DAMAGED

By cottonrauhl

58.7K 3.1K 78

Justin Bieber's totally insane rich young man, until he meet Rebecca Simpson an Australian young lady who cam... More

CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24

CHAPTER 7

2.5K 144 5
By cottonrauhl


Menyapu setiap titik pemandangan di gedung latihan ini, menatap apa saja yang bisa ku tatap. Tak ramai memang tetapi aku merasa asing. Ku gerakkan jari-jari kecilku mengambil ponsel yang berada di kantung jeans ku. Lumayan benda ini bisa mengobati rasa jenuhku.

Hey, kau tau di mana justin? Apa dia ganti pakaian di Eropa? Bocah lelet.

Menekan halus aplikasi bergambar permen dan mulai memainkannya. Yap, the one and only Candy Crush! Aku sungguh payah dalam game ini, entah aku yang bodoh atau game ini yang bodoh. Aku tak perduli. Asik dengan apa yang telah kulakukan, sampai-sampai melupakan sekitar.

"Hei" suara serak yang tak asing lagi bagiku tiba-tiba mengejutkanku. Ya, siapa lagi jika bukan Justin Fucking Bieber.

Mengerlingkan mataku perlahan menatap Justin "Lama sekali kau mengganti pakaian."

Dia kini hanya shirtless dan memakai celana boxing . Sialan, ternyata tatto-tatto nya sangat indah. Favoritku adalah tattoo salib yang diapit oleh dada bidangnya, dia umat yang setia.

"Kau merindukanku?" Dia menggerakkan tangannya diatas kepalaku mengacak rambutku perlahan sambil mengambil posisi disampingku untuk duduk.

"Kau bercanda." Terkekeh perlahan seraya melemparkan senyumanku.

"Aku harus berlatih, tetap disini love." Dia meninggalkanku dengan berlari kecil. Pangilannya sempat menerbangkanku dan membuat beberapa kupu-kupu berterbangan di perutku.

Lagi-lagi aku duduk sendiri disini, meletakkan salah satu telapak tanganku di dagu dan melipatnya malas. Memandangi ring-ring tinju yang sudah terisi penuh oleh pria-pria berkeringat. Tapi kurasa aku melihat seorang yang tak asing di mataku.

Oh itu Austin, ya Austin!

Dan seorang perempuan.

Mereka berjalan sambil berpegangan tangan dengan mesra melewati pintu masuk. Disapa oleh beberapa orang. Oh great!

Mengapa seperti ada belasan panah yang menusuk tepat dijantungku. Entahlah hanya perasaan bodoh. Aku tak berniat memanggil mereka lebih tepatnya tak mau menggangu kegiatan mereka.

Mataku tetap mengamati pergerakan mereka, sama halnya dengan yang aku dan Justin lakukan. Mereka berjalan beriringan layaknya sepasang kekasih ralat memang kekasih. Si wanita Latin itu menunggu dan terdiam layaknya orang tolol sedangkan Austin beranjak pergi mungkin mengganti pakaian. Entahlah.

Tiba-tiba ponsel yang berada ditanganku bergetar halus pertanda sebuah pesan masuk. Kutekan tombol aktif di ponselku dan melihat siapa yang mengirim pesan kepadaku.

Hey Becca, how're you? Can we meet? -Zoe

Oh ada angin apa ini? Bisa-bisanya Zoe mengajakku pergi bersama. Ku balas dengan sigap pesan dari Zoe dan menekan tanda send.

Dia mengajakku makan siang hari ini, meskipun ini masih terlalu dini untuk makan siang karena masih pukul 11 siang. Siapa peduli? Tak akan aku sia-siakan kesempatan makan siang bersama dengan orang yang tak sembarangan.

Setelah mendapat pesan yang dikirim Zoe sebagai petunjuk alamat tempat makan siang, aku langsung terbangun dari dudukku dan berjalan sangat hati-hati. Aku tak mau Austin melihatku dan parahnya dia mengadu kepada Spece jikalau aku datang bersama pria lain, bisa-bisa Spece mengadu kepada Nash. Ah, itu terlalu rumit.

Dengan perasaan tak bersalah aku meninggalkan Justin tanpa sebuah pesan apapun. Mengurai rambutku lebar-lebar menutupi setengah wajahku, aku berjalan dengan menutup sedikit wajahku.

Sampailah aku di jalanan kota Las Vegas, berpikir sebentar untuk mencari taksi dan akhirnya dapat.

