🍑
James menggenggam tangan Adhara ia tahu gadisnya tengah panik, apalagi kini ayahnya tengah mengajak mereka untuk mampir di The Leaky Cauldron setelah dari The Burrow.
"Kenapa kalian canggung sekali? Kalian bertengkar?" Harry meminum tehnya.
Baru saja James akan menjawab tapi ia lebih memilih diam kala assistant director Daily Prophet menyapa ayahnya, Ernie Macmillan.
"Mr. Macmillan teman ibumu kan?" Bisik James.
"Teman berantem" balas Adhara dengan matanya yang terus melihat ke arah Ernie dan Harry.
"Kau jadi jarang main kerumah" Ernie menepuk kepala Adhara pelan.
"Maaf Uncle aku sedikit sibuk" Adhara tersenyum ramah.
"Aku duluan Harry" Ernie berjalan meningkatkan meja Harry.
"Kenapa terus melihatku? Kalian tak makan?" Harry terkekeh melihat James dan Adhara.
"Dad" Panggil James pada Harry.
"Ah aku lupa, ada urusan mendadak di kementrian" Harry berdiri dan mengambil mantelnya.
Harry menatap Adhara sejenak, senyum tipis menghias wajahnya.
"Kau mau ikut bersamaku?" Tanya Harry pada Adhara.
Mata James membulat mendengar perkataan ayahnya.
"Adhara harus pulang bersamaku" James menggenggam tangan gadisnya erat.
Harry terkekeh, ia tak menyangka akan melihat James yang overprotective.
"James" Adhara merasa tak enak pada ayah tunangannya itu.
"Akan bagus jika Adhara ikut bersamaku, mungkin dia bisa melihat suatu peluang" Harry terkekeh.
"Kalau itu menurut D-dad saya akan ikut" Adhara berdiri dan mengambil mantelnya.
"Adhara!" Pringat James yang mulai khawatir.
"Kau pulang, Mom membutuhkanmu" Printah Harry pada putra sulungnya itu.
......
Adhara melihat ke sekeliling kementrian sihir, dulu keluarganya memiliki pengaruh di tempat ini.
Harry bisa melihat banyak pasang mata yang melihat kearah gadis kecil di belakangnya.
"Kenapa berjalan dibelakang?" Harry menghentikan langkahnya dan menatap putri temannya itu.
"I-iya" Adhara berjalan di samping Harry.
"Kau melihat sesuatu?" Tanya Harry pada gadis disampingnya.
"Anda ingin saya masuk ke dalam bagian kementerian?"
"Cerdas" puji Harry.
Harry tahu para Malfoy terbilang memiliki kepintaran diatas rata-rata.
"James tak tertarik dengan kementerian" kata Harry.
"James sangat mahir dalam Quidditch" kata Adhara pelan.
"Surat dariku, kau sudah membacanya?" Tanya Harry yang sontak membuat Adhara gemetar.
"Yah"
"Tinggalkan saja James dia.." Harry berhenti dan menatap Adhara.
Adhara diam mulutnya seakan menjadi bisu, ia bahkan tak berani menatap sosok legendaris yang ada di depannya.
"Kau belum memakai cincinnya?" Tanya Harry sambil memandang jari manis Adhara yang di sebelah kiri.
"Saya tidak paham maksud anda"
"Aku mengirimi surat untuk membeli cincin yang baru, James tak memberitahumu?" Tanya Harry.
Harry tertawa pelan melihat ekspresi Adhara yang bingung.
"Cincin pertunangan kalian, bukankah harus diganti? Kalian memakai cincin itu sebagai bandul kalung karena sudah tak muat" Harry tertawa lagi.
"Tapi surat anda, seperti ini" Adhara menyerahkan surat yang Harry kirim untuknya beberapa bulan yang lalu.
Harry mengambil dan menerima surat dari Adhara lalu membacanya perlahan.
"Astaga aku salah memasukkan surat" Harry menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Jadi?"
"Surat yang kau terima aku belum selesai menulisnya dan itu untuk rekanku, dan mungkin surat untukmu ada di rekanku" Harry merasa bersalah, mungkin Adhara sudah salah paham.
'Tinggalkan saja dia atau..'
Adhara terkekeh, pantas surat yang ia terima hanya 4 kata.
"Aku tak pernah mengizinkan kalian untuk berpisah, kecuali kau yang meminta"
......
Lily menendang kaki James dan mendapat gelak tawa dari Albus yang melihat kakaknya tengah meringis.
"Apa masalahmu" James menatap adiknya kesal.
"Duduk, kau berjalan kesana kemari tak jelas" Lily bersembunyi dibalik tubuh Albus.
"Adhara akan kembali, kau ini seperti dia bukan ayahmu saja" Ginny tengah menghias pohon natal.
"Jangan terlalu khawatir brother" Albus tahu kakaknya tak akan bisa tenang, James sangat mudah panik.
"Aku tak bisa tenang, apalagi Dad meminta Adhara dan aku untuk berpisah" James merasa frustasi.
Ginny menjatuhkan kotak yang ia bawa dan seketika menatap James.
"Apa!" Ginny menghampiri James yang duduk dengan kepala menunduk.
Albus yang mendengarnya seketika rasa bersalah kembali menyerangnya, ia tak menyangka kalau pertengkaran antara kakaknya dengan dirinya hingga membawa ke hal yang seperti ini.
"Kenapa bisa begitu?" Tanya Ginny.
"Ini salahku Mom" Albus menunduk.
"Ini sebenarnya ada apa?" Ginny merasa kalau ada disembunyikan oleh anak-anaknya dan juga suaminya.
"Aku dan Albus berkelahi" Jelas James.
"Lalu?" Ginny menatap putranya satu persatu.
"Albus menyukai Adhara" Kata James lagi.
Ginny menatap Albus, ia berjalan kearah Albus dan berlutut didepannya.
"Apa itu benar?" Tanya Ginny.
"Yah Mom, tapi aku hanya mengungkapkan perasaan ku saja" Jelas Albus.
"Albus" Ginny memeluk putra keduanya itu, ia juga pernah merasakan posisi ini.
James menatap pintu rumah yang terbuka dan menampakkan sosok ayahnya dan juga Adhara.
"Ada apa?" Tanya Harry ketika melihat tatapan Ginny.
"Kau menyuruh James dan Adhara untuk berpisah?"
Harry menghela nafas, sepertinya ini akan menjadi hari yang panjang karena kecerobohannya.
🍑
Cie kena prank 6 chapter.
See you on next chapter 🥰👋.