PARALYSED [END]

Miss_Ristyaningsih द्वारा

7.5K 1.8K 4.1K

Kecelakaan yang terjadi karena rasa benci yang tertanam dalam hati dan pikiran membuat nyawa seorang gadis be... अधिक

A T T E N T I O N
C A S T
P R O L O G
B A B 1
B A B 2
B A B 3
B A B 4
B A B 5
B A B 6
B A B 7
B A B 8
B A B 9
B A B 10
B A B 11
B A B 12
B A B 13
B A B 14
B A B 15
B A B 16
B A B 17
B A B 19
B A B 20
B A B 21
B A B 22
B A B 23
B A B 24 (END)
E P I L O G

B A B 18

91 20 42
Miss_Ristyaningsih द्वारा

Jam 23.00

"Dia adalah laki-laki yang paling berengsek yang pernah saya kenal. Dengan teganya dia menyuruh orang untuk mencelakakan nona Ainsley yang tidak pernah melukainya atau mengganggunya," tukas Nabil datar.

Malam sudah larut, namun Nabil, Azi, dan Vikram masih membahas perihal di kantin tadi pagi.

Nabil, Azi, dan Vikram sudah tahu siapa pelaku di balik kejadian itu. Lagi dan lagi pelakunya masih sama yaitu, Ikhsan. Kakak kedua Ainsley yang sekarang masih di dalam penjara. Entah bagaimana sampai dia bisa menghubungi seseorang untuk berbuat jahat di saat dia sedang di kawasan yang diawasi oleh pihak berwajib atau para polisi.

"Apa mereka tidak mengawasi Ikhsan ketika pria itu sedang menelepon, seperti yang biasa mereka lakukan kepada pelaku kejahatan yang lainnya?" batin Nabil.

"Rasa bencinya semakin besar." Setelah lama tidak membuka suara, Vikram kali ini merespons ucapan Nabil dengan datar.

"Kasih sayang yang diberikan nona Ainsley kepadanya tidak cukup selama ini," sela Nabil.

"Katakan ini kepada polisi dengan bukti rekaman cctv di kantin di saat kejadian orang suruhannya mengawasi gerak-gerik Nona Ainsley, serta bukti panggilan telepon dari Ikhsan tentang rencana mereka untuk membunuh nona Ainsley yang tidak sengaja laki-laki itu rekam di ponselnya," ucap Azi datar.

"Dia akan mendapatkan hukuman berlipat ganda. Saya ingin dia tidak akan pernah keluar dari sana kalau perlu, daripada mengganggu nona Ainsley dan membuat nyawanya dalam bahaya lagi," tegas

"Sebaiknya kita istirahat malam ini. Kita akan melaporkan dan memberikan bukti-buktinya besok pagi, karena ini sudah larut malam." Mereka bertiga bergegas ke kamar masing-masing untuk beristirahat dan akan kembali menindak lanjuti masalah ini, yang harus segera diselesaikan.

Karena Azi, Vikram, dan Nabil yang ditugaskan Fida untuk selalu menjaga Ainsley di sekolah, jadi mereka diminta untuk tinggal dan tidur di rumah Fida saja, daripada bolak-balik dari rumah mereka lalu ke rumah Fida yang hanya akan menguras waktu dan tenaga ketiga bodyguard muda ini.

Azi, Vikram, dan Nabil memiliki prinsip untuk saat ini tetap fokus dan bekerja kepada keluarga Fida tanpa memikirkan tentang pasangan atau perempuan. Karena, mereka tidak punya waktu untuk itu. Dan lagipula, mereka masih muda. Azi, Vikram, dan Nabil juga tidak ingin berlama-lama berpacaran, dan akan langsung menikah, itu juga tidak mudah. Mereka harus mempersiapkan segalanya, yaitu fisik, mental, materi, dan hal penting lainnya, karena mereka ingin menikah sekali seumur hidup dengan orang yang tepat.