Mendorong lembut pintu restoran yang berakhir dengan suara lonceng pertanda seorang tamu baru saja masuk. Ke dalam dengan wajah kebingungan, pun aku menyapu pandanganku ke seluruh penjuru arah. Sepertinya nihil, mungkin Zoe belum datang. Otomatis aku berjalan memilih tempat duduk di ujung dekat jendela, berhubung siang kali ini tak terlalu menyengat.

Baru saja mendaratkan bokong dan memesan sesuatu pada pelayan, bunyi lonceng restoran kembali menggema. Dengan cepat aku melemparkan pandangan ke arah pintu masuk dan melihat orang yang tengah kunanti datang.

"Maaf aku terlambat. Jalanan Vegas sangat padat, kau tau." Sapanya seraya duduk tepat hadapanku.

"Aku tau benar, tak masalah Zoe."

"Ohya, kau sudah memesan?"

"Sudah Zoe, omong-omong ada apa kau mengajakku bertemu?" Tanyaku.

Merapikan tas dan membuka coat nya, Zoe kini sudah selesai dengan perlengkapannya dan menatapku sepenuhnya. "You know Justin? Aren't you?" Tanyanya dengan tatapan mengintimidasi.

"Y-yeah. What's wrong, Zoe?" Oh jangan bilang bahwa ia mengajakku makan siang hanya ingin membahas pria tolol itu.

"He's danger, stay away from him Rebecca." Menepuk perlahan punggung tanganku.

Terkesiap, ini gila! Justin tempo lalu menyuruhku menjauhi Zoe dan kini Zoe mengatakan sebaliknya, menyuruhku menjauhi Justin. What the hell is going on?

"Tunggu dulu, apa maksudmu? I don't get it." Mengeraskan wajahku sehingga mengerutkan dahi dan menyatukan kedua alisku.

"Mau tak mau aku harus menceritakannya padamu. Dengarkan aku Rebecca."

Mengangguk perlahan sebagai tanda persetujuan. Hey! Wajah kami sudah seperti sedang berada di persidangan, bahkan ku lirik kanan dan kiriku orang-orang sedang dengan lahap menyantap makan siang mereka. Ini konyol, sangat konyol.

"Begini, aku dan Justin dulu sempat menjalin hubungan tanpa ada orang yang mengetahuinya. Tetapi hubungan itu bukan hubungan layaknya orang normal, ya memang aku hanya dibayar olehnya sebagai budak seksnya. Sebagai pelacurnya."

Wajahku seketika mengernyit tanda terkejut, jijik dan tak menduga menjadi satu. Raut wajahku mulai tak bisa di kontrol.

"Wow, tetapi mengapa kau mau? Maksudku, ya kau dan aku tau bahwa kau seorang yang ternama yang dengan mudah mendapatkan uang."

"Aku juga sempat berpikir demikian, tetapi aku saat itu sedang stress kehilangan akal jernihku. Kau mendengar berita bahwa Maybelline sekitar beberapa tahun lalu sempat hampir bangkrut?"

Mengganggukkan kepalaku dengan gerakan cepat, aku ingat saat masih high school suatu siang melihat siaran televisi tentang salah satu brand produk make up Maybelline sedang krisis dan hampir bangkrut. Entah penyebabnya apa, mereka tak mempublikasikan.

"Dan Justin datang layaknya malaikat yang membantuku dan memuaskan hasrat seksualku." Paparnya dengan perlahan sambil memperlihatkan raut wajah malu dengan pipi kemerahan.

"A-a..yeah" aku menarik napas besar-besar. Tak percaya dengan pengakuan blak-blakan dari seorang Zoe Peter.

"Kau pantas saja terkejut Becc. Asal kau tau kau adalah orang pertama yang mengetahui ini."

"Benarkah? Mengapa aku? Maksudku, kita bahkan baru saling mengenal."

"Ya aku tau, hanya saja aku ingin tak ada lagi aku selanjutnya. Maksudku, cukup hanya aku yang menjadi korbannya." Tatapan Zoe memancarkan sebuah ketulusan. Aku jadi semakin mempercayainya, dia terlihat tak ingin pengalaman pahitnya terulang kembali.

Pembicaraan pun mulai berkembang ke arah yang lebih privasi, Zoe menceritakan seluk beluk dari dirinya. Dia sudah kapok bermain dengan lelaki jadi kini ia perawan tua, maksudku bukan perawan tetapi belum menikah. Dia berkata bahwa ia tak ingin menikah, tetapi satu hal yang membuatku semakin tersentuh kepadanya yaitu ia memiliki seorang anak asuh yang ia ambil dari panti asuhan. Seorang Zoe masih memiliki sifat ke-ibu-an. What an angel!

