ALDO-LIORA

By BiintangMeysaa

2.5M 281K 109K

[di PRIVAT ACAK! FOLLOW SEBELUM MEMBACA! ya sayang ya] [ON GOING] ⚠️JANGAN DI PLAGIAT YA SAYANG⚠️ Awal part e... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58

33

35.8K 4K 2.5K
By BiintangMeysaa

Happy reading♡
°
°
°
°
°
°
°
°
°

Jika hadirku hanya sebagai pengganggu.
Maka nanti pergiku akan menjadi penyesalan terbesarmu.
-Liora

Nih yang nunggu aku up!
Maaf ya kalau upnya kelamaan wkw

__________________

[TYPO BERTEBARAN!!]

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AUTHOR YA, JANGAN LUPA JUGA VOTE DAN KOMENNYA THANKYOU💘.

***

plakk

Detik itu juga Aldo menampar Liora. Suara tamparan itu begitu keras. Tidak ada yang melihat kejadian itu, semua siswa/siswi sudah masuk kekelas masing-masing karena bel sudah berbunyi.

Aldo memandang nanar tangannya yang terasa panas, ia tahu betul tamparannya tadi tidak main main, bisa ia lihat sendiri pipi gadis itu yang memerah dan sedikit membengkak serta darah segar yang mengalir dari sudut bibirnya.

Ia sedikit merasa bersalah namun egonya terlalu tinggi. "Itu tamparan yang pas buat cewee kaya lo!" ucapnya dingin. Namun matanya tidak bisa bohong, ada raut merasa bersalah yang tertera disana.

Rena yang mendengar tamparan yang begitu keras itu tersenyum licik.

Liora memegang pipinya yang terasa panas. ia tertawa hambar lalu menjilat darah yang ada disudut bibirnya. ia tau pasti Aldo merasa bersalah, ya matanya tidak bisa bohong.

Liora mendekat lalu menepuk dua kali pundak Aldo "gausah merasa bersalah gitu, luka fisik yang lo kasih tak sebanding dengan luka yang ada dihati gue" ucapnya santai sambil tersenyum.

Kini tangan Liora beralih menyentu lembut pipi Aldo "Jika hadirku hanya sebagai pengganggu, Maka nanti pergiku akan menjadi penyesalan terbesarmu" ucapnya lalu menepuk dua kali pipi Aldo.

"Lo pengen gue pergi dari kehidupan lo kan?" tanyanya "tenang aja gue bakalan pergi,nggak sekarang, tapi nanti ada saatnya" lanjutnya dengan suara rendah.

Sebelum melangkah pergi ia menendang dua kali kaki Rena yang terbaring lemah. "Mati aja sekalian" ucapnya tanpa dosa dan langsung pergi melangkahkan kakinya dari sana.

Tanpa pikir panjang Aldo langsung menggendong Rena dan membawanya kerumah sakit.

Seseorang yang sedari tadi bersenyembunyi sambil merekam seluruh kejadiannya mengepalkan tangannya kuat kuat.

"Brengsek" umpatnya

***

Liora berjalan dilorong sekolah sambil menundukkan kepalanya, saat ini sekolah terasa sepi karena aktifitas belajar mengajar sudah dimulai semenjak 30 menit yang lalu.

Liora melangkahkan kakinya menuju taman yang berada disekolahnya. Ia mendongakkan kepalanya untuk menahan kristal bening yang akan siap meluncur saat ini juga.

Ia menghapus kasar air matanya yang yang sudah membendung dikelopak matanya. Kini raut sedihnya sudah langsung berubah 360°  menjadi bahagia dan berbinar. Pasalnya ia melihat sebuah pohon mangga yang dipenuhi buah mangga yang begitu menggiurkan.

Ia berbalik badan meninggalkan taman menuju lokernya, ia mengambil celana yang biasa ia simpan lalu mengganti roknya menjadi celana. Setelah selesai ia kembali lagi berjalan menuju taman.

Ia memasang earphone pada telinganya lalu memutar musik yang berjudul dandelions. Lagu ini merupakan salah satu musik favorit Liora. Apapun keadaannya bagaimana pun perasaannya dandelions musiknya.

Setelah memasang earphonenya ia berjalan kearah pohon mangga tersebut dan memanjatnya dengan lihai seperti sudah terlatih seperti seekor monyet.

Setelah mencari posisi teraman dan nyaman, Liora mulai memetik beberapa mangga yang sudah matang. Ia bahkan mengupas kulit mangga tersebut menggunakan mulutnya dan tidak memikirkan apa yang terjadi jika bibirnya terkena getah mangga. Ck, tidak ada feminim-feminimnya.

Ia menggigit buah mangga yang berwarna orange itu lalu memakannya dengan khidmat, bahkan ia sama sekali tidak mau repot-repot memikirkan luka yang ada disudut bibirnya dan pipinya yang sedikit membengkak.