Maka dari itu, mereka tidak pernah terlihat dekat dengan perempuan, kecuali Fida, Ainsley, Aqila, atau Geffie. Namun, Azi, Vikram, dan Nabil lebih dekat dengan Ainsley yang sudah mereka anggap seperti adik mereka, mereka juga sangat menyayangi Ainsley. Mereka rela mempertaruhkan nyawa untuk menyelematkan Ainsley, bukan hanya karena kasih sayang yang mereka miliki untuk Ainsley, tetapi juga karena tugas mereka sebagai bodyguard.

*****

Jam 06.10

"Mama. Terima kasih banyak karena telah membantu Ainsley. Maaf telah merepotkan Mama, dengan kondisi Ainsley yang sekarang, Ainsley sadar bahwa Ainsley banyak merepotkan orang-orang di sekitar Ainsley." Ainsley menundukkan kepalanya dengan dalam dengan meneteskan air matanya.

Fida berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Ainsley, lalu mengangkat dagu Ainsley. "Jangan menunduk, sayang. Kamu jangan menangis. Kamu tidak merepotkan siapapun. Kami semua sayang sama kamu. Mama dan yang lainnya, tidak akan membiarkan kamu sendirian. Kami akan terus bersama kamu, karena kita adalah keluarga, sayang. Jadi, kita harus saling membantu dan menguatkan di saat seperti ini. Anak cantiknya Mama, tidak boleh bersedih," sahut Fida.

"Ini sudah berulang kali kamu ucapkan. Dan akan kembali Mama jawab bahwa kamu tidak pernah merepotkan siapapun," lanjutnya.

Ainsley hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Hari ini Mama mau kepang rambut panjang kamu sayang." Fida dengan lembut menyisir rambut Ainsley dengan tersenyum sambil menatap cermin besar yang berada di depan mereka.

"Iya Mama. Yang Ainsley ingat, terakhir rambut Ainsley dikepang itu waktu umur Ainsley 9 tahun," sahut Ainsley dengan tersenyum manis.

Fida mengepang rambut Ainsley dengan lembut namun cepat. Ia tersenyum ketika melihat hasilnya. Fida mencium lembut rambut Ainsley yang berbau vanilla.

"Selesai! Putri Mama sudah semakin cantik sekarang, dan sudah siap memulai hari ini dengan senyuman," seru Fida.

"Oh iya sayang. Bagaimana hari kamu di sekolah kemarin? Apa semuanya baik-baik saja? Apa putri cantiknya Mama sudah punya teman atau sahabat?" tanya Fida dengan mengelus rambut Ainsley dengan masih menghadap cermin.

"Terima kasih Mama. Namun bagi Ainsley, Mama adalah wanita yang hampir sempurna untuk kehidupan Ainsley. Alhamdulillah semuanya baik-baik saja Mama. Senang rasanya bersekolah di sana. Ainsley juga sudah punya sahabat, ada dua orang. Insya Allah, Ainsley akan memperkenalkan mereka sama Mama secara langsung," jawab Ainsley.

"Ya sudah, sekarang waktunya kita sarapan bersama dengan yang lainnya ya." Terlebih dahulu Fida mengambil tas milik Ainsley dan menggendongnya di bahu sebelah kanan, lalu kedua tangannya mendorong pelan kursi roda Ainsley keluar kamar, berhenti sejenak di depan pintu untuk menutupnya, lalu kembali berjalan ke arah lift.

Di saat Fida ingin menekan tombol untuk membuka lift, pintu lift tersebut terbuka, dan terlihat seorang gadis kecil yang menatap mereka berdua dengan polos, serta ayah dari gadis kecil itu yang berada di sampingnya sambil memegang jari telunjuk kecil milik anaknya.


Gadis kecil yang cantik itu adalah Tiara dan sang Ayah yaitu Arley.

Anak dan ayah itu terlihat serasi dari segi berpakaian mereka. Dengan Tiara yang memakai baju berwarna ungu bercampur putih, sedangkan Arley memakai t-shirt hitam dan jas putih serta celana putih.

"Mama!" seru Tira dengan berlarian kecil ke arah Ainsley.

Ainsley merentangkan tangannya ketika Tiara berlari ingin memeluknya. Namun, yang bisa ia peluk hanya kaki Ainsley.

