(Calon) Suami Pilihan

By MenulisTulus1

74K 2.4K 251

"Linka, keputusan mama sama papa sudah bulat. kamu mama jodohin sama anak sahabat mama yang sekarang ini masi... More

Prolog
Awal Mula
Cast
Rencana Lamaran
I said "Bismillah"
Menjalani Pingitan
PATAHNYA HATI
MENDEKATI HARI PERNIKAHAN
HARI NYA AZKA LINKA
HARI PERTAMA
PART 11 (Lanjutan ...)
Part 12
PROMO
Part 13
Part 14
part 15
Part 16
Bab 18
Part 19

Bab 17

1K 73 26
By MenulisTulus1

WKWKKWKWKWKWKWKW....Maap yah, se-abad kayaknya ngga up cerita ini. 

sampek lupa nihhhhh, nyampek mana cerita ini. 

Mau dibawa kemana cerita ini?????

tanyakan pada transformers kenapa ngga bisa joget dangdung!


udah yah, nikmatin aja author yang labil ini.

semoga ceritanya masih nyambung, kayak hubungan putus-nyambung 


-----

Linka POV

Setelah Umi meninggalkan kamar ini, kurasa hatiku mulai bergetar hebat.

Dosakah aku?

Mengecewakan kah aku?

Selama ini, toh ya gus Azka tidak pernah menyinggung apapun tentang hal itu.

Duhhh...

Apa yang harus aku lakukan?

Banyak sekali pertanyaan dalam fikiranku, banyak sekali hal yang terus kutanyakan pada diriku sendiri. Hingga aku tidak bisa menyadari kehadiranya disini.

"Yasudah, ayok ke rumah mama" ucapnya secara tiba-tiba hingga membuat aku menatapnya sekilas.

Disana, kulihat raut wajahnya begitu lelah. Untuk pertama kalinya dia tidak menampakkan senyumnya ketika berbicara denga ku. Selama 2 minggu, kita berbincang baru kali ini suamiku itu menggunakan nada yang sangat datar.

Yahhh...apa dia marah? Karna aku mengganggunya. Aku tidak memintanya untuk datang dan menyuruhnya mengantarku kan?

"Tidak usah, nanti Linka berangkat sendiri" ucapku pun tak kalah acuh.

"Jangan gitu, nanti dikira ngga nepatin janji lagi" ucapnya lagi, seolah mengingatkanku dengan kalimat yang kuucapkan beberapa jam lalu.

Tanpa banyak bicara, aku pun menyambar slingbag yang berada diatas ranjang. Lalu berjalan menuju teras depan. Sesampainya di teras depan, tak kujumpai gus Azka dibelakangku. Biarlah, mungkin dia lewat pintu samping.

Tak lama dari itu, kulihat mobil berwarna putih berhenti di halaman ndalem. Aku pun dengan segera masuk dan menduduki kursi yang ada di depan atau tepat bersebelahan dengan kursi kemudi.

Beberapa menit perjalanan yang dihiasi kesunyian, akhirnya aku pun sampai ditempat tujuan. Di tempat dimana aku bisa menemukan kedamaian dan juga kebebasan. Entahlah, mungkin aku yang belum bisa menyesuaikan dengan kedaan.

Buru-buru kubuka pintu mobil dan turun. Rasanya aku tidak sabar untuk memasuki rumahku. Dengan tanpa mengucap salam akupun membuka pintu. Tampak sepi dan sunyi seperti biasanya. Sedang gus Azka mengekor dibelakangku. Pasalnya, sejak kami menikah ini kali pertamanya kita berada disini.

"Lohh, linka... Kaget mama tuh. Masuk rumah ngga pake salam lagi" ucap mama sembari berjalan dari arah dapur.

"Hehehehe...iya mah. As'salamu'alaikum" ucapku mencium tangan mama.

"Waalaikumsalam, yang bener kalau jadi orang tuh. Kesini sama gus Azka yah?" Tanya mama

Belum sempat aku mengeluarkan kata-kata, gus Azka muncul sembari tersenyum lalu berjalan ke arah mama

"As'salamu'alaikum ma..." Ucapnya, seraya mencium tangan mama kuh.

"Wa'alaikumsalam...eh, gus e juga ikut toh" jawab mama sembari tersenyum juga.

Mama pun mempersilahakan gus Azka untuk duduk, sembari menunggu teh yang beraroma melati pekat tersaji meja ruang tamu.

Lalu kondisiku saat itu? Kalian pasti sudah tahu.

Aku hanya mematung sembari memainkan ponsel. Dalam perjalananku menelisik panel pintar itu, sesekali kulirik gus Azka ia tampak menatap kearahku. Entahalah, tatapan apa yang ia maksudkan. Aku pun mengacuhkan.

Hening...

Lagi-lagi hening tak ada sepatah katapun terucap. Aku bingung dengan diriku. Baisanya aku tidak bisa tahan dengan suasana hening. Namun, kali ini aku memilih untuk bersikap diam saja. Aku tidak berusah untuk menjelaskan sesuatu tentang kabar yang disampaikan Umi pada gus Azka, sehingga ia dengan segera menemuiku.

Terdengar langkah kaki mama yang semakin jelas "Ngapunten gus, adanya teh nggeh"

Gus Azka pun mengangguk seraya sedikit membungkukkan badanya "inggih ma, maaf ngerepotin ma"

"Jadi ada apa nih kok ke ngga bilang-bilang kalau mau ke rumah?" Tanya mama padaku, seolah memecah kesunyian beberapa menit yang lalu.

Kenapa harus bilang kalau ke rumah, toh ini rumhaku kan? Aku pun menanyakan pada diriku sendiri.

"Mau ambil laptop sama buku ma" jawabku setenang mungkin, sembari meletakkan handphone ke dalam slingbag yang kukenakan.

Mama hanya menganggukkan kepalanya.

Kemudian, aku berdiri untuk berjalan menuju kamarku. Mempersiapkan laptop dan beberapa buku yang aku butuhkan. Selain itu, aku juga ingin menengok anak-anakku. Sepetinya mereka sudah waktunya untuk berjemur.

Kubuka kamarku yang sudah sejak 2 minggu lalu kutinggalkan. Kubuka almari yang sengaja kubuat untuk menyimpan beberapa tas kerilku.

Baiklah, pertama aku akan menjemur tas keril. Sembari menunggunya cukup terkena sinar matahari, aku akan mempersiapkan laptop dan memilah buku - batinku dalam membaut rencana.

Beberapa tas keril sudah berada dalam genggamanku, selanjutnya aku akan membawanya menuju tempat jemuran yang terletak di lantai 1.

Sayup-sayup kudengar obrolan mama dan gus Azka yang berada diruang tamu. Sepettinya mama memberikan nasihat pada gus Azka agar tetap sabar menghadapu tingkah lakuku.

Emang ada apa dengan perilaku ku selama ini?

Aku rasa aku tidak melakukan kesalahan.

Aku juga tidak memaksanya untuk mengantarkanku kan?

Aku sudah memberikan keringanan, agar supaya tidak mengantarku.

Tapi siapa yang keukeuh mengantarku.

Sudahlah, lebih baik sekarang aku bergegas kembali ke kamar dan merapikan laptop dan buku.

--

Suara ketukan pintu diikuti dengan suara salam mengalun disudut kamarku. Aku pun menghampiri pintu itu seraya membalas salam yang diucpakan.

Ternyata suamiku.

Aku pun menunduk seraya memberikan isyarat padanya untuk masuk. Lalu gus Azka berjalan menuju ranjang dan duduk ditepinya.

Hening

Kenapa dengan suasana hening ini selalu menayapa?

"Sini.." ucap gus Azka seraya menepuk kasur yang berada disisi kanannya.

Akupun menurut, segera kulangkahkan kakiku menuju tempat yang ditujukkan gus Azka.

Entahlah, 5 menit setelahnya keheningan kembali menyapa.

5 menit dalam keheningan itupula, gus Azka merapalkan istighfar berkali-kali dengan lirih.

"Pripun?" Tanya gus Azka

"Yang apa?" Tanya ku balik

"Ya semuanya toh" sungguh! Suaranya lembut sekali.

"Bingung" jawbku singkat. Memang dalam kenyataanya aku bingung, harus menjelaskan darimana nya

"Emm...mungkin dari kenapa umi tadi nelfon mas kalau kamu lagi hamil" ucapnya.

Jlebbb....rasanya sungguh kayak merasa bersalah banget.

"Ya gimana? Biasanya kalau pagi kan aku ikut umi nyimak anak-anak ngaji, tapi tadi pagi aku lagi sebel sama kamu loh. Ya jadi lebih baik aku menenangkan diri dikamar. Terus aku bilang sama Zahra kalau agak pusing. Terus Umi nyamperin ke kamar, dan khawatir banget dikiranya aku lagi gaenak badan karn hamil"

Yahh, aku menjelaskanya dengan panjang lebar. Gus Azka hanya mangut-mangut seraya tersenyum tipis, sangat tipis.

Hening beberapa saat setelah aku menjelaskan panjang lebar, kemudian terdengar helaan nafas disebelahku.

"Yasudah ngga papa" jawabnya sambil berdiri dari tempat tidur menuju pintu.

"Maaf nggeh..." Ucapku lirih.

Kemudian gus Azka berbalik, kegiatanya menyentuh gagang pintu tertunda karna ucapan ku yang lirih namun masih sangat bisa didengar.

Baru kali ini aku mengucapkan kata maaf dengan sangat tulus dan lirih.

Sekarang, gus Azka duduk dilantai sembari kedua tanganya menangkup kedua tanganku. "Sampun...ndak papa" lagi-lagi gus Azka mampu membuatku merasa sangat-sangat bersalah dengan segala sikap ku selama ini.

