ALVIVA (END)

Por Kagaminetiv

1M 81.1K 23.1K

Sebuah perjodohan yang membuat Alvian dan Adiva harus terikat hubungan pernikahan tidak berjalan mulus. Fakta... Más

Prolog 🌷
1. Undangan Pernikahan dari Pacar 🌷
2. Arabelle Pulang 🌷
3. Manusia Bertopeng Dua + Cast 🌷
4. Masa Lalu 🌷
5. Di rumah Alvian 🌷
6. Diari Vivian 🌷
7. Tandai Adiva 🌷
8. Keributan dan Pembelaan 🌷
9. Leo Samudera Oktofernandus 🌷
10. Isi Diari Vivian 🌷
Visual + Latar Belakang Tokoh 🌷
11. Pemakaman + Kuis ber-uang 🌷
12. Balikan? 🌷
13. Ketakutan 🌷
14. Dalang Kejahatan 🌷
15. Psikolog 🌷
16. Cie ... Nyariin 🌷
17. Kartu Kuning 🌷
18. Adu basket 🌷
19. Kecewa 🌷
20. Razia 🌷
22. Hukuman 🌷
23. Amnesia? 🌷
24. Ancaman? 🌷
25. Pindah? 🌷
26. Ambang Penyesalan 🌷
27. Penyesalan 🌷
28. Kritis 🌷
29. Harapan Hidup? 🌷
30. Hamil? 🌷
31. Penyakit 🌷
32. Adiva Menghilang! 🌷
33. Kerusakan Mental 🌷
Haiii
34. Kehilangan Masa Depan 🌷
35. Titik Terang 🌷
36. Mencari Bukti 🌷
37. Bersemi 🌷
38. Sebuah Janji & Pesta Ultah 🌷
39. Hari Donor 🌷
40. Keberadaan Dira 🌷
41. Boleh Peluk Aku?🌷
42. Cerai? 🌹
43. Epilog
Pecinta Mistery/Thriller Merapat!
Info Terbit
Open PO

21. Curahan Hati 🌷

17.2K 1.8K 1.4K
Por Kagaminetiv

Update karena target tembus.
Yeyy.

🌷🌷🌷


"Katanya lo nggak akan pergi - ALVIVA"

🌷🌷🌷

Seorang DJ seksi dengan busana minim memainkan musik hacep yang memanjakan telinga. Dentuman musik membuat kepala tak tahan untuk tidak bergoyang.

Di sisi lain, lampu kelap-kelip tengah menyorot ke tengah dance floor. Di bawah pengaruh alkohol, sejumlah umat malam tampak sangat menikmati hal yang duniawi ini.

Sementara itu, ada Alvian dan Leo yang duduk di sofa. Mereka masih menjaga kesadaran untuk keamanan teman mereka yang sudah mabok duluan.

"JOGET! AKU INGIN JOGET!" Tio menggoyangkan bokongnya dengan heboh di atas meja.

"KAKIKU TUMBUH SAYAP, LOH! LIHATLAH AKU TERBANG!" Willy di sebelahnya tak kalah mabok. Ia merentangkan kedua tangan di udara seolah terbang.

Sementara itu, Popo sudah teler dari tadi.

"Lama banget si Weggyana," tukas Alvian tidak sabaran. Pusing lihat kelakuan teman-temannya. Ia ingin cepat pulang.

Leo tidak menyahut. Ia disibukkan dengan belasan wanita yang dari tadi bergantian datang untuk mengajaknya joget di dance floor.

"Ganteng, kok duduk doang? Ayo, joget bareng," rayu seorang wanita bertubuh ramping dengan belahan dada terlihat. Sesekali ia mencolek dagu Leo.

Leo mengelap dagunya dengan tissue, merasa risih. "Gak dulu," jawabnya dingin.

Tidak mendapat balasan, pandangan cewek itu pun beralih ke sebelah. Ada cowok yang tak kalah ganteng duduk di sana. Cewek itu pun tersenyum miring dan menghampirinya.

Dengan lancang, ia duduk di atas pangkuan Alvian kemudian melingkarkan tangannya di leher. "Ganteng, joget yuk?" ajaknya sembari mengedipkan mata.