Sakit? Tentu, apa lagi perpaduan rasa asam dan manis mangga tersebut mengenai lukanya, bukannya meringis Liora malah sekali kali menekan buah mangga tersebut pada lukanya. Sepertinya ia mau menyiksa dirinya secara perlahan lahan.

***

Jika Liora yang tengah asik memakan mangga, maka lain hal nya dengan Aldo. Ia sedang berada dirumah sakit yang jaraknya cukup dekat dari sekolah mereka.

Kata dokter luka yang ada dikepala Rena tidak terlalu parah dan untung saja tidak sampai geger otak, jadi tidak harus di operasi.

"Eunghh" lenguh Rena

Perlahan lahan matanya mulai terbuka, yang pertama ia lihat adalah langit langit ruangan yang bernuansa putih dan bau obat obatan yang begitu menyengat.

"Shh" Rena meringis merasakan sedikit sakit dikepalanya.

"Ren lo nggak apa apa?" tanya Aldo khawatir

"Aku nggak apa apa kok" jawabnya dengan mata yang berkaca-kaca. Sesaat kemudian isakannya mulai terdengar.

"Hiks...hiks"

"Lo kenapa Ren? Kok nangis?" tanya Aldo sambil memegang bahu Rena.

"a-aku takut do hiks.." isaknya dengan bahu yang bergetar.

Aldo yang tak tega pun membawa Rena kedalam dekapannya "stt...lo nggak perlu takut ada gue" ucapnya sambil mengelus puncak kelapa Rena.

"K-kenapa Liora j-jahat banget s-sama aku do? Kenapa hiks dia tega sama aku?" Tanya lirih

"Aku takut. Aku takut dia ngelakuin yang lebih dari ini sama aku do"

"Lo tenang aja, gue bakalan jaga lo kok. gue bakalan lindungi lo dari dia"

Rena melerai pelukannya "makasih ya do" ucapnya dengan tatapan yang begitu menyedihkan seolah ia adalah orang yang paling lemah dan begitu menyedihkan.

"Sama-sama" jawab Aldo. "Oh iya Ren, mumpung kita lagi dirumah sakit gimana kalau kita cek kondisi penyakit lo"

Penuturan Aldo barusan seketika membuat Rena pucat pasi "h-hahh? N-nggak usah do, aku nggak mau" jawabnya gugup sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

Aldo mengerutkan dahinya bingung "loh kenapa? Gue kan pengen tau separah apa penyakit lo"

"Nggak do, aku nggak mau. Kamu nggak perlu  tau separah apa penyakit aku cukup aku aja yang tau. Aku nggak mau kamu kepikiran" jawabnya sambil menggenggam tangan Aldo.

Aldo mengangguk saja, lagian itu merupakan privasi Rena. Tidak mungkin ia memaksanya setiap orang punya privasi masing-masing.

"Yaudah do kita pulang aja yuk"

"Loh emang lo udah baikan?"

"Udah kok, lagian kepala aku udah nggak sakit lagi kok"

"Yakin?"

"Yakin 100%" jawab Rena tegas.

"Yaudah gue izin dulu ke dokter" ucap Aldo lalu keluar dari ruang rawat Rena.

"Untung gue nggak sampe geger otak" gerutu Rena kelewat kesal. "Tapi nggak apa apa, gue puas waktu Aldo nampar Liora" ucapnya dengan raut bahagia sembari mengingat kembali ketika Aldo menampar Liora.

Setelah meminta izin pada dokter, akhirnya Rena sudah diperbolehkan untuk pulang.

***

"LIORA TURUN!!!"

"KAK TURUN!!"

"WOII LIORA DIANDRA ANASTASYA TURUN BEGO! LO NGAPAIN NANGKRING DISANA? MAU COSPLAY JADI MONYETT?!"

sedari tadi Bastian dkk, Gabriel, dan Davina tak henti hentinya meneriaki Liora supaya turun dari atas pohon mangga tersebut.

Setelah bel pulang berbunyi, Bastian dan antek anteknya berjalan menuju kelas Liora, namun saat sampai dikelas Liora, justru Davina malah bertanya pada mereka dimana Liora.

Mereka semua dibuat bingung oleh gadis itu, mereka memutuskan mengelilingi sekolah untuk mencari keberadaan Liora. Bahkan mereka sempat mengecek motor Liora dan ternyata motor sportnya masih terparkir rapi di parkiran.

Sesampainya ditaman mereka mengedearkan pandangannya keseluruh penjuru taman. Hingga salah satu dari mereka melihat banyak sampah kulit mangga yang berserakan tepat dibawah pohon mangga tersebut. Mereka serempak mendongakkan kepalanya keatas dan terkejut.

