My Roommate Is a Badgirl

By jiaathe

12.7M 1.4M 324K

(SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA) Agatha terpaksa tinggal bersama Raka. murid paling teladan dan juga keba... More

00 - Prolog
01 - Raka Anjing!
02 - Tinggal Se-atap
03 - Keras Kepala
04 - Cewek Nakal
05 - Dahlah, Capek
06 - Iblis Penggoda
07 - Tidur Satu Kamar
08 - Sialan!
09 - Toilet Pria
10 - Patah Hati Pertama
11 - Bertemu
12 - Menjalankan Misi
13 - Dasar Cowok
14 - Jahat
15 - Hanya Kasihan
16 - Kembali Berulah
17 - Mau Taruhan?
19 - Menyesal
20 - Menggemaskan
21 - Rooftop
22 - Gay?
23 - Kejam
24 - Maaf dan Terimakasih
25 - Jarak
26 - Lebih Buruk
27 - Miris
28 - Baikan?
29 - Musuhan, bye!
30 - Ancaman Raka
31 - Milik Raka?
32 - Tidak Boleh
33 - Lo Lucu
34 - Rebutan
35 - Mulai Berubah
36 - Raka Marah
37 - First Kiss
38 - Tidak Kuat!
39 - Terkejut
40 - Pilihan
41 - Cemburu
42 - Mengejutkan
43 - Maaf
44 - Selamat Menderita
45 - Sangsi
46 - Saksi Bucin
47 - Iblis Cantik
48 - Ayo Ciuman
49 - Bingung
50 - Berakhir
51 - Happy Birthday
52 - Pernyataan Terakhir
53 - Kenapa?
54 - Rencana Raka
55 - Ketakutan Agatha
56 - Kecelakaan
57 - Terbongkar
58 - Menyerah
59 - Kehidupan Baru
60 - I Love You
VOTE COVER + GIVE AWAY
61 - Menginap
62 - Hak Milik
63 - Agatha Cemburu
64 - Peluk Cium
65 - Langkah Serius
66 - She's Mine (End)

18 - Jadi Baik

181K 23.8K 1.9K
By jiaathe

Kepala Agatha sudah beberapa kali terpelanting ke meja karna mengantuk. Dia berusaha tetap sadar di tengah pelajaran Bahasa Indonesia yang sangat membosankan ini.

"Tha, bolos kuy?" Cici menyikut Agatha hingga mata yang hampir terpejam itu kembali terbuka.

Mia yang ada di depan mereka melirik sekilas dengan bibir manyun. "Tega ye lo bedua gak ngajak gue. Gak tau aja kalau gue ngambek langit mendung."

Agatha menoyor kepalanya dari belakang. "Ikut mah ikut aja syaiton. Kagak usah ngedumel."

Agatha kemudian berdiri dari kursinya. "Gue duluan, nanti lo berdua nyusul." Dengan senyum lebar Agatha mengangkat tangan. "Ibu cantik, Agatha boleh izin ke kamar mandi?"

Satu kelas melirik Agatha malas, ada beberapa juga yang menatapnya benci. Lagi-lagi anak itu pasti akan membolos membuat mereka semakin muak dengannya.

"Silahkan."

Agatha mengedipkan sebelah matanya pada Mia dan Cici kemudian keluar kelas dengan wajah berseri-seri. Langkah Agatha membawanya ke kantin untuk menunggu dua sahabatnya.

Namun sampai di sana dia malah terpaku dengan jantung yang sedikit berdebar. Matanya memandang lurus laki-laki yang tengah tertawa hingga lesung di kedua pipinya terlihat.

Menyadari jika laki-laki itu berjalan ke arahnya membuat Agatha segera pergi untuk menghindari perasaannya yang hampir terkubur itu kembali bergejolak.

"Agatha."

Terlambat, salah satu tangan Agatha sudah di cekal oleh pria itu. Agatha mengigit bibirnya kemudian menoleh perlahan dengan wajah tanpa ekspresi. "Ga, lepas."

Sagara tidak menyahut. Dia malah menatap teman di sebelahnya. "Lo duluan aja, gue ada urusan bentar."

Tanpa menunggu jawaban temannya, Sagara segera menarik Agatha untuk menjauh dari sana. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Sejak Agatha tau dia dan Irene berpacaran, sangat sulit untuk menemui gadis itu. Dia selalu menghindari Sagara bahkan nomor beserta semua sosial medianya pun di blokir oleh Agatha.

Sagara menyeret Agatha ke belakang sekolah. Meski terkesan memaksa, namun Sagara berusaha tidak terlalu kuat mencengkram lengan Agatha agar gadis itu tidak kesakitan.

"Lepas!" Agatha terus berontak sampai akhirnya Sagara melepaskan tangannya. Agatha langsung memalingkan wajahnya begitu melihat sorot mata hangat dari pria yang masih menempati hatinya sampai saat ini.