Pelukan di kakinya terasa erat. Tiara menyalurkan rasa rindunya lewat pelukan itu.

Arley menggendong Tiara lalu sedikit membungkukkan tubuhnya untuk membantu Tiara agar lebih dekat dengan Ainsley dengan tinggi yang setara. Tiara yang mendapat kesempatan, mencium pipi Ainsley secara lembut selama beberapa menit.

Fida yang melihatnya hanya bisa tersenyum dengan perasaan terharu, melihat putrinya yang masih berumur 15 tahun, sudah memiliki jiwa keibuan yang begitu besar, dan sangat menyayangi anak kecil.

"Tiara kangen sama Mama ya?" ucap Ainsley setengah bertanya, setelah Tiara menyudahi ciumannya.

Tiara menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Iala anen ama mama," ucapnya

"Mama juga kangen sekali sama Tiara," ucap Ainsley dengan mencium sekilas pipi Tiara lalu mencubitnya pelan, karena merasa gemas, yang disambut dengan kekehan geli oleh Tiara.

Arley menegakkan tubuhnya dengan masih menggendong Tiara. Tangan kanannya meraih tangan Fida dan mencium punggung tangannya yang disambut oleh Fida dengan mengusap lembut rambut Arley, Arley menggendong Tiara dengan satu tangan saja. "Assalamu'alaikum Mama dan Ainsley. Bagaimana kabarnya?" tanya Arley setelah kembali menegakkan tubuhnya.

"Wa'alaikumussalam. Alhamdulillah kabar Mama dan Ainsley baik-baik saja, dan dalam keadaan sehat, nak. Kamu sendiri bagaimana?" jawab Fida.

"Kabar Arley dan Tiara juga baik Mama," jawab Arley.

Arley memang disuruh Fida untuk memanggilnya mama saja, karena itu lebih enak di dengar dan Fida juga sudah menganggap Arley sebagai anaknya.

Arley menekan tombol lantai satu ketika sudah berada di dalam lift yang pintunya sudah tertutup. Perlahan lift mulai turun ke bawah.

Tiara sudah tidak digendong Arley. Ia berdiri di tengah-tengah antara Arley dan Ainsley. Tangan kiri Tiara memegang tangan kanan Ainsley dan tangan kanan Tiara memegang tangan besar milik Arley.

Jika dilihat oleh orang asing, mereka akan mengira bahwa Ainsley adalah kakak dari Tiara, karena wajahnya yang masih terlihat sangat muda, yang tidak memungkinkan untuk dianggap sebagai seorang ibu dari Tiara.

"Mama. Apa Mama sudah pernah menjenguk kakak Ikhsan?" tanya Ainsley dengan menatap Fida.

"Tidak pernah. Dan mungkin tidak akan," jawab Fida datar.

"Kenapa? Apa sesusah itu untuk memaafkannya? Ainsley saja bisa memaafkannya Mama. Lalu, kenapa Mama dan yang lainnya tidak bisa?" tanya Ainsley lembut dan tersenyum.

"Yang ingin Mama pertanyakan. Kenapa kamu terlalu baik sayang? Dia telah melakukan kesalahan besar, lalu dengan semudah itu kamu memaafkannya?" Fida berusaha untuk tetap berbicara lembut kepada Ainsley agar Ainsley mengerti ucapannya, walaupun ia susah mengontrol emosi ketika membahas tentang anak keduanya itu.

Ainsley menarik pelan tangan Fida dan menggenggamnya. "Mama. Maafkanlah kakak Ikhsan, walaupun dia tidak menyesali perbuatannya. Karena, Ainsley yakin suatu saat, kakak Ikhsan akan sadar atas apa yang telah ia lakukan," ujar Ainsley.

"Insya Allah, habis pulang sekolah Ainsley, kita jenguk kakak Ikhsan ya Mama," lanjutnya dengan tersenyum manis.

Fida memejamkan matanya sejenak dan mengembuskan napasnya dengan pelan, lalu mengelus tangan Ainsley yang masing memegang tangannya. "Baiklah. Lagi dan lagi, Mama tidak bisa menolak permintaan kamu. Jika kamu merasa bahagia dengan menjenguknya, maka Mama akan menyetujuinya."