Menggulung acak rambut dirty blonde ku agar tak mengganggu saat sedang makan. Pesanan kami sudah beberapa menit yang lalu tiba dan kini giliran kami menyantapnya. Semakin lama, resto ini semakin sesak banyak manusia elite kelaparan yang datang.

Getaran ponsel di kantung jeans ku menghentikan sebentar aktivitas makanku. Mengecheck siapa yang mengganguku menyantap pepperoni spaghetti ini

Where're you? You leave me without a message -Justin

So fucking idiot like I care! Menaruh asal ponselku di meja tidak membalas pesan dari Justin.

Acara bincang-bincang ini pun telah berakhir, aku sempat mengucapkan terima kasih atas kepedulian Zoe terhadapku. Dia sempat mengatakan bahwa aku sudah seperti adik sendiri baginya, manis sekali. Kami pun beriringan keluar menuju resto tak lupa Zoe yang mentraktirku.

Hey! Tak ada jenis manusia yang melupakan traktiran.

"Aku minta maaf tak bisa mengantarmu pulang Becc." Terang Zoe kepadaku saat kami tiba di depan resto.

"Tak masalah Zoe, ini bahkan sudah lebih." Balasku menepuk perlahan bahunya tak lupa dengan senyuman gadis yang tulus.

"Oke, hey jangan lupakan besok Maybelline issue edisi photoshoot mu akan terbit." Katanya setengah berterial setelah berada didalam mobilnya.

"I'm super excited. Bye!" Tangan ku melambai-lambai menandakan kepergian Zoe dengan senyuman.

Whoaa, aku overdosis tersenyum. Hari ini adalah hari tersenyum.

Setelah mobil Zoe benar-benar sudah tenggelam di tengah kepadatan lalu lintas Las Vegas, pun aku segera mencari taksi untuk pergi ke apartment Spece.

Ah ya! Aku perlu klarifikasi dari Spece tentang hubungan Austin.

Aku belum menemukan taksi satupun, menangkap mobil yang tak asing lagi dimataku. Oh, itu mobil milik Justin.

How can that idiot find me? Kau tau, aku bahkan tidak memberi tau keberadaanku.

Seseorang tengah memperhatikanku di dalam mobil yang kacanya terbuka setengah. Aku yakin itu Justin. Secepat mungkin aku berjalan berusaha menghindari Justin atau tidak dia akan mengintrogasiku setelah dia berhasil menemukanku.

Tiba tiba tanganku ditarik dari belakang, sialan ini pasti ulah Justin. Aku berbalik dan ya! Menemukan wajah Justin dengan tatapan keras dan matanya menggelap.

Aku berusaha melepaskan tanganku yang dicengkram olehnya "Lepaskan aku Justin!"

Dia tetap tak bersuara, menarikku menuju mobilnya. Aku berupaya keras agar berhasil lepas darinya. " Justin, sakit!" Suaraku merintih kesakitan, aku yakin tanganku sudah memerah. Sial Justin tolol

Dia berbalik menatapku "Ikut aku atau kau ku setubuhi sekarang juga disini."

Hey! Apa yang ia katakan? Gila saja dia menyetubuhiku di tempat umum seperti ini. Aku tak mau ambil resiko, ku turuti kemauannya. Dan akhirnya aku menyerah masuk kedalam mobil.

Tanganku perih dan merah. Sakit sekali rasanya, kau tau tangan seorang petinju lebih kasar dan kuat sepuluh kali lipat dari tangan biasanya. Tak sadar aku pun meneteskan air mataku, Nash saja tidak pernah sekasar ini padaku. Terus menangis di sepanjang perjalanan, masa bodoh aku diajak ke mana sekarang. Aku membenci Justin tolol kasar.

"Diam Becc!" Aku tersentak mendengar teriakannya, dia membentakku karena aku menangis. Dasar iblis. Padahal dia yang membuatku menangis.

"I hate you!" Aku memberanikan diri membalas perkataannya walau sedikit menggerutu.

Dia tetap fokus pada kendaraannya dan beberapa menit dalam keheningan yang terdengar hanya isakan tangisku.

Tibalah kami di suatu rumah yang cukup besar dan mewah, aku yakin ini rumah Justin. Dia turun mendahuluiku setelah mobilnya terparkir di halaman rumah, Justin menghampiriku dan membukakan pintuku.

Dia kembali menyeret ku tetapi yang ini dia tidak mencengkram tanganku. Apa maunya bocah ini? Aku sangat pasrah. Akhirnya kami tiba di kamar yang kuyakini milik Justin.

.

Vote and comment are my fave!😋😘
#KeepStunning

Continue Reading

You'll Also Like

74.9K 14.2K 15
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
106K 10.3K 27
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
102K 17.5K 26
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
84.8K 7.9K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG