THE BEST LIAR || SUNGSUN✓

By Peachyvely

175K 22.4K 3.9K

"Kalau rasa sakit terbesarmu adalah aku, maka biarkan aku memberikan rasa sakit itu.." ⚠️ WARNING -Murni fiks... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
38. END
Q & A
Q&A PT.2 SungSunKi
Q&A PT.3 JayWon HeeJake
Q & A PT.4 S2?
S2 Spoiler
Promosi
FINALLY S2

37

4.2K 544 162
By Peachyvely

⚠ Typo bertebaran, harap maklumnya





Happy reading~~

Sunoo terdiam memperhatikan kalender kecil yang berada diatas meja belajarnya. Tanggal 21 yang ia lingkari dengan pena merah ternyata adalah esok hari. Ia tersenyum kecil, lalu terkekeh sarkas setelahnya.

"Noo, kenapa?" Tanya Sunghoon yang kini tengah berdiri di pintu kamar Sunoo.

Sunoo menoleh dengan senyuman cerah, "Besok kita tunangan ya kak?"

Melihat senyuman yang menyambutnya, bibir Sunghoon ikut terangkat menyungging senyuman juga. "Iya. Gugup?"

Mendekati Sunghoon, Sunoo langsung memeluk pinggang Sunghoon dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang pemuda Park itu.

"Sedikit. Kan besok hari yang udah Sunoo tunggu selama ini."

"Kakak juga." Sunghoon mengusap surai itu lembut, "Gak sabar buat besok."

Sunoo mendongak, memperhatikan wajah Sunghoon dengan seksama. "Kak Hoon, eum..."

"Kenapa?"

Terlihat ragu sejenak, akhirnya Sunoo menggeleng tidak melanjutkan ucapannya.

"Heh! Kenapa? Jangan buat penasaran dong."

Terdengar tawa dari yang lebih muda, ia melepaskan pelukannya lalu memegang perutnya sendiri.

"Baru tau, kak Hoon kalo lagi penasaran mukanya lucu banget." Ucap Sunoo yang berhasil membuat Sunghoon terkekeh.

"Kamu mau ngomong apa emang? Kok keliatan ragu itu?"

"Nanti aja, abis makan. Sunoo laper."

"Astaga." Sunghoon kembali menarik tubuh Sunoo, mendekapnya seraya berjalan menuju ruang santai. "Mau makan apa?"

"Hamburger? Kan tadi pagi udah makan nasi."

"Ya udah, kita pesen dulu."

"Sama kentang goreng yang besar juga!"

"Iya.."



Sunoo memekik senang saat pesanan mereka datang tepat waktu. Matanya terlihat berbinar dengan bibir yang terus membulat karena takjub.

"Ayo makan!" Ucap Sunoo lalu menggigit hamburger itu dengan lahap.

"Pelan pelan kecil, nanti keselek." Tegur Sunghoon yang dibalas anggukan semangat Sunoo.

Sebenarnya sudah sejak semalam ia menginginkan roti isi itu, namun karena perutnya sudah kenyang jadi ia putuskan untuk besok saja memintanya. Dan tadi pagi, saat Sunoo meminta hal ini pada Sunghoon, pemuda Park itu langsung menolaknya dengan alasan harus makan nasi di pagi hari agar sehat.

Ditengah acara makan, Sunoo tertawa melihat pipi Sunghoon yang kotor terkena saus. "Kak Hoon kayak anak kecil aja."

"Huh?!"

Sunoo menunjuk pipinya sendiri, untuk memberi tahu Sunghoon tentang pipinya yang terkena saus. Namun sepertinya Sunghoon tidak paham, ia hanya mengerutkan kening bingung lalu kembali fakus pada makanannya.

Mulut Sunoo yang penuh membuat ia tidak bisa memberi tahukan maksudnya, jadi ia kembali menunjuk pipinya berharap Sunghoon segera mengerti.

Cup!

Sunoo mematung setelah Sunghoon mengecup pipi yang tadi ditunjuknya. Sedang Sunghoon tersenyum gemas melihat wajah Sunoo yang perlahan memerah.

