The Unwanted Queen || COMPLET...

By aristaptr

978K 76.3K 2K

[Sequel of I'm The Queen of Demon Kingdom] Evander Nicolas Harrison, putra dari Lord Xavier kini telah menjad... More

Hello!
The Unwanted Queen || 1
The Unwanted Queen || 2
The Unwanted Queen || 3
The Unwanted Queen || 4
The Unwanted Queen || 5
The Unwanted Queen || 6
The Unwanted Queen || 7
The Unwanted Queen || 8
The Unwanted Queen || 9
The Unwanted Queen || 10
The Unwanted Queen || 12
The Unwanted Queen || 13
The Unwanted Queen || 14
The Unwanted Queen || 15
The Unwanted Queen || 16
The Unwanted Queen || 17
The Unwanted Queen || 18
The Unwanted Queen || 19
The Unwanted Queen || 20
The Unwanted Queen || 21
The Unwanted Queen || 22
The Unwanted Queen || 23
The Unwanted Queen || 24
The Unwanted Queen || 25
The Unwanted Queen || 26
The Unwanted Queen || 27
The Unwanted Queen || 28
The Unwanted Queen || 29
The Unwanted Queen || 30
The Unwanted Queen || 31
The Unwanted Queen || 32
The Unwanted Queen || 33
The Unwanted Queen || 34
The Unwanted Queen || 35
The Unwanted Queen || 36
The Unwanted Queen || 37
The Unwanted Queen || 38
The Unwanted Queen || 39
The Unwanted Queen || 40
The Unwanted Queen || 41
The Unwanted Queen || 42
The Unwanted Queen || 43
The Unwanted Queen || 44
The Unwanted Queen || 45
The Unwanted Queen || 46
The Unwanted Queen || 47
The Unwanted Queen || 48
The Unwanted Queen || 49
The Unwanted Queen || 50
The Unwanted Queen || 51
The Unwanted Queen || 52
The Unwanted Queen || End
The Unwanted Queen || Extra Part I
The Unwanted Queen || Extra Part II
New Story!
Warning!

The Unwanted Queen || 11

19.7K 1.7K 55
By aristaptr

Happy Reading Guys🖤
Don't forget to follow, vote, and comment on this story!
******

Setelah berkutik dengan pikirannya, Alissya akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam istana. Namun langkah Alissya terhenti saat melihat seorang gadis tengah berdiri di hadapan Evan.

"Apa dia yang bernama Livia?" tanya Alissya pada Grace.

Grace yang mendengar itu hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya. Alissya masih terdiam di tempatnya dan menatap mereka dari kejauhan. Di sana ia dapat melihat Livia tengah memberikan sebuah pakaian pada Evan dan terlihat Evan tersenyum saat menerima pakaian itu.

Alissya langsung memalingkan wajahnya dengan mata yang mulai memerah melihat kemesraan mereka. Bahkan matenya sendiri tidak pernah memperdulikan dirinya, tetapi kini ia melihat Evan tersenyum pada wanita lain. Alissya yang tidak ingin melihat kemerasaan mereka akhirnya memutuskan untuk melangkah masuk ke dalam istana melewati pintu yang lainnya.

"Apa kau tahu dimana Queen Crystal berada?" tanya Alissya saat tidak melihat keberadaan Crystal di ruangan tempat ia mendengar percakapan ibu mertuanya dengan salah satu kepercayaannya.

"Mari ikut saya Queen." ujar Grace lalu mengajak Alissya menuju ruangan dimana Crystal berada.

Tak lama kemudian, mereka telah sampai di sebuah perpustakaan istana. Di sana Alissya melihat Crystal yang tengah sibuk membaca sebuah buku di hadapannya.

"Mom."

Crystal yang mendengar suara Alissya langsung mendongakkan kepalanya dan tersenyum.

"Kemarilah nak." Alissya tersenyum lalu berjalan menghampiri Crystal.

Setelah duduk di salah satu kursi yang ada di sana, Alissya terpukau melihat banyaknya buku yang ada di perustakaan itu. Sangat jauh dari apa yang ia bayangkan sebelumnya. Tempat ini bahkah bisa menampung ratusan orang yang ingin membaca buku di sana.