"Tha, jangan jauhin gue." Sagara menatapnya lekat.

Kedua alis Agatha bertautan. "Terus lo pengen gua tetep di deket lo kayak dulu? Gila lo ya?"

Sagara menunduk. "Tha, lo benci sama gue?"

"Enggak." Agatha menggeleng. "Gue udah bilang kalau gue benci sama diri gue sendiri yang terlalu kebawa perasaan sama lo."

Menatap sorot mata Agatha yang berbeda membuat Sagara menghela nafas. Dia sepertinya sudah terlalu mengecewakan Agatha, gadis yang dua tahun ini selalu menemaninya dalam keadaan apapun.

"Tolong, Ga. Lo udah punya pacar jadi jangan ganggu gue lagi dan fokus aja sama pacar lo itu."

"Lo juga sama Tha. Lo udah punya pacar juga kan?" Sagara memicingkan mata dengan sorot kecewa. "Lo bilang akan setia nunggu gue. Tapi ini apa? Lo ingkar janji."

Agatha menatapnya tak percaya. "Kok jadi gue? Bukannya lo yang punya pacar duluan?" katanya tidak terima.

"Artinya itu bener kalau lo punya pacar?"

Seketika Agatha gelagapan. Siapa pacarnya? Raka? Laki-laki itu bahkan selalu memandangnya jijik layaknya kotoran kuda. Semakin terdesak dengan tatapan Sagara membuat Agatha akhirnya mengangguk.

"Iya! Gue udah punya pacar, kenapa?" Agatha bisa melihat raut terkejut Sagara hingga membuatnya diam-diam merasa bersalah. Apa kini Sagara juga membencinya?

Tidak sanggup menerima kenyataan, Agatha langsung berbalik pergi. Dia takut hatinya kembali sakit begitu tau jika Sagara juga membencinya. Namun baru enam langkah, kakinya berhenti.

"Raka?" gadis itu menanggil sosok yang terdiam tidak jauh darinya. Raka hanya meliriknya sekilas kemudian melangkah pergi. Entah perasaannya atau apa, tapi lirikan Raka tadi sangat tajam hingga dia merinding.

Apa Agatha membuat kesalahan?

***

"Agatha mana?" Raka menyetop Mia dan Cici yang melangkah keluar kelas menuju lapangan untuk mengikuti pemilihan ketua OSIS baru. Dua gadis itu menatap Raka cengo.

"Anjir, Raka dari deket cakep banget gak si." Cici memekik tertahan seraya menyenggol Mia. Mia yang notabenya paling kalem di antara Agatha dan Cici langsung tersenyum tidak enak.

"Tadinya kita mau bolos bareng dan dia duluan, pas kita susul dia malah gak ada di kantin. Sampe sekarang belum balik ke kelas," jawab Mia.

Raka terdiam. Dia memang melihat Agatha di belakang sekolah tadi saat mengambil beberapa keperluan di gudang untuk acara pemilihan. Namun setelah itu dia langsung pergi dan tidak tau kemana selanjutnya Agatha pergi.

"Thanks," kata Raka singkat kemudian pergi begitu saja.

Cici menatap punggung lebar Raka dengan kagum. Dia tidak pernah mengobrol atau bertemu sedekat tadi dengan Raka karna pria itu sibuk dan selalu memandang semua orang dingin. Ternyata, Raka lebih menganggumkan dari dekat!

"Eh." Cici mengedip sadar dan melirik Mia. "Ngapain dia cariin Agatha? Emang mereka deket yah?"

Di sisi lain Raka mendatangi Glen yang juga pengurus OSIS. "Glen, bisa handle acaranya? Gue ada urusan penting."

Glen langsung menoleh bingung. Tidak biasanya Raka ingin pergi dari tanggung jawabnya meski itu sangat penting. "Bisa, emangnya--"

Ucapan Glen terputus karna Raka langsung pergi begitu saja dengan ponsel yang menempel di telinga. Laki-laki itu berlari semakin cepat menuju parkiran ketika sambungan telpon itu tidak juga di angkat.

Bukan tanpa alasan dia seperti ini. Beberapa waktu yang lalu dia mendengar berita tentang Alhan yang kembali memukuli orang dan di bawa ke kantor polisi. Raka tidak mau Agatha ke sana dan berakhir menjadi samsak kakaknya lagi.

"Ck, cewek ini bener-bener nyusahin gue," geram laki-laki itu.

****

Agatha menopang wajahnya dengan satu tangan. Dia duduk di halte dengan pandangan ke bawah, di satu tangannya terdapat sebuah es krim cone  yang dia jilati secara perlahan, menikmati dingin dan manis dari makanan itu.

Hingga beberapa saat kemudian dia mendongak begitu melihat sebuah mobil berhenti diiringi keluarnya laki-laki berperawakan tinggi dengan pandangan tajam dan berjalan menghampirinya.