"Kok malah cium?!" Protes Sunoo setelah berhasil menelan makanan dalam mulutnya dengan susah payah.

"Loh, memangnya ngapain nunjuk nunjuk pipi gitu? Bukan minta cium?"

Sunoo mendengus gemas, "Bukan minta cium! Itu di pipi kak Hoon ada saus, Sunoo mau ngomong mulutnya lagi ngunyah."

"Oh?" Sunghoon tertawa seraya membersihkan noda saus dari wajahnya, "Kirain minta cium, makanya kakak tadi sempet bingung."

"Ish!"

Suasana kembali tenang, hanya terdengar suara kunyahan dari dua orang yang berada di meja makan itu.

"Nanti sore kita harus pulang kerumah masing masing ya kak?" Suara Sunoo kembali terdengar.

"Iya. Nanti kakak anterin kamu dulu, baru pulang kerumah sendiri."

"Eh? Gak usah. Nanti kayaknya ayah bakal ngirim supir pribadi deh. Lagian arah rumah kita berlawanan kak, jauh kalo kakak harus bolak balik."

"Gak papa lah, itung itung sekalian jalan jalan."

"Gak usah kak, beneran deh. Besok kita ada acara, harus banyak istirahat. Kakak langsung pulang kerumah aja, biar aku dijemput sama supir kiriman ayah."

Setelah makanan mereka habis, Sunghoon kembali mengajak Sunoo untuk duduk di ruang santai. Televisi di hidupkan dengan volume kecil, sengaja agar tidak mengganggu fokus Sunghoon yang ingin berbicara serius pada Sunoo.

"Kenapa kak?"

"Udah kenyang?"

Kening Sunoo mengernyit, lalu perlahan ia mengangguk.

"Dengerin kakak ya.." pinta Sunghoon yang tentu saja dibalas anggukan oleh Sunoo.

"Kalo sesuatu terjadi selama kamu dirumah, langsung telfon kakak aja. Kalo ayah mukulin kamu lagi, langsung keluar dari rumah itu dan tunggu kakak jemput. Okay?"

Bukannya mengangguk, Sunoo malah tertawa mendengarnya.

"Kak Hoon ini aneh. Masa iya ayah bakal mukulin anaknya yang besok bakalan tunangan sama calon yang di carinya. Gak mungkin lah."

"Kamu juga jangan cari masalah, ayah kamu orangnya emosian, kalo bisa hindari aja untuk ketemu sama dia sampai besok."

"Ya ampun kak Hoon, kakak khawatir banget ya? Nih dengerin Sunoo. Ayah gak mungkin ngangkat tangannya untuk mukul Sunoo lagi, ada mama yang bakal lindungin Sunoo. Dan juga, niatnya Sunoo mau tidur sama ayah malem ini. Sunoo mau tidur tenang di pelukan ayah, kaya waktu kecil dulu."

"Noo.."

"Tenang aja. Sunoo bakal jadi sosok yang paling bahagia besok, kakak jangan nangis pokoknya."

"Apa maksudnya? Kamu bahagia kok kakak malah nangis? Aneh. Gak mungkinlah."

Sunoo hanya mengangguk, ia mulai merebahkan tubuhnya dan menjadikan paha Sunghoon sebagai bantal.

"Kak Hoon." Panggilnya dengan tangannya yang terdiam di depan dada Sunghoon. "Disini, setiap denger nama Sunoo, udah berdebar belum?"

Sunghoon terdiam memahami ucapan Sunoo, "Bahkan cuma bayangin senyum kamu aja, disini udah berdebar."

Tangan Sunghoon menimpa tangan Sunoo, "Bisa rasain? Itu yang terjadi tiap kakak deket kamu."

Sunoo tersenyum merasakan detak jantung Sunghoon yang terasa berdetak lebih cepat dari normalnya.

"Kakak udah suka Sunoo?"

Dengan jahil, Sunghoon mencubit hidung mancung Sunoo gemas. "Bukan suka. Tapi udah cinta kayaknya deh."

"Serius?"

"Iya sayang."

Cup!

Sunoo mencuri kecupan pada bibir Sunghoon, lalu segera berlari menuju kamarnya dengan wajah yang Sunghoon yakini sudah semerah kepiting rebus.