Senyuman Ainsley semakin lebar mendengarnya. Arley hanya diam, tidak mau ikut campur urusan keluarga Jagravi. Sedangkan Tiara, hanya menatap Ainsley dan Fida bergantian dengan polos.

Bersamaan dengan berakhirnya percakapan antara Fida dan Ainsley, pintu lift terbuka dengan pelan yang berarti mereka telah sampai di lantai dasar atau satu.

Tiara melepaskan genggamannya dari tangan Ainsley, dan hanya menggenggam tangan Arley. Karena mereka harus duduk di kursi masing-masing untuk makan.

Ainsley mengerutkan keningnya, ketika pandangannya tidak mendapati Azi. Hanya ada Nabil dan Vikram di meja makan. "Kakak Vikram. Di mana kakak Azi? Kenapa tidak sarapan pagi bersama?" tanya Ainsley lembut.

"Saya tidak tahu Nona Ainsley. Dia tidak bisa ikut sarapan pagi hari ini, karena harus ada yang diurus. Hanya itu saja yang dia katakan," jawab Vikram datar.

"Tidak apa-apa sayang. Sekarang semuanya makan ya. Dengan berdoa terlebih dahulu," sela Fida mengusap rambut Ainsley.

Semua orang berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Begitupun dengan Tiara, yang hanya ikut menengadahkan tangannya dengan menatap polos bibir semua orang yang ia tidak tahu apa yang mereka ucapkan.

Tiara juga ikut mengusapkan tangan ke wajahnya, mengikuti Ainsley yang sudah selesai berdoa. Ainsley tahu itu, ia hanya bisa tersenyum gemas. Jika tidak duduk di kursi roda, mungkin ia sudah berlari ke Tiara, memeluknya erat lalu mencium pipinya dengan lama.

"Menggemaskan sekali kamu Tiara," batin Ainsley dengan tersenyum lebar.

Semua orang memakan makanannya dengan diam, termasuk Tiara. Gadis kecil itu sudah bisa makan sendiri, jadi Arley tidak perlu menyuapinya. Karena, Tiara akan langsung marah ketika ia disuapi ayahnya. Mungkin jika itu Ainsley, Tiara akan dengan senang menerimanya.

"Tiara sayang. Mau mama suapi atau tidak hm?" tanya Ainsley lembut.

Tiara mengangkat kepalanya ketika mendengar hal itu. Dengan cepat dan semangat dia menganggukkan kepalanya.

"Iala-"

"Tidak Ainsley. Biarkan dia makan sendiri. Anak itu tidak boleh banyak dimanjakan," sela Arley dengan menatap tajam Tiara, membuat gadis kecil itu kembali menundukkan kepalanya.

Para bodyguard dan asisten rumah tangga hanya bisa diam melihat itu.

"Kakak Arley. Jangan menatap Tiara seperti itu. Tiara menjadi takut karena tatapan kakak," ujar Ainsley lembut.

"Apa kakak mau karena kakak memarahinya, Tiara menjadi malas makan?" tanya Ainsley.

Arley hanya bisa mengembuskan napasnya dengan kasar. Tanpa mencoba membujuk Tiara yang sudah mau menangis.

Ainsley yang melihatnya, bergegas memutar balikkan kursi rodanya lalu menjalankan ke arah Tiara, yang di sampingnya adalah Arley.

Sesampainya di samping Tiara, Ainsley mengusap lembut rambutnya lalu mengangkat dagunya agar tidak menunduk dan mengarahkan kepadanya, supaya Tiara menatapnya.
"Princessnya Mama tidak boleh menundukkan kepalanya. Nanti mahkota kamu jatuh sayang. Ucapan Papa tadi, itu hanya bercanda. Benar yang Ainsley katakan, bukan?" Ainsley menatap Arley dengan tersenyum, meminta Arley untuk mengiyakan ucapannya.