Bulu kuduk Alvian nyaris copot semua rasanya. "Minggir lo!" Dengan kasar ia melepas tangan cewek itu dan mendorongnya hingga tersungkur ke lantai.

"Bitch!" maki Alvian disertai senyuman sinis. "Asal lo tau ... gue udah ada yang punya."

Cewek seksi itu kesal sekali diperlakukan seperti itu. Ia beranjak berdiri kemudian melipatkan kedua tangan di depan dada. "Gue rela bersaing sama dia buat dapetin lo!"

"Yakin?" Alvian mengangkat sebelah alis dan tersenyum sinis. "Mau lihat saingan lo siapa?"

"Siapa, sih? Mana bisa menang dia? Orang gak ada cewek yang lebih cantik daripada gue."

"Ya, emang dia gak cantik, tapi ..." Alvian menggantungkan kalimat untuk menarik Leo ke dalam dekapan dan mengecup pucuk kepala Leo. "Nih, si ganteng saingan lo."

"Ihhh! Gay ternyata!" Cewek itu mendengkus geli kemudian berjalan pergi.

Alvian tersenyum penuh kemenangan. Akting Alvian memang ampuh untuk mengusir cewek rese itu. "Udah pergi pengganggu kita."

"Setan," omel Leo kesal. Langsung ia menarik diri untuk jauh-jauh dari Alvian.

Alvian terkekeh kecil kemudian sirna. Dari remang cahaya, mata elangnya menangkap dua sosok wanita yang ia kenal. Satunya Weggyana dan satunya lagi Adiva. Ck! Alvian menatap Adiva tidak suka. Ngapain juga tuh cewek ke sini?

Adiva yang beradu tatap dengan Alvian langsung menciut. Cewek itu mematung di tempat. Sementara Weggyana segera menghampiri Willy.

"Ma-mau muntah," ucap Willy begitu dipapah Weggyana.

"Muntah? Aduh tunggu, tunggu." Weggyana mengedarkan pandangan untuk mencari sosok Adiva. "Adiva ke mana, ya?"

"Dia ke sini?" tanya Leo sedikit kaget.

"Iya. Tadi masih ada di belakang gue."

"Ma-u muntah. Gak tahan."

"Mending lo bawa Willy pulang dulu," kata Leo melihat Willy sudah membekap mulutnya.

"Adivanya gimana?" Weggyana merasa khawatir meninggalkan Adiva sendirian di lokasi seperti ini.

"Nanti pulang bareng kita orang."

"Hm ... ya udah. Jagain temen gue. Gue duluan," pamit Weggyana.

Leo mengangguk, melihat pasangan double W meninggalkan lokasi.

Kini pandangan Leo beralih ke arah Alvian yang sedang duduk santai di sofa. Leo sedikit kesal melihat sikap Alvian yang acuh tak acuh. Leo menendang kaki Alvian. "Bantu cari Adiva."

Dengan malas-malasan Alvian beranjak dan berdiri di sebelah Leo. Mata kedua cowok itu pun mulai menyapu sekitar.

Di saat yang bersamaan, atas panggung tersorot cahaya lampu. Mata kedua cowok itu terpaku di sana. Bukan karena ada DJ yang seksi, melainkan Adiva yang tengah joget di sebelahnya.

"Gila tuh cewek! Mau taruh mana muka gue?" geram Alvian. Dengan kesal, Alvian pergi membawa Adiva turun dari panggung.

Alvian memapah Adiva yang berjalan kelimpungan sembari berdecak sebal. Dari jarak mereka yang begitu intim, Alvian dapat mencium bau alkohol. "Lo mabok!"

"Enggak!" seru Adiva kesal dengan wajah memerah.

"Lo minum berapa banyak?"

"Mau tau aja!" jawab Adiva ketus.

Alvian mendengkus kesal. Darimana si benalu ini minum? Alvian mengedarkan pandangan dan terkunci ke arah bartender yang tengah bagi-bagi minum gratis. Ya, pasti Adiva minum di sana tadi.

"Hehehe. Kok, banyak tikus di sini?" tanya Adiva sembari bersendawa. Dalam matanya, semua orang terlihat seperti tikus hitam.

Alvian mengacuhkan pertanyaan itu, berjalan ke arah Leo. "Mabok nih cewek."

"Mau lo apa gue yang anter balik?" tanya Leo, masih menghormati Alvian yang berstatus sebagai tunangan Adiva.

Alvian tampak berpikir. Ia menatap Adiva di sisinya yang kelimpungan. Serius. Ini sangat merepotkan harus ngurusin Adiva, tapi di sisi lain Alvian juga tidak mau Adiva yang dalam keadaan mabok diantar pulang Leo. Bahaya. "Gue aja," putusnya.

Leo mengangguk setuju. "Sana pulang. Akur di jalan, dan jangan apa-apain dia."

"Ya, lagian juga gak napsu."

Alvian segera membawa Adiva pergi. Tersisa Leo yang mengurusi Tio dan Popo di sana.

🌷🌷🌷

"Lepaskan, panas!"

Tiba di parkiran, Adiva mendorong Alvian kasar. Cewek itu mulai membuka kancing kemejanya membuat Alvian melotot.

"Gila lo!" Alvian buru-buru mengancingkan baju Adiva kembali. "Dada lo tepos, gak ada yang perlu lo pamerin."

"Gue panas! Hidup gue kayak neraka!" teriak Adiva menggelegar. Sungguh hebat pengaruh alkohol, mampu membuat Adiva mencurahkan isi hatinya. Dan, mengembalikan Adiva seperti dahulu kala.

"Gak usah curhat! Ayo, pulang." Untung saja hari ini Alvian bawa mobil karena hujan. Alvian meraih tangan Adiva untuk menuju mobilnya. Namun, cewek itu tidak ingin ikut jalan.

"Bu, Adiva gak ngerokok. Suer!" Adiva menarik tangannya dari genggaman Alvian dan bermohon-mohon di sana. "Tolong percaya, Bu!"

Alvian mengernyitkan keningnya. "Apaan? Gue cosplay jadi ibu BK ceritanya?"

"Bu, kok kepala ibu ada dua?" Kepala Adiva terhuyung kanan kiri. Kakinya susah payah untuk mencari keseimbangan. Pusing tujuh keliling rasanya.

"Lo mabok banget. Pulang." Alvian kembali meraih tangan Adiva. Namun, ditepis.

"Pa ... Diva cuma ngerokok sekali itu aja. Itupun Alvian yang maksa. Diva gak ngerokok lagi. Kenapa gak mau percaya? Kenapa?" lirihnya.

Alvian yang dianggap Lereng terdiam. Apa maksudnya Adiva?

"Hati gue sakit. Sakit banget. Gak nyangka Alvian ngirim foto gue ngerokok ke papa," ucap Adiva meremas dada yang terasa sesak.

"Gue gak ngirimin foto itu. Gila lo, asal-asal nuduh!"

"Ada! Fotonya ada!"

"Kerjaan siapa, Jing? Gue cuma foto pas lo ngerokok doang. Gue nggak ngirim foto ke bapak lo. Bentar." Alvian teringat jika ponselnya sering dimainkan Arabelle. Jangan-jangan Arabelle yang mengirim foto itu?

"Masa, sih?" Alvian menggeleng kepala walaupun fakta sudah ada di depan mata. Ia memilih untuk percaya sama Arabelle. Ya ... kali ini terakhir.

Srot.

Alvian tertegun melihat Adiva menyeka ingus dengan kedua tangan. Menjijikkan. Alvian agak mundur.

"Secret ...."

"Apa lagi dah lo? Panggilan gue banyak amat. Eh, jangan dekat-dekat! Itu ingusnya ...."

Terlambat.

Adiva sudah menaruh kedua tangan bekas ingus di wajah Alvian. Adiva mengacak-acak wajah cowok itu. "Secret, kamu kucingku yang paling gemesin. Hehe."

"ANJ--" Rasa ingin mengamuk, terpaksa Alvian redam di kala ia melihat Leo memapah Tio dan Popo menuju mobil di ujung sana. Ingat, Alvian disuruh Leo untuk akur sama Adiva.

"Secret, bulumu mana? Ko-kok lengket?" tanya Adiva panik, meraba wajah Alvian yang lengket karena ingusnya.

"Jadi berasa kayak masker ingus gue." Alvian berekspresi datar dan pasrah.