"Apa aku boleh membaca salah satu buku di sini mom?" Tanya Alissya.

Crystal terkekeh pelan dengan kepolosan menantunya. "Tentu saja sayang, kau bisa bebas mengambil buku yang ingin kau baca."

Alissya pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju salah satu rak yang ada di dekatnya. Ia meneliti satu persatu buku yang ada di hadapannya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengambil sebuah buku sejarah tentang kerajaan Demon.

Beberapa menit berlalu, Alissya masih setia membaca setiap kalimat yang tertulis di dalam buku sejarah itu. Buku itu menjelaskan dari awal kerajaan itu berdiri hingga Lord Franklin berkuasa. Namun ia mengerutkan keningnya saat tidak menemukan pembahasan mengenai era pemerintahan raja selanjutnya, yaitu Lord Geordan, Lord Xavier dan Evan yang saat ini menjadi Raja Kerajaan Demon.

"Kenapa di sini tidak menjelaskan tentang pemerintahan Lord Geordan dan selanjutnya mom?" Tanya Alissya bingung.

"Karena sejarah itu tertulis di salah satu buku yang tersimpan di sebuah ruangan rahasia, dan hanya Evan yang bisa mengambilnya."

"Tapi kenapa?" Tanya Alissya lagi saat ia belum mengerti dengan ucapan ibu mertuanya.

Namun saat Crystal ingin menjawab pertanyaan dari Alissya, tiba-tiba salah satu pelayan datang dan memberi kabar jika Livia datang ingin menemuinya.

Saat itu juga pintu ruangan itu terbuka dan memperlihatkan Livia yang berjalan dengan anggun dan tersenyum ke arah Crystal.

"Bagaimana kabarmu Livia? Kenapa tidak memberitahu jika akan datang ke istana ini?" Tanya Crystal tersenyum pada gadis itu.

"Kabar baik Yang Mulia. Saya hanya mampir sebentar untuk mengembalikan pakaian Lord Evan yang tertinggal kemarin."

Sontak Crystal menatap ke arah Alissya saat mendengar ucapan Livia. Sedangkan Alissya yang berada di ruangan itu terdiam menatap Livia dengan raut wajah yang sulit di artikan. Entah mengapa ia tidak suka dengan kehadiran gadis itu.

"Ah mommy lupa. Livia perkenalkan, dia Alissya mate Evan." ujar Crystal tersenyum ke arah Alissya sambil merengkuh bahu gadis itu.

"Senang bertemu dengan anda Queen." ujar Livia sambil menundukkan kepalanya.

Alissya tersenyum. Ia berusaha untuk menormalkan sikapnya dan membalas ucapan gadis itu. "Senang bertemu dengan anda tuan putri."

Saat itu juga Alissya tersadar, jika ia masih jauh berada di bawah Livia, seorang putri dari kerajaan Wizard. Gadis itu sangat cantik, lembut dan juga sopan dalam bertutur kata layaknya seorang putri. Siapapun orang yang melihatnya pasti akan terkagum-kagum pada gadis itu. Namun berbanding terbalik dengan dirinya yang bukan siapa-siapa. Tidak ada kelebihan yang bisa ia banggakan.

"Ada apa nak? Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Crystal saat melihat Alissya yang hanya terdiam dengan menundukkan kepalanya.

"Tidak mom, aku hanya ingin mengatakan padamu jika aku ingin mengunjungi ibuku. Aku sangat merindukannya." ujar Alissya dengan raut wajah sedih.

Crystal tersenyum lalu mengusap puncak kepala Alissya dengan lembut. "Tentu saja kau boleh mengunjungi ibumu sayang. Kau bisa pergi bersama Grace dan beberapa pengawal untuk menjagamu."

Alissya yang mendengar itu seketika berbinar. Ia tidak menyangka jika Crystal akan langsung memberinya izin.

"Terima kasih mom, aku akan segera kembali." ujar Alissya antusias membuat Crystal terkekeh pelan.

"Titip salamku pada ibumu sayang." ujar Crystal dan langsung dijawab anggukkan oleh Alissya.