"Sunoo! Hey! Nakal ya curi curi ciuman gitu."

"DIEM! SUNOO MALU!!"

"ASTAGA LUCUNYA!!"

"Sayang? Kok baru dateng?" Sapaan lembut dari Ny. Kim adalah yang pertama.kali terdengar oleh Sunoo saat dirinya masuk kedalam rumah milik ayahnya.

"Tadi beli sesuatu dulu ma." Jawab Sunoo lalu balas memeluk Ny. Kim.

"Oh, kirain ada apa apa dijalan kok sampe malem belum dateng. Udah khawatir mama."

Sunoo tersenyum, kepalanya menoleh memperhatikan sekitar. "Ayah dimana?"

"Ada di ruang kerjanya. Kamu mau kesana?"

Sunoo menggeleng, "Nanti aja ma. Sunoo boleh tidur bareng ayah gak nanti malem? Kangen."

"Boleh dong sayang."

"Makasih mama. Nanti mama pake kamar Sunoo aja."

"Iya sayang. Ya udah, kamu istirahat aja dulu dikamar. Nanti kalo udah makan malem, mama panggilin."

"Gimana hubungan kalian?"

Sejak memulai makan malam, itu adalah percakapan pertama yang ditujukan untuk Sunoo.

"Ayah jangan khawatir, semua sesuai harapan ayah kok." Balas Sunoo dengan senyuman lebar terpatri diwajahnya.

"Sunoo mau tidur sama kamu mas, malem ini." Sahut Ny. Kim.

"Yang bener?"

"Iya yah. Sunoo udah lama banget gak tidur bareng ayah kan? Mau ya?"

Dapat Sunoo lihat senyuman kecil dari bibir ayahnya walau hanya sekilas.

"Terserah kamu."

Ny. Kim dan Sunoo saling tatap dengan melemparkan senyum manis.

Pukul 10 malam, Sunoo berjalan menuju dapur. Membuka susu yang tadi dibelinya lalu menuangkan ke gelas yang sudah ia siapkan.

Lama ia perhatikan gelas berisi susu itu, raut wajahnya terlihat sendu dengan mata berkaca kaca.

Maaf

Maafin Sunoo

Kata Ni-ki, Sunoo berhak bahagia

Bibir Sunoo terangkat, tersenyum kecil lalu mulai mengangkat gelas itu. Meminumnya perlahan sampai tersisa setengah, berhenti saat air mata menetes dari manik cantiknya.

"Sayang..."

Sunoo menoleh dengan cepat, menatap wanita paruh baya yang berdiri tidak jauh dibelakangnya.

"Mama?"

"Kami ngapain? Oh, minum susu? Ya udah, abis itu langsung kekamar aja ya? Ayah udah nungguin tuh."

Sunoo mengangguk kaku, "Abis ini abis langsung keatas kok."

Ny. Kim tersenyum lalu berlalu meninggalkan Sunoo. "Good night sayang.."

"Ma!" Panggil Sunoo yang menghentikan langkah Ny. Kim pada anak tangga pertama.

"Iya?"

"Good night too and, sorry.." ucapnya dengan melirih dikata terakhir.

"Mimpi indah ya sayang."

"Pasti!"

Sepeninggalan Ny. Kim, Sunoo kembali menatap gelasnya dengan pandangan kosong.

Seakan teringat sesuatu, ia melirik jam dan segera menghabiskan susu itu hingga habis tak tersisa sedikitpun. Dengan cepat ia meletakkan gelas kotor itu ke tempat cuci piring, lalu berlari menuju kamar sang ayah.







Cklek!

Kepala Sunoo menyembul dari celah pintu yang dibukanya, mengintip keadaan didalam kamar milik kedua orang tuanya.

"Masuk aja, Sunoo."

Terdengar suara berat mempersilahkan Sunoo untuk segera masuk.

"Ayah." Panggil Sunoo dengan senyuman cerahnya. Ia menaiki kasur lalu berbaring di lengan sang ayah, sebelumnya meminta agar lengan kekar itu mau menjadi bantalan kepalanya dan syukurnya dituruti langsung.

"Kenapa? Gak biasanya kamu manja begini?"

