besar, kalau anda masih bersikeras untuk menjodohkan saya. Tidak bisa, ambil saja seluruh harta saya. Saya rela asalkan tidak kehilangan mereka. "
"Taehyung! "
Taehyung yang kesal langsung pulang kerumah, ia tidak mau kembali ke kantor dalam keadaan seperti ini. Mood dia sudah hancur.
"Darren! Daeun! " seharusnya kedua anaknya sudah pulang.
Sontak mata Taehyung teralihkan pada Irene yang baru saja turun dari tangga. Sepertinya Irene membawa selembar kertas di tangannya.
"Ini apa? " tanya Irene dengan ekspresi marah.
Itu surat hasil tes DNA Daeun dan Darren. Taehyung terkejut, seharusnya lembar itu sudah tidak ada.
"Kamu menemukannya dimana? " tanya Taehyung merampasnya.
Tapi Irene menyembunyikan selembaran kertas tersebut di belakangnya.
"Jawab! "
"Taehyung, kalau kamu tidak percaya bahwa mereka anakmu. Yasudah, jangan kembali. Dalam sebuah hubungan bukan hanya tentang cinta tapi juga kejujuran, kesetiaan, dan kepercayaan. Apakah kamu sudah belajar itu semua? "
"Sebenarnya aku ini apa dimata kamu? "
"Seorang wanita yang di tinggalkan oleh suaminya? Atau seorang pelacur?"
"Yeon! "
"Aku kira kamu berubah! "
"Dengarkan aku terlebih dahulu, aku hanya memastikannya. "
"Lalu hasilnya bagaimana? Positif atau negatif ? Bukankah positif, apakah perlu di pertanyakan kembali."
"Aku mengandung mereka Taehyung, dengan segala kesulitan. Tanpa seorang suami. Kamu tahu aku makan berapa kali sehari, hanya satu kali itupun jika aku bekerja. Apakah kamu tahu ketika aku melahirkan betapa sedihnya aku ketika aku mengetahui kalau satu dari anakku tidak bisa melihat karena kesalahanku. Karena aku terjatuh saat mengejarmu! "
"Yeon, dengarkan.. "
"Aku lelah hidup seperti ini Taehyung, kamu selalu mempermainkanku. " lirih Irene.
"Keraguanmu yang membuat orang yang kamu sayangi pergi. Aku kira dengan kepergian kamu akan menyesal Taehyung. Karena dengan menyesal kamu akan menyadarinya bahwa kamu sudah kehilangan. "
"Maafkan aku Yeon, aku hanya takut kalau mereka bukan anakku. Karena dokter waktu itu mengatakan kalau kita kehilangan anak kita. Aku jadi ragu. "
"Dia temanku, aku yang memintanya untuk mengatakan hal itu. Karena kamu ingin menceraikanku, dari pada anakku harus pergi karena menjadi penghalang, lebih baik aku berbohong."
Irene yang sudah tidak bisa menahan air matanya pun tumpah. "Aku memberikan kesempatan kedua agar kamu sadar kalau orang yang memberikan kesempatan kedua adalah orang yang benar-benar tulus mencintaimu. "
"Maaf, Yeon. " Taehyung memeluk tubuh Irene yang menangis sesenggukan.
"Aku ingin ini menjadi akhirnya. "
"Ini akhir segalanya."
Hayohhhh gimana part ini?
Lanjut ya.. Jangan lupa voment