Gadis yang sedari tadi membuat mereka pusing ternyata sedang asik tidur diatas pohon mangga dengan memeluk erat salah satu batang pohon mangga tersebut agar tidak terjatuh.

Mereka terus saja memanggil Liora namun gadis itu tidak terusik sama sekali. Mereka belum tau saja jika sedari tadi Liora memakain earphone dan menyetel volume full.

"LIORA ASTAGFIRULLAH TURUN NAK!" teriak Krisna

"Itu si Liora kenapa nggak bangun bangum sih?"

"Itu tidur apa simulasi meninggal?"

Sedari tadi mereka semua bermonolog sendiri.

"Nggak ada cara lain lagi selain ini" ucap Davina.

"Emang lo mau pake cara apa?"

"Lihat aja" Davina mengambil batu krikil yang berukuran tidak besar dan juga tidak kecil. Ia berniat melemparkan batu terrsebut pada Liora namun saat akan melemparkannya Bastian menahan tangannya.

"Nanti kalau Liora kenapa napa gimana?" tanya Bastian

Davina memutar bola matanya malas, lebay sekali adiknya Liora ini pikirnya. "Ck, lebay amat sih lo, batu sekecil ini nggak bakalan bikin Liora geger otak kali" ucapnya jengah

Meskipun ragu akhirnya Bastian mengiyakan saja "yaudah deh"

Davina dengan semangat langsung saja melemparkan batu tersebut dan berhasil mengenai kening Liora.

Tukk

"Akhh" Liora yang sedang asik tidur sambil bermimpi begitu indah kini harus merasakan sakit dikeningnya.

Ia mengelus elus keningnya sambil perlahan lahan membuka matanya lalu mengucek uceknya.

"Siapa sih" gerutunya. Ia mengedarkan pandangannya kebawah dan mendapati Bastian dkk, Gabriel, dan Davina yang sedang memelototinya dengan garang.

Ia meringis lalu tersadar bahwa ia sudah tertidur cukup lama diatas pohon ini. Tadinya setelah kenyang memakan buah mangga cukup banyak ia mengantuk dan malah tertidur sampai bel pulang sekolah berbunyi.

Brukk

Tanpa rasa takut ia langsung saja melompat dari pohon mangga yang cukup tinggi itu.

"Astagfirullah"

"Liora!"

"Anjing"

Mereka yang melihat aksi Liora tersebut mengumpat secara bersamaan. Mereka hanya bisa geleng geleng kepala dan mengelus dada masing masing tak habis fikir dengan tingkah gadis ini.

"Astagfirullah Liora! Lo bikin orang jantungan aja tau nggak?!" Ucap Davina sewot.

Liora sama sekali tidak mengindahkan ucapan sahabatnya itu ia menyelinapkan anak rambutnya kebelakang telinganya lalu menepuk nepuk pantatnya yang sedikit kotor.

Tanpa ia sadari sekarang pipi mulusnya yang membengkak itu terekspos sempurna dan dapat dilihat oleh mereka semua.

Setelah selesai membersihkan celananya ia melepas earphonenya lalu menyimpannya ia mendongak dan melihat mereka semua kini yang sedang menatapnya.

Ia mengerutkan dahinya bingung melihat tatapan mereka yang mengarah padanya ada yang marah, bingung, khawatir dan lain sebagainya.

"Ngapain lo pada liatin gue kaya gitu?" tanyanya bingung.

Bastian mengambil ponselnya lalu membuka kamera dan menyodorkan ponselnya pada Liora.

"Ngapain?" tanya Liora.

"Lihat!"

Liora mengambil ponsel tersebut lalu melihat bayangan wajahnya yang berada diponselbtersebut. Ia terkejut ternyata sedari tadi pipinya yang membengkak ini sudah dilihat oleh mereka semua. Ia tersenyum kikuk.

"Jelasin" pinta Bastian.

"Hah?" Beo Liora seperti orang ling lung

"Jelasin" ucap Bastian penuh penekanan.

Liora gelagapan, matanya sedari tadi melihat kesana kemari untuk memikirkan jawaban yang akan ia berikan.

"Emm anu..apa namanya anu"

"Anu apa anu? Ngomong yang jelas ra, gausah bikin ambigu" ucap Davina.

Liora menarik nafasnya lalu membuangnya secara perlahan "oke.. jadi gini" ia menjeda ucapannya "tadi pas gue lagi diatas pohon tiba-tiba ada nyamuk dipipi gue, nah gue pukul tuh nyamuknya sampe mati, eh tau tau pipi gue jadi begini" jawabnya sedikit tidak masuk akan.

Bastian menatap Liora jengah " bohong aja terus, mau sampe kapan?" tanyanya datar

"Gue nggak bohong kok!" Jawab Liora sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

"Nggak mungkin cuma mukul nyamuk pipi lo sampe begitu, apa lagi sudut bibir lo luka" sambar Gabriel.