"Kan besok anak ayah ini mau tunangan. Emang gak boleh Sunoo manja? Sunoo udah lakuin permintaan ayah loh."

Sunoo memeluk tubuh Tn. Kim, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sang ayah.

"Sunoo udah berhasil buat kak Hoon jatuh cinta, ayah bangga kan?"

"Apa buktinya? Bisa aja kamu cuma bohong."

Sunoo tersenyum miris, bahkan ucapannya tidak di percayai oleh sang ayah.

"Sunoo telpon kak Hoon ya?"

Tanpa menunggu jawaban sang ayah, Sunoo menelpon Sunghoon dan mendapat jawaban pada dering kedua.

"Halo kak Hoon.."

"Sunoo? Kenapa? Belum tidur?"

"Baru mau. Sunoo mau tidur sama ayah tau kak?"

"Noo, serius? Gak papa?"

"Emangnya kenapa? Sunoo kan kangen sama ayah."

"Beneran baik baik aja kan? Kamu lagi dimana sekarang?"

"Dikamar. Kak Hoon udah pulang kerumah?"

"Papa bilang kakak gak papa disini aja, kan tempat tujuan besok juga deket dari sini, jadi mereka yang bakal dateng pagi pagi kesini."

"Ih kenapa gak bilang? Kalo gitukan Sunoo biar nemenin kakak disana." Protes Sunoo disahut kekehan dari seberang.

"Gak papa, kakak kan udah besar."

"Terus maksudnya Sunoo masih kecil?"

"Bukan gitu, Noo. Astaga kecil kakak gak papa disini sendiri, itu pointnya."

"Iya iya, paham. Eum...kak, Sunoo boleh minta satu hal?"

Hening, agak lama menunggu jawaban dari Sunghoon.

"Apa coba sebutin?"

"Kakak cinta sama Sunoo?"

"Iya."

"Sebutin."

"Hm?"

"Bilang kalo kakak cinta sama Sunoo."

"Hahaha! Besok kan bakal kakak ucapin?"

"Ih! Maunya sekarang. Ayo cepet, Sunoo mau istirahat."

Masih terdengar tawa kecil dari Sunghoon, membuat Tn. Kim menatap sang putra dengan ragu.

"Tunggu sebentar." Lirih Sunoo yang mengerti keraguan sang ayah.

"I love you, Kim. Kakak gak tau kenapa kamu minta ucapan ini sekarang. Tapi kakak bener bener cinta sama kamu."

Sunoo menghela nafas lega. Dengan bangga ia tersenyum penuh kemenangan pada Tn. Kim.

"I love you too kak Hoon. Karena kakak udah mau ngucapin ini, Sunoo ada hadiah buat kak Hoon."

"Ya ampun, apa?"

"Nanti kakak cari aja sendiri, Sunoo nyiapin sesuatu buat kakak. Ada di laci dalam kamar Sunoo. Sekarang Sunoo mau istirahat, good night kak Hoon."

"Good night too sayang.."

Tut!

Sunoo mematikan sambungan telpon sepihak, lalu kembali menatap sang ayah.

"Ayah banggakan punya anak kaya Sunoo?"

Bukannya menjawab, Tn. Kim hanya mengeratkan pelukannya pada tubuh Sunoo.

"Ayah, jawab dulu? Ayah bangga gak sama Sunoo?"

"Hm."

"Ayah! Jawab yang bener dong! Sunoo gak bisa tenang istirahat nih kalo kayak gini."

"Iya Kim Sunoo, ayah bangga punya anak kaya kamu. Kamu anak paling penurut yang ayah punya. Ayah bangga dan bahagia punya kamu sebagai putra. Udah kan? Seneng? Sekarang tidur. Besok kamu gak boleh kelihatan jelek, jangan malu maluin keluarga kita."

Sunoo mengangguk, memejamkan matanya saat rasa sakit mulai mendera kepalanya.

"Ayah, maaf.." gumam Sunoo lirih, namun masih terdengar di rungu Tn. Kim.

"Tidurlah."

Elusan lembut Sunoo rasakan pada kepalanya, ia tersenyum dengan kening yang mengernyit tidak nyaman.