Saat itu juga Alissya langsung beranjak dari tempat duduknya dan tidak lupa berpamitan pada Crystal dan juga Livia yang masih berada di tempatnya. Setelah itu ia berjalan dengan cepat keluar dari istana dan menuju sebuah kereta kuda yang sudah siap untuk mengantar dirinya. Alissya sudah tidak sabar untuk menemui ibunya. Ada banyak hal yang ingin ia ceritakan. Sedangkan Grace yang berjalan di belakangnya hanya menggelengkan kepalanya heran. Setidaknya ia senang karena melihat ratunya kembali bahagia dan melupakan kejadian tadi.

*****

Tak lama kemudian, Istana kerajaan Demon dihebohkan dengan seorang pria yang tergeletak tidak jauh dari pintu gerbang istana dengan luka di sekujur tubuhnya. Sayangnya pria itu di temukan dengan keadaan tidak bernyawa. Pria itu adalah salah satu prajurit yang berjaga di perbatasan wilayah utara kerajaan Demon. Evan yang mendengar kabar itu langsung melesat menuju pintu gerbang istana dengan rahang mengeras menahan amarah.

"Apa kau sudah menemukan pelakunya?" tanya Evan pada Steve.

"Mereka berhasil lolos Lord." ujar Steve membuat Evan mengepal tangannya kuat.

"Sepertinya lawanmu saat ini cukup hebat son." ujar Xavier yang baru saja tiba dengan Darren di belakangnya. Evan yang mendengar itu hanya terdiam. Tentu ia menyetujui ucapan ayahnya.

"Kau ikut aku ke perbatasan." tihta Evan lalu melesat meninggalkan istana bersama Steve dan beberapa prajurit lainnya.

Darren yang berdiri di belakang Xavier kemudian berjalan mendekati mayat itu untuk mencari penyebab kematiannya. Tak lama kemudian ia terkejut saat menyadari sesuatu. 

"Ini.." ucapan pria itu tertahan saat melihat Xavier yang tersenyum menatap ke arahnya.

"Kau benar, sebaiknya kita bicarakan di dalam." ujar Xavier lalu berbalik meninggalkan tempat itu.

Darren langsung memerintahkan yang lainnya untuk segera memindahkan mayat itu dari sana sebelum melesat menyusul Xavier yang telah masuk lebih dulu.

Di sisi lain, Evan telah sampai di perbatasan tempat dimana prajurit itu berjaga tadi malam. Evan mengedarkan pandangannya dan mencari petunjuk mengenai musuhnya. Namun nihil, ia tidak bisa merasakan atau mencium aroma dari musuhnya.

"Sial mereka sangat cerdik!" geram Evan lalu kembali melesat menuju istana dan mengumpulkan seluruh pasukannya.

Semua prajurit istana kerajaan Demon telah berkumpul di depan istana bersama Lord Xavier dan Queen Crystal. Tak lama kemudian, mereka menundukkan kepalanya saat melihat kedatangan Evan.

"Hormat kami Yang Mulia."

Evan mengangkat satu tangannya dan meminta seluruh prajuritnya untuk menegakkan tubuh mereka.

"Satu dari kita baru saja ditemukan tidak bernyawa akibat serangan dari orang yang tidak kita ketahui. Oleh karena itu aku memerintahkan pada kalian semua untuk memperketat keamanan istana dan menyebar ke seluruh titik di kerajaan ini. Untuk saat ini tutup gerbang rapat-rapat dan jangan biarkan siapapun untuk keluar dari istana," titah Evan.

"Sebelum kita menemukan pelakunya, jangan biarkan prajurit berjaga seorang diri. Jika kalian menemukan pergerakan sedikitpun segera hubungi aku." lanjutnya. Saat itu juga Evan langsung membubarkan seluruh pasukannya dan melangkah masuk menuju ruang kerjanya.

Tok Tok...

"Masuk." perintah Evan saat mendengar suara ketukan pada pintu ruangannya.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan Steve masuk dengan langkah tergesa.

"Ada apa?" tanya Evan menatap bingung ke arah Steve.

"Queen Alissya tidak ada di istana Lord. Saat ini ia sedang dalam perjalanan menuju rumah ibunya." Sontak Evan membulatkan matanya dan berdiri dari kursi kebesarannya.

"Siapa yang memberinya izin untuk pergi?!"

"Mommy yang membiarkannya pergi." ujar Crystal yang baru saja masuk ke ruangan itu bersama suaminya.

"Why?! Dia mateku, seharusnya dia mengatakan semuanya padaku!"

"Apa kau perduli padanya?!" ujar Crystal dengan tidak kalah meninggikan suaranya membuat Evan seketika terdiam.

Suasana di ruangan itu menjadi menegang akibat pertengkaran Evan dengan ibunya. Steve hanya mampu menundukkan kepalanya sedangkan Xavier berusaha menenangkan istrinya.

"Lihatlah! Kau tidak bisa menjawab pertanyaan mommy. Kau sendiri bahkan tidak perduli dengan matemu sendiri!"

"Tidak! Kau salah mom!" bantah Evan.

"No! Kau yang salah! Kau selalu membiarkan matemu sendiri. Bahkan kau bisa menginap di tempat lain tanpa memikirkan matemu dan kau sama sekali tidak tahu jika dia sempat pingsan di kamarnya!" ujar Crystal membuat semua orang yang ada di ruangan itu seketika membulatkan matanya.

"Pingsan?" tanya Evan dengan nada terkejut.

"Ya, dia pingsan di hari pertama ia berada di istana ini. Lalu kau tidak merasa bersalah sedikitpun saat membiarkan dia tidur sendirian. Mommy sudah pernah katakan padamu, tinggalkan dia jika kau memang tidak menginginkannya! Jangan perlakukan gadis sebaik dirinya seperti barang yang tidak berharga Evan! Jadi biarkan dia hidup bahagia dengan ibunya daripada hidup seperti di dalam penjara di istana ini! Dia merasa bosan dan sangat kesepian, sedangkan kau bisa bermalam di tempat lain tanpa memikirkannya!" ujar Crystal lalu berlalu meninggalkan tempat itu dengan wajah memerah menahan amarah.

Xavier memijat kepalanya yang terasa sedikit pening. Pertengkaran ibu dan anak ini selalu membuatnya pusing. Xavier menatap Evan yang masih terdiam di tempatnya. Tentu ia tahu perkataan istrinya pasti sangat menusuk hati putranya.

"Tinggalkan kami berdua Steve." ujar Xavier tanpa mengalihkan pandangannya dari Evan.

"Yes My Lord." ujar Steve menundukkan kepalanya lalu melangkah meninggalkan ruangan itu memberikan privasi pada mereka berdua.

Xavier melangkahkan kakinya menuju salah satu jendela yang ada di ruangan itu. Ia melipatkan kedua tangannya dan menatap lurus ke depan.

"Apa kau mencintainya?" tanya Xavier. Namun ia sama sekali tidak mendengar jawaban dari putranya.

"Melihat reaksimu membuat daddy menyetujui ucapan ibumu." ujar Xavier sontak membuat Evan menatap ke arahnya.

"Apa maksud daddy?!" tanya Evan membuat Xavier membalikkan tubuhnya.

"Kau tidak mencintainya, jadi ibumu tidak salah jika ia ingin kau meninggalkan gadis itu. Alissya gadis yang baik, dia tidak pantas mendapatkan dirimu." ujar Xavier tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kau tahu, dulu bahkan daddy melakukan berbagai cara untuk menemukan ibumu. Banyak musuh yang mengincarnya karena mereka tahu, dia adalah kelemahan daddy. Tentu daddy akan melakukan apapun untuk membuatnya tetap aman. Daddy akan selalu berada di sampingnya dan akan selalu membuatnya tersenyum bahagia. Senyumannya benar-benar membuat kehidupan daddy menjadi lebih berwarna, dan saat itu daddy tahu, jika daddy tidak mau kehilangannya."

Evan terdiam mendengar cerita dari ayahnya. Ini pertama kalinya ia mendengar ayahnya mau menceritakan tentang ibunya pada dirinya. Namun siapa sangka ucapan itu membuat hati Evan perlahan mulai tergerak.

"Apa kau tidak pernah merasakan hal yang sama seperti yang daddy rasakan?" Tanya Xavier dan berbalik menatap Evan.

"Pikirkan baik-baik semua yang kami katakan. Ini demi kebaikanmu son, kami tidak mungkin memintamu melakukan hal yang dapat merugikan dirimu. Kami akan selalu mengarahkanmu pada jalan kebenaran, karena itu sudah tugas kami sebagai orang tuamu." ujar Xavier lalu melangkah meninggalkan ruangan itu. Namun saat Xavier ingin membuka pintu ruangan tersebut, tiba-tiba ia berbalik dan menatap ke arah putranya.

"Ahh benar. Apa kau meninggalkan matemu karena ucapan Lord Edgar? Semoga itu tidak benar, karena daddy tidak akan pernah menyetujuinya walaupun dia telah membantu kita selama ini." ujar Xavier lalu menghilang dibalik pintu.

Ucapan ayahnya menjadi pukulan telak bagi Evan. Tidak, tentu saja ia tidak akan menerima tawaran dari Lord Edgar. Ya. Saat acara makan malam di kerajaan Wizard, Lord Edgar mengatakan hal yang sangat mengejutkan pada dirinya. Apakah ia memiliki perasaan pada putrinya dan apakah dia ingin dijodohkan oleh putrinya yang tidak lain adalah Livia, temannya sendiri. Namun jawabannya tidak, Evan menolak dengan hormat permintaan dari Lord Edgar. Itu karena Alissya, Evan menolak itu karena ia telah memiliki Alissya di sisinya. Tapi satu hal yang masih sangat ia ragukan, apakah dia mencintai gadis itu?

"Sial! Kenapa semuanya sangat rumit!" geram Evan dan mengusap wajahnya kasar.

*****

Alissya menatap rumah yang kini telah menjadi tempat tinggal ibunya. Sekarang Charlotte telah tinggal di pusat kota kerajaan vampire berdekatan dengan rumah Jacob dan Anne. Ia sangat terkejut saat mengetahui Evan sendiri yang menyiapkan ini semua untuk ibunya.

"Astaga! Siapa ini yang datang?" ujar Charlotte terkejut saat melihat kedatangan putrinya. Alissya terkekeh pelan saat melihat reaksi ibunya.

"Kau sangat berlebihan mom." Charlotte berdecak sebal lalu memeluk Alissya penuh kerinduan.

Alissya tersenyum dan membalas pelukan dari ibunya. Ia sangat merindukan ibunya, padahal ia baru beberapa hari tinggal di istana.

"Ah benar. Mom kenalkan, dia Nyonya Grace yang selalu menemaniku di istana." ujar Alissya melepas pelukan ibunya saat menyadari ia tidak datang seorang diri.

"Terima kasih karena telah menjaga putriku."

"Sudah kewajiban saya Nyonya." ujar Grace sambil menundukkan kepalanya.

"Jangan terlalu formal, sepertinya kita seumuran. Panggil aku Charlotte." ujar Charlotte sambil terkekeh pelan. Grace yang mendengar itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Akhirnya mereka pun melangkah masuk ke dalam rumah, sedangkan para pengawal menjaga keamanan di depan rumah tersebut.

Setelah sampai di dalam, Alissya mengedarkan pandangannya menatap setiap sudut rumah dengan penuh kagum. Rumah itu jauh lebih bagus dan besar dibandingkan rumah mereka yang dulu.

'Sepertinya aku harus berterima kasih padanya.' batin Alissya.

"Kenapa kau tiba-tiba datang dan tidak memberitahu mommy terlebih dahulu? Mommy bahkan tidak memiliki makanan yang bisa mommy sajikan untuk kalian." ujar Charlotte yang sibuk di dapur menyiapkan teh untuk para tamunya.

"Ck lihatlah, kau tetap memarahiku padahal aku sudah datang. Tapi kau akan jauh lebih marah jika aku tidak pernah mengunjungimu." ujar Alissya berdecak sebal.

Grace yang melihat interaksi ibu dan anak di hadapannya ikut tersenyum senang. Ternyata masih banyak yang tidak ia ketahui tentang Alissya. Di istana, gadis itu akan menjadi gadis yang sangat pendiam, sedangkan di rumahnya sendiri ia akan terus berbicara tanpa henti.

"Maafkan putriku, Grace. Dia memang seperti itu." ujar Charlotte sambil meletakkan nampan yang berisi teh dan juga beberapa camilan.