"Kalau gue perhatiin sih itu bekas tamparan" ucap Reza ikut menimbrung.

Bastian yang mendengar kata 'tamparan' mengepalkan tangannya kuat kuat, rahangnya mengetat seketika ia tersulut emosi.

"Siapa yang nampar lo?" tanya nya berusaha tenang supaya emosinya tidak kelepasan.

"Nggak ada" jawab Liora lagi berusaha menyangkal.

Bastian berjalan mendekati Liora dengan tatapan tajamnya tanpa sadar Liora berjalan mundur hingga punggungnya menabrak pohon yang berada dibelakangnya.

Bastian menyudutkan Liora pada pohon mangga tersebut, ia menumpukan tangan kirinya disamping kepala Liora.

Liora mendadak gugup, baru kali ini ia melihat ekspresi Bastian yang seperti ini. "Siapa yang nampar lo Liora?" tanya Bastian bahkan sekarang ia memanggil Liora tanpa embel embel 'kak'

"Bukan siapa siapa" jawab Liora lagi yang membuat emosi Bastian semakin memuncak.

"Ck, jujur sama gue!" Kini suaranya mulai meninggi.

Mati gue batin Liora

Bughh

Liora memejamkan matanya saat Bastian memukul pohon tepat disamping kepala Liora.

"JAWAB GUE SIAPA YANG UDAH NYAKITIN LO?!" bentaknya sudah kelewat emosi. Sudah ia bilang, Bastian paling tidak suka jika ada orang yang berani menyakiti orang yang paling ia sayang.

Liora tersentak mendengar bentakan Bastian barusan. Ia menatap Bastian dengan mata berkaca-kaca, ia paling tidak bisa dibentak. "Gue nggak ditampar tian" jawab Liora tetap kekeuh pada pendiriannya.

"APA SUSAHNYA SIH TINGGAL JAWAB? SIAPA BAJINGAN YANG UDAH BERANI NYAKITIN LO?! jawab kak jawab" lirihnya diakhir kalimat.

Reza mendekat kearah Bastian lalu menepuk pundaknya sebanyak tiga kali "nggak seharusnya lo kaya gini Bas, gimana pun Liora kakak lo. Lo nggak boleh ngebentak dia" peringat Reza. Kini tatapan Reza beralih pada Liora " lo juga ra, nggak usah takut buat bilang sama kita, gue tau itu bekas tamparan orang, dan kalau iya yang nampar lo pasti laki-laki kan? Kalau cewe yang nampar nggak mungkin pipi lo sampe kaya gitu"

Mendengar ujaran Reza barusan membuat Bastian tersadar, ia sudah membentak Liora. Rasa bersalah sekarang menghantuinya.

"Kak gue--"

"Oke gue bakalan jawab jujur" ucap Liora. Ia menarik nafasnya lalu mmebuangnya perlahan "iya gue emang ditampar, dan yang nampar gue..." Liora menjeda ucapannya

"Aldo" cicitnya sambil menundukkan kepalanya.

Mereka yang disana menganga tidak percaya.

"Aldo?" beo Davina dan diangguki Liora.

"BRENGSEK!" umpat Bastian dan langsung membawa Liora kedalam pelukannya. Ia memeluk Liora menggunakan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya sibuk memukuli pohon mangga yang berada dibelakang Liora.

Bugh

Bugh

Bugh

"Aldo anjing! Bangsat lo brengsek gue habisin lo sekarang juga bajingan" umpatnya begitu emosi.

"Udah Bas udah!" Ucap Krisna sambil menahan tangan Bastian yang akan kembali memukuli pohon.

Bastian melerai pelukannya lalu menangkup wajah Liora "gue nggak akan segan segan buat ngehabisin orang yang udah nyakitin lo"

Liora menggeleng kuat "nggak! Lo nggak boleh apa apain Aldo" bantahnya

"Tapi gue nggak terima lo diginiin ra"

"Nggak tian! Gue nggak apa apa, lagian ini cuma luka biasa aja kok" ucap Liora kekeuh

Bastian mengangguk pasrah "oke gue nggak bakalan apa apain dia" jawabnya.

Namun jangan salah, ucapan yang terlontar dari mulutnya barusan sangat bertolak belakang dengan apa yang ada didalam hatinya.

Maafin gue kak, gue nggak bakalan diam aja setelah apa yang udah dia perbuat ke elo batinnya.

"Ra, obatin dulu lukanya ntar keburu infeksi" ucap Davina dan diangguki Liora.

***

THANKYOU💘
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA TRIMAKASIH♡.

LOVE U

SEE YOU♡

SEN 30 AGUSTUS 2021.

SPAM NEXTT>>>

BYE.

Continue Reading

You'll Also Like

Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.1M 220K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
806K 96.1K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
3.2M 159K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
1.6M 115K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...