"Sunoo, sayang...ayah."

"Ayah juga."

Setelah Sunoo menutup panggilan, Sunghoon dengan senyum mengembang berjalan menuju kamar si kecil. Baru teringat kalau ada banyak laci di kamar ini, kira kira dimana yang di maksud Sunoo?

Ia berjalan menuju lemari, membuka laci kecil yang berada di bagian bawah lemari itu. Tidak ada apapun selain kaus kaki banyak warna milik Sunoo, sepertinya bukan disini.

Ia beralih membuka nakas di samping kasur, hanya berisi headset Sunoo dan juga beberapa kabel tidak teratur. Bukan disini juga.

Ia berjalan mendekati meja belajar Sunoo, banyak sekali sticky note yang tertempel dimeja itu. Sebagian tertulis tugas kuliahnya, sebagian lagi adalah kata kata semangat untuk dirinya sendiri. Diantara banyaknya kertas yang tertempel, fokusnya teralih pada sticky note berwarna pink yang tertempel diatas buku tebal.

"Kim Sunoo!!
Ayo semangat!!

Kamu berhak bahagia,
Jangan takut!!"

Sunghoon tersenyum melihat tulisan itu.

"Bener. Kamu berhak bahagia kecil." Gumamnya. Ia kembali memeriksa laci di meja itu. Dan tepat pada laci paling bawah di bagian kiri, ia menemukan sebuah kotak berwarna biru.

Sebuah syal berwarna merah dengan garis putih terlihat sangat indah dimata Sunghoon. Ia tidak tahu kapan Sunoo menyiapkan hadiah ini, yang pasti, saat ini jantungnya kembali berdebar karena kelakuan Kim Sunoo.

Matanya menemukan sebuah surat yang di letakkan dibawah syal itu. Masih dengan senyuman lebar, Sunghoon meraih surat itu.

Baru kalimat pertama, Sunghoon merasa bibirnya tidak lagi berhenti tersenyum.

Ia terus membaca surat itu dengan seksama.

Sampai ia menemukan sesuatu yang janggal. Jantungnya berdegup dengan cepat, mencoba menyangkal pikiran negative nya.

Namun semakin ia memahami surat itu, tubuhnya semakin terasa lemas. Keningnya berkeringat, tangannya bergetar dengan mata yang bergerak gelisah.

Dengan gerakan cepat ia mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya, namun sial karena sangking gugupnya ia malah menjatuhkan ponsel itu kelantai.

"Tenang Hoon, tenang. Sunoo gak sebodoh itu." Sugestinya pada diri sendiri. Ia mengambil ponselnya kembali, segera menelpon nomer yang beberapa saat lalu baru saja melakukan panggilan suara dengannya

Namun nihil, tidak ada jawaban. Pemilik ponsel di seberang sudah mematikan ponselnya, dan tidak akan ada jawaban mau berapa kalipun Sunghoon berusaha menghubungi nomer yang sama.

"SIALAN! KIM SUNOO APA MAKSUD LO?!"

Sunghoon berlari keluar kamar dengan pikiran berkecamuk. Ia harus segera mendatangi kediaman keluarga Kim, secepatnya.

Tanpa sadar menjatuhkan kertas berisi tulisan tangan si kecil di lantai yang dingin.




Hai hai~~

Maaf Raa baru bisa kembali sekarang🥺🙏

Chapter depan udah ending aja😭
Gak nyangka bakalan selesai lumayan cepet

Ayo tebak bakal kayak mana akhirnya?

Niatnya ending nanti mau beneran di up tanggal 21, tapi kelamaan ya nunggu tanggal 21 lagi bulan depan?🤣

Kalo endingnya Raa up hari Minggu gak papa ya?

Raa butuh kesiapan untuk nyelesain cerita ini😭

Jangan lupa pencet 🌟 kecilnya yaa

Bye bye~~

Continue Reading

You'll Also Like

993K 60K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
268K 21.2K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
6.1K 475 35
Selalu ada rahasia besar yang tersimpan di dunia ini,rahasia yang tak pernah terduga.Namun apapun rahasia yang terpendam jauh lama kelamaan akan menc...