"Leo ...."

Leo? Hati Alvian mulai panas. Tadi sudah dijadikan guru BK, Lereng, Secret, sekarang Leo? Kenapa harus Leo? Kenapa bukan Alvian yang dipanggil?

"Leo ... makasih ya selalu ada di sisi Diva," ucap Adiva tersenyum manis hingga matanya tinggal segaris. Cewek itu melingkar kedua tangannya di leher Alvian.

Semakin panas hati Alvian rasanya. "Sadar, Dodol! Gue Alvian yang selalu ada di sisi lo, hei! Alvian! Ingat, Alvian!"

"Alvian?" tanya Adiva heran.

Nah, sudut bibir Alvian terangkat membentuk senyuman. Harusnya begini dong. Sadarkan Adiva sekarang atas keberadaannya?

"Alvian?!" panggil Adiva lagi.

"Ya? Dengan Alvian yang ganteng di sini," jawab Alvian masih setia tersenyum.

"Ganteng?" tanya Adiva ragu. Cewek itu menyipitkan mata untuk melihat setiap pahatan di wajah Alvian. Dan detik berikutnya, ia mendorong tubuh Alvian sekuat tenaga.

Adiva menggeleng-geleng di tengah mabok alkoholnya. "GAK! ALVIAN JELEK! JELEK BANGET! KERJAANNYA CUMA BISA MARAH-MARAH DOANG KAYAK BAPAK-BAPAK!" teriaknya disertai wajah yang memerah. Lalu, Adiva berbalik badan. Dengan songongnya, ia berjalan sempoyongan tak menentu arah.

"Hah! Jadi selama ini di dalam pikiran lo, gue jelek?" Merasa harga diri tercoreng, Alvian mengejar Adiva yang jalan menuju salah satu mobil di sana. Cowok itu memegang tangan Adiva. Namun, ditepis.

"Gue cape! Gue mau pulang! Pulang ke langit!" ungkap Adiva membuat Alvian terkejut.

"Ngomong apaan lo? Jangan ngaco!"

"Mau pulang ... gue mau pulang pake mobil ini!" tegas Adiva menarik-narik gagang pintu mobil. "Kok gak bisa?! Argh!!" kesalnya lalu menendang mobil Pajero itu.

"Sinting! Mobil mahal lo tendang!"

"Kapan bisanya ini pintu?" lanjut Adiva masih berusaha membuka pintu mobil itu, tapi gagal. "Nyebelin banget mobilnya kayak Alvian!"

"Berani banget lo ngatain gue nyebelin, gue tandai lo!" seru Alvian keki seraya menarik Adiva.

"Awas!" Adiva tolak mengikuti Alvian.

Alvian mendengkus kesal. Memang susah sekali ngurusin orang mabok tipe kayak Adiva.

Alvian mulai memiliki rencana jahat. Hm ... tinggalin aja kali Adiva di parkiran? Alvian melirik ke arah ujung sana. Leo sudah melesatkan mobil pergi. Berarti aman.

Baiklah. Jika besok Leo tanya, jawab saja Adiva kabur. Okay, sudah Alvian putuskan seperti itu. Alvian tersenyum puas, melepas tangan Adiva yang ia pegang. "Bye, Benalu."

Alvian membiarkan Adiva berliar di sana. Dengan entengnya ia melangkah ke arah mobilnya tanpa menoleh. Tiba-tiba di saat itu juga, bunyi petir terdengar seolah mengingat dosa akan meninggalkan cewek mabok di sini.

"Yey, mau hujan! Gue suka hujan! Suka banget! Kalau nangis di bawah hujan gak ada yang tau!" sorak Adiva riang di sana. Cewek itu jalan sempoyongan ke pembatas tembok.

Mata Alvian terbelalak besar melihat Adiva yang siap-siap melewati pembatas tembok itu. Jantung Alvian sempat berdegup kencang sejenak sebelum akhirnya ia berlari dan menarik Adiva turun.

"Nyari mati lo?!" bentak Alvian dengan nada tinggi.

"Mau pulang. Mau pulang. Cape. Cape banget," gumam cewek itu dengan nangis terisak. Begitu cepat air matanya runtuh.