"Saya sangat senang melihat Yang Mulia.." belum selesai Grace berbicara, namun Alissya lebih dulu memotongnya.

"Tolong jangan berbicara formal pada kami jika tidak berada di istana nyonya. Panggil aku Alissya saja. Bukan begitu mom?" ujar Alissya sambil menjatuhkan tubuhnya di samping ibunya.

"Ahh baiklah." ujar Grace tersenyum senang.

"Apa kau makan banyak di sana Alissya? Kau terlihat semakin gemuk." ujar Charlotte sontak membuat Alissya membulatkan matanya.

"Yang benar saja! Mana mungkin aku gendut dalam waktu tiga hari mom." Charlotte dan Grace yang mendengar itu langsung tertawa melihat kelucuan Alissya. Sedangkan Alissya yang mengetahui telah dipermainkan oleh ibunya langsung merenggut kesal.

"Charlotte! Kenapa di depan rumahmu banyak pengawal?!" Teriak Anne dengan raut wajah terkejut masuk ke dalam rumah itu.

Semua orang yang ada di dalam langsung terdiam melihat Anne yang masuk dengan tingkah konyolnya.

"Apa kau baik-baik saja aunty?" Tanya Alissya pelan.

"Alissya!"

Charlotte menutup telinga dengan kedua tangannya saat kembali mendengar teriakan Anne. Sedangkan Alissya hanya terkekeh pelan melihat ekspresi wajah wanita itu.

"Jacob cepatlah, ada Alissya di sini!" teriak Anne pada suaminya yang masih menunggu di luar.

"Benarkah?!" Ujar Jacob masuk dengan raut wajah terkejut.

"Hai uncle." sapa Alissya sambil melambaikan tangannya dan terkekeh pelan melihat tingkah pasangan itu.

*****

Matahari perlahan mulai bergerak menuju ufuk barat dan perlahan digantikan oleh bulan dan bintang. Namun Evan masih terdiam di kamarnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Entah sudah berapa kali terdengar suara helaan nafas dari pria itu.

Tak lama kemudian, ia sedikit terkejut saat merasakan sebuah tepukan pada pundaknya. Tentu ia tahu siapa pelakunya.

"Kenapa kau masih di sini?" Tanya Steve sambil bersandar di dinding balkon.

Evan yang mendengar itu menaikkan satu alisnya dan menatap bingung ke arah Steve.

"Ck kau memang sangat lamban," Kesal Steve. "Kenapa kau tidak menjemput matemu. Ah ralat, dia sudah menjadi istrimu walaupun kalian belum melakukan penyatuan." lanjutnya.

Evan hanya terdiam tanpa berniat menanggapi ucapan pria itu. Pikirannya masih sangat kacau karena memikirkan tentang matenya.

"Aku tahu kau mencintainya, kau tidak bisa menutupi itu semua. Kau ingat, saat aku mengatakan jika banyak yang mengincarnya, saat itu juga kau langsung menjemput gadis itu. Lalu saat kau mendengar dia berada di desa Vanbrough bersama Queen Crystal, kau langsung datang ke sana padahal uncle Darren berada di sana untuk menjaga mereka. Masih banyak lagi yang telah kau lakukan berhubungan dengan gadis itu. Tentu kau lebih tahu dariku, aku tidak perlu menjelaskannya lagi." Ujar Steve panjang lebar.

Setelah mendengar ucapan Steve, perlahan ingatan tentang kebersamaannya dengan Alissya kembali muncul di benaknya. Ingatan itu membuat hati yang semula dingin perlahan mulai mencair.

Steve kembali menepuk pundak Evan untuk yang terakhir kalinya sebelum ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

"Jemputlah dia dan katakan padanya jika kau mencintainya." ujar Steve lalu berjalan meninggalkan tempat itu.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

547K 41.3K 40
Lalita seorang werewolf tangguh yang di anugrahi serigala putih dalam legenda yang akan menyelamatkan dunia dari kehancuran. Beban berat yang ia paks...
1.1M 83K 60
Jeanna yocelyn, sosok gadis manis yang sangat ceria dan tak pernah kenal takut. Saat ini Jeanna tengah menempuh pendidikannya di sekolah menengah ata...
1.1M 104K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
251K 21.4K 20
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...