Hanya genangan air mata yang semakin menumpuk dipelupuk mataku. Seluruh suara ku berhenti ditenggorokan. Aku ingin mengatakan pada gus Azka, bahwa aku pun ingin belajar jadi istri yang baik. Aku ingin mengatakanya. Tapi lidah menjadi keluh.

GARIS BAWAHI YAH...LIDAH KU KELUH. 

GENGSII aku tuh

Setelah beberapa menit acara 'menangis' itu , aku pun tertidur hingga terdengar suara adzan dzuhur. Aku menatap sekeliling, ternyata aku masih berada di kamarku. Namun, tak mutemukan gus Azka disekitarkku.

Mungkin gus azka lagi bawah kali yah - pikir ku dalam hati.

Tanpa menunggu waktu, segera aku masuk kamar mandi untuk berwudlu dan menunaikan ibadah shalat dzuhur.

--

Kulihat mama sedang menonton televisi di ruang keluarga sambil ditemani secangkir mochiatto kesukaanya. Ya begitulah mama, kesukaanya mirip sama anak mileniall. Untung mama ngga kenal istilah kopi, senja, dan tottebag.

Melihat mama yang hanya ditemani segelas mochiatto itu, aku mengerutkan dahi "loh, mas Azka mana ma?"

Mama melihatku sekilas, lalu kembali menyantap cemilanya.

"Ihh dosa banget, anak cangtip begini dicuekin" ucap ku sembari berjalan mendekati mama.

"Baru sadar punya suami yah situ?" Jawan mama.

Idihhh, gitu amat dah si mama neh.

"Haduhh...Ibu prakarsa gunawan nih kalo ngomong yah. Kebanyakan nonton youtube sih. Yukk deh ma, Linka ajakin pengajian yuk. Mama mau di rukyah ngga? yuk bisa yuk"

Mendengar penuturan ku barusan, mama makin memfokuskan dirinya untuk menonton tayangan sinetron istri-istri yang tersakiti.

Yasudah, lebih baik ke kamar lagi deh. Daripada cewek cangtip dianggurin, nanti malah jadi anggur beneran.

Sesampainya di kamar, segera ku tekan panggilan ke suamiku itu.

Duhh, baru berapa menit sih ngga ada kabar kok kangen yah. Hehehehehehu

"Assalamu'alaikum..." Ucap salam dari seseoranh disebrang.

"Waalaikumsalam...mas dimana?" Tanya ku to the point.

"Mas abis dari masjid kampus ini. Bentar lagi ada jam di kampus. Nanti mas jemput setelah dari kampus yah"

Haduhhh...mana lupa lagi kalau mulai hari ini gus Azka juga ngajar di kampus yang sama dengan ku. Tapi, tentumya beda fakultas.

"Oh...gitu yah. Iyadeh" jawabku lirih.

Dalam hati pengen banget ngomong --- hati-hati nggeh. Semangat sayang--

Duh tapi jayaknya bukan aku banget deh. Maluuu beeettt

Tariiikkk nappasss

"Nggeh...mas tutup telfonya. As'sala...."

"Semangat sayang....assalamu'alaikummmm " tuuttt...segera kumatikan telfon.

Duhhh...malu bet deh.

Setelah kututup telfonya, terlihat gus Azka menelfon beberapa kali.

Kubaikan itu.

Hanya saja aku masih malu setelah mengatakan itu.

Ya meskipun dulu aku pernah pacaran, gapernah sekalipun aku memanggil mantan ku dengan sebutan sayang sewaktu masih berpacaran.

Bener-bener, first time banget aku ngomong sayang ke orang lain.

Huhhhh...teryata secepat ini jantungku bekerja.

Message.

From : Mas ❤

Kenapa ngga diangkat nduk? Pengen denger ada yang nyemangatin lagi

                                                                            To : Mas ❤ 

                                                                            Kerja, kerja, kerja yah. Biar bisa beli batagor yang banyak.

From : Mas ❤

Iya nduk. Nanti mas bawa batagor yang banyak 


Langsung kututup gawaiku, kubaca saja pesan yang suami ku kirimkan itu. 

--

STOPPPP.....

udah buntu ide nya nih.

ntar kalau otak lagi encer bettt, dilanjutin yah

Continue Reading

You'll Also Like

8.4K 567 37
PART ACAK ⛔ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (QS Al Kafirun : 6) ____________________________ Pricillya Marbel...
7.4K 717 42
[COMPLETED] "Jauh-jauh dari gue!"kesalnya pada pria itu. "Nggak akan sayangku!"ucapnya ngotot. Pria itu bagai stalker yang selalu ada dipagi,sore dan...
27.3K 3.4K 51
Zalumin & Zafian Marriage Story Kulakukan apapun untuk membuatnya bahagia. -Adnan Basyar Zalumin- Sepertinya, ambisiku datang disaat yang tidak tep...
1.4K 448 15
Sebuah perjodohan yang membuat seorang gadis yang akan mengalami yang namanya poligami. Di dalam perjodohan ini dia di pertemukan dengan seorang pria...