Agatha mengernyit bingung. "Raka? Lo bolos juga?"

Raka menghela nafas kasar. "Lo ngapain di sini?"

Agatha menyengir. "Gue males di sekolah. Makin banyak orang yang jahat sama gue, termasuk lo sih. Jadi gue pergi ke sini, emangnya gak boleh?" dia mengerucutkan bibirnya. "Lo gak berhak mau hukum gue lagi ya, Ka. Hari ini lo resmi turun jabatan!"

Raka tidak menanggapi dan menatap Agatha lekat. Dari ekspresi cerianya sepertinya gadis itu belum mengetahu perihal kakaknya. Raka merasa sedikit lega meski ada rasa kesal juga di hatinya.

Dia meninggalkan acara pemilihan begitu saja hanya untuk melihat gadis yang makan es krim ini? Yang benar saja! Pria itu memijit kepalanya pelan, mulai tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

"Sini duduk, ngapain lo berdiri di situ?" Agatha menarik ujung seragam Raka yang keluar dan memaksa laki-laki itu duduk di sebelahnya. Raka hanya diam dan menatap Agatha yang sibuk dengan es krim di tangannya.

"Lo beneran bolos, Ka? Wah, bibit-bibit bad boy rupanya mulai timbul dari lo." Agatha memandang Raka kasihan. "Malu sama senior, Ka. Mereka udah tobat elo baru nyebur."

Raka tidak menanggapi ucapan Agatha. "Tas lo mana?"

"Di kelas lah," sahut gadis itu santai. Merasa Raka terus menatapnya membuat Agatha menoleh dan menyodorkan es krim nya. "Kenapa? Lo mau es krim juga?"

Agatha langsung tertawa jahat. "Beli sendiri. Uang lo kan lebih banyak dari gue. Gue sehari cuman di kasih selembar, emang jahat lo."

"Gue juga gak sudi makan es krim dari orang yang udah punya pacar." Raka menatap Agatha sinis kemudian memandang ke depan.

Gadis itu tersenyum menggoda. "Lo kan pacar gue Raka," katanya manis hingga membuat Raka membatu beberapa saat. "Eh salah, maksudnya calon. Karna dalam tiga bulan lo baru jadi pacar gue."

Melihat Raka yang akan bicara membuat Agatha langsung memotong. "Ini ramalan gue, Ka. Dalam tiga bulan lo bakal nembak gue. Titik gak pake protes!"

"Gak akan."

"Akan!" kekeuh Agatha. "Kalau sampe gak terjadi, berarti gue bakal pergi dari hidup lo karna malu."

"Gila lo ya?" tatapan Raka menajam.

"Cie, gak mau gue pergi ya?" Agatha menyenggol Raka seraya terkekeh pelan. "Tapi gue bakal tetep pergi, Ka. Gue gak mau tinggal sama orang jahat terus-terusan. Gue pengen tinggal sama bang Alhan."

"Perjanjian itu--"

"Ah, gue lupa." Agatha manyun. "Berarti gue perginya satu tahun lagi."

"Gak usah pergi." Raka menatapnya serius. "Nanti siapa yang nyusahin gue lagi kalau gak ada lo?"

Agatha terdiam. Jantungnya tiba-tiba berdebar sangat keras sampai es krim di tangannya terjatuh. Gadis itu mamandang Raka ngeri. "Raka, lo gak habis kebentur kan?"

Raka sendiri terkejut dengan ucapannya. Dia kemudian menggeleng dan menarik pergelangan tangan Agatha. "Lupain. Ayo ke mobil."

"Mau ke mana?"

"Ke mini market, beli es krim baru buat lo."

Detik itu juga Agatha ternganga. Ada apa dengan Raka yang tiba-tiba jadi baik ini?

-MRiB-

Komen next di sini.😉

Continue Reading

You'll Also Like

67.7K 3.4K 45
"Karena lu udah tau sisi gelap gua. Jung Eunha lu pilih mati atau pura-pura jadi pacar gua?" 1/8/19~~ Bukan mystery
4.3M 306K 35
[BOOK 1 OF WHEN THE BADBOY MEETS THE FANGIRL] -SUDAH DITERBITKAN- BEBERAPA CHAPTER SUDAH DIHAPUS. Highest Ranking : #7 Fiksi Remaja, 16 November 20...
5.9M 719K 61
SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA/ TOKO BUKU ONLINE TERPERCAYA Bagaimana jika ia yang selalu menyakitimu, tiba-tiba berubah menjadi seseorang yang...
32.5K 1.8K 40
Nayla Anastasya Susanto murid baru SMA Budi Mulia. Karena bujukan kawannya dia mengikuti ekskul Pecinta Alam (PA) dan bertemu dengan Raka Nicholas Ci...