"Kok, nangis?" Alvian menggaruk tengkuk tidak gatal. Bingung caranya hibur cewek nangis. Ya, orang Alvian kan spesialis mengasari cewek. Mana paham dia menghibur orang nangis.

"Alvian jahat!" Adiva memukul dada Alvian secara brutal. "Jahat ... jahat banget! Kenapa gak mau kasih gue pulang?"

"Iya, ini kita mau pulang."

"Pulang ke langit?"

Alvian terdiam seribu bahasa. Tubuhnya menegang. Otaknya berpikir kenapa Adiva sangat ingin pulang ke sana?

"Cape banget, Al ...." Adiva menunduk kepala dalam.

Hati Alvian jadi luluh. Tangan besar cowok itu terulur untuk mengusap pucuk kepala Adiva kemudian menarik cewek itu ke dalam dekapannya.

"Jangan nangis lagi. Air mata itu mutiara," bisik Alvian lembut.

"Mau pulang," lirih Adiva yang tangisannya sudah mereda.

"Iya, kita pulang ... ke rumah."

"Rumah? Gak mau! Maunya ke langit!" Adiva mendorong Alvian kasar. Lagi-lagi cewek itu liar. Dengan cepat ia berjalan ke pembatas tembok.

Alvian buru-buru mengejar. Dengan terpaksa, ia harus mengangkat Adiva ala bridal style ketimbang akibatnya Adiva harus terjun bebas ke bawah.

Jangan ditanya kenapa Alvian begini. Ia sendiri juga bingung. Padahal dulu itu, ia yang sangat mengharapkan Adiva mati dan juga pernah bilang enggak akan bopong Adiva. Tapi, kini ia kemakan omongan sendiri.

Alvian menghela napas sembari menatap dinding langit seolah Vivian ada di sana.

Maafin Kakak, Vi. Kakak udah nyelamatin orang yang enggak menolongmu.

Kini tidak peduli bagaimana Adiva merontah, tujuan Alvian adalah membawa cewek itu ke dalam mobil.

"Turunin! Alvian jelek kayak bapak-bapak, turunin!"

"Hina terus bos sampai mampus."

Melihat Alvian yang tertohok, Adiva menjulurkan lidahnya puas.


Alvian terdiam.

Belum juga berapa lama mereka akur, Adiva tiba-tiba menggigit leher Alvian. "Eh, turunin!"

"Gak!" Alvian menahan rasa sakit itu hingga mereka tiba di mobil.

Alvian tidak merasa Adiva menggigitnya lagi. Hanya ada dengkuran kecil ia dengar. Ternyata Adiva telah tertidur dalam dekapannya. Bagus kalau begitu. Dengan hati-hati, Alvian menaruh Adiva di dalam mobil.

Tak lupa juga cowok itu menutupi tubuh Adiva dengan jaket kulitnya supaya tidak kedinginan.

"Jangan pergi," gumam cewek itu dalam mimpi.

"Iya. Gue gak akan pergi."

🌷🌷🌷🌷🌷

Spoiler next part:

Well, part ini Alvian belum menyesal. Hanya saja hatinya mulai luluh. Untuk part Alvian nyesel sepenuhnya, coming soon. Yey.

Gimana dengan part ini?

Ada yang pindah kapal?

Ada yang mau diomongkan ke mereka?
Adiva

Alvian

Leo

Arabelle

Dira

Lia

Vivian

Next part lihat kejahatan Arabelle terbongkar. 700 komentar, sanggup? Kayaknya enggak nih 🤪

Spam next di sini 🙌

Seguir leyendo

También te gustarán

8.6K 585 4
Daniel Setya Hermansyah. Seorang pembunuh bayaran dengan nama samaran 'Twinlight' mengalami transmigrasi ke dunia novel dan memasuki tubuh seorang an...
36.1K 2K 31
[Follow dulu sebelum baca, PLEASE!!!]☺ _________________________________________ "I wish we are always together. Please... always stay with me. Today...
MARSELANA Por kiaa

Novela Juvenil

1.7M 56.2K 25
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
396K 20.2K 54
🌻 Diharapkan mem-follow, sebelum membaca. 🌻Baca monolognya juga, biar paham. 🌻Masih menuju end. Tentang seorang gadis yang dijodohkan, dan terpaks...