"Iya. Papa minta maaf sayang. Papa hanya bercanda. Tetapi, lain kali kalau makan, tidak perlu disuapi lagi ya. Tiara bilang ke Papa waktu itu, kalau Tiara sudah besar, bukan? Jadi, kalau sudah besar, sudah tidak disuapi lagi." Arley mengusap rambut Tiara dan tersenyum. Mencoba untuk memberikan pengertian terhadap anaknya.

"dadi Iala alah Papa?" ucap Tiara setengah bertanya.

"Hm, iya sayang. Mama juga lagi makan, bukan? Jadi, tidak boleh diganggu. Putrinya Papa paham atau tidak?"jawab Arley.

Tiara kembali tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Iya Papa," sahut Tiara.

"Ainsley sudah selesai." Vikram dan Nabil langsung berdiri dari duduknya, begitu juga dengan Ainur, yang sudah berada di belakang Ainsley. Karena memang mereka bertiga juga sudah selesai memakan makanan masing-masing.

"Kita antar Mama pergi sekolah dulu sayang," bisik Arley kepada Tiara, yang hanya dibalas dengan anggukan kepala semangat oleh Tiara.

Mereka semua berjalan ke arah luar rumah, dengan Arley yang mendorong kursi roda Ainsley dengan pelan dan Tiara yang menggenggam tangan kanan Ainsley.

Ainsley memutar balikkan kursi rodanya dibantu Arley, untuk menghadap kepada Tiara. "Tiara. Mama pamit pergi ke sekolah dulu ya. Setelah Mama pergi, Tiara harus selalu menuruti perkataan Papa, dan tidak boleh terlambat makan. Nanti Mama bawakan es krim untuk kamu sayang. Janji sama Mama, Tiara jangan nakal ya? Karena, Tiara adalah princess, jadi Tiara tidak boleh nakal. Paham sayang?" ujar Ainsley lembut disertai senyuman.

"Iya Mama. Iala plincess, adi ida oleh aal," jawab Tiara dengan menganggukkan kepalanya.

Terakhir, Ainsley mencium lembut pipi lalu dahi Tiara yang menerimanya dengan memejamkan matanya serta tersenyum lebar. Lalu, Tiara melambaikan tangannya kepada Ainsley yang perlahan menjauhinya untuk naik ke mobil, setelah berpamitan kepada semua orang, dan mencium punggung tangan Mama dan yang lainnya.

Vikram, Nabil, dan Ainur membantu Ainsley masuk ke dalam mobil, dengan kursi rodanya disimpan di bagasi.

Ainsley menyandarkan tubuhnya di kursi yang ia duduki dengan nyaman sambil memejamkan matanya. Seperti biasa, Ainur duduk di sebelahnya. "Apa kakak Azi tidak akan ke sekolah?" tanya Ainsley dengan kembali membuka matanya.

Vikram menatap Ainsley sekilas dari kaca spion yang berada di tengah-tengah. "Tidak Nona. Azi akan datang ke sekolah di saat jam mata pelajaran kedua Nona. Itu yang dia katakan lewat pesan WhatsApp, belum lama ini."

Ainsley hanya menganggukkan kepalanya. Ia merasa merindukan Azi. Sikap laki-laki itu yang cuek namun perhatian terhadapnya, membuat ia merindukan Ikhsan kakaknya juga. Karena, sifat mereka hampir sama. Jika Azi masih ada perhatian kepadanya, sedangkan Ikhsan tidak. Jika Azi menyayanginya, dan Ikhsan tidak.

"Ainsley merindukan kakak. Semoga kakak baik-baik saja di sana," batin Ainsley dengan kembali memejamkan matanya.



TBC.

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

COME BACK TO ME NrlFtr द्वारा

किशोर उपन्यास

1.3K 153 18
✨DOUBLE A SEASON 2✨ • Silakan baca Double A terlebih dahulu • Baru baca come back to me, biar paham alur Terima kasih 💜✨ Kali ini tidak akan ada lag...
My Sexy Neighbor F.R द्वारा

किशोर उपन्यास

959K 14K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
HERIDA Siswanti Putri द्वारा

किशोर उपन्यास

582K 22.7K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
1.6M 117K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...