IMPRISONED ✓ [TERBIT]

By tansapphira

2.4M 287K 99K

‼️ PART MASIH LENGKAP ‼️ Pre-order 1: Start 5 Januari 2022 Pre-order 2: Start 30 Maret 2022 THE GERRARDS : BO... More

CAST
PROLOG
IMP | 1
IMP | 2
IMP | 3
IMP | 4
IMP | 5
IMP | 6
IMP | 7
IMP | 8
IMP | 9
IMP | 10
IMP | 11
IMP | 12
IMP | 13
IMP | 14
IMP | 15
IMP | 16
IMP | 17
IMP | 19
IMP | 20
IMP | 21
IMP | 22
IMP | 23
IMP | 24
IMP | 25
IMP | 26
IMP | 27
IMP | 28
IMP | 29
IMP | 30
IMP | 31
IMP | 32
IMP | 33
IMP | 34
IMP | 35
IMP | 36
IMP | 37
IMP | 38
EPILOG
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2
EXTRA PART 3
SEBASTIAN-ISABELLA
VOTE COVER!
BACA YUK!
OPEN PO!
INFORMASI + CERITA TAMBAHAN
HAI!
KARYA KARSA
OPEN PO 2!
THE GERRARDS

IMP | 18

46.6K 6.6K 3.7K
By tansapphira

Pre-order Oliver dimulai dari kemarin (25 November 2021) sampai 10 Desember 2021 ya! Info lebih lanjut ada di highlight instagram aku : tansapphira yang "TENTANG PENERBITAN", thank you! 🔥

Estelle mengerjapkan matanya beberapa kali saat merasakan tepukan pelan di pipinya. "Bibi Mary?" panggilnya setelah tersadar siapa yang membangunkan dirinya.

Bibi Mary tersenyum. "Bangun sebentar, Nona. Ada yang ingin kutunjukkan padamu."

Estelle segera bangkit dari posisinya, lalu berjalan keluar mengikuti langkah Bibi Mary. Di luar sudah sangat gelap karena setiap malam, Bibi Mary memang selalu mematikan semua lampu dan hanya menyisakan satu lampu saja di dekat dapur.

"Kalau tidak penting, kepalamu akan kutebas, Elias!"

Estelle dan Bibi Mary kompak menoleh ke sumber suara. Eleanor berjalan dengan gontai mengikuti langkah kakaknya.

"Kalau kau senang, kau yang kutebas, Eleanor."

"Estelle? Mereka membangunkanmu juga?" tanya Eleanor. Estelle mengangguk pelan, lalu berjalan mendekati Eleanor dan menautkan tangan mereka. Kedua saudara kembar itu didorong pelan oleh Elias dan Bibi Mary menuju ruang tengah.

"Sekarang, aku akan menutup mata kalian," ucap Bibi Mary. Berbeda dengan Estelle yang menurut, Eleanor terus saja mengomel karena kedua orang itu benar-benar mengganggu tidur nyenyaknya.

"Bagaimana aku bisa berjalan kalau mataku ditutup? Kalian ingin aku kehilangan sebelah kakiku karena terantuk meja?!"

"Jangan berlebihan, Elea. Lama-lama kujahit mulutmu," ancam Elias. Ia mendorong kedua gadis itu, menggiring mereka menuju halaman belakang rumah. Mereka berdiri sejajar dengan tangan yang masih bertautan. Tanpa sadar, Estelle mengeratkan genggamannya, berusaha mengusir pikiran-pikiran negatif yang sekarang mulai menguasai otaknya.

"Kalian siap?"

"Sejak tadi!" Eleanor membalas pertanyaan Elias sinis. Bibi Mary terkekeh. "Dalam hitungan ketiga, kalian boleh membuka penutup matanya."

"Satu."

"Dua."

"Tiga."

DUARRRR!!!

Estelle dan Eleanor berjengit kaget saat Elias menembakkan kembang api ke udara tepat setelah mereka melepas penutup mata masing-masing. Kedua gadis itu menatap pemandangan yang ada di hadapan mereka dengan mata berbinar.

"Siapa yang berulang tahun?" tanya Eleanor. Ia terlihat sangat senang sekaligus bingung.

"Kau, bodoh!" Elias memukul kepala adiknya pelan, membuat Eleanor terkekeh. Ia bahkan baru ingat. Rasa sedihnya tadi digantikan oleh rasa senang yang tak bisa ia gambarkan.

Eleanor berlari menghampiri meja tempat kue, lilin, dan hadiah untuk mereka berada. Gadis itu tampak sangat senang. "Estelle, sini! Ada dua hadiah di sini!"

Estelle masih mematung di tempatnya. Gadis itu menunduk, bahunya bergetar hebat. Ketika itu juga, Elias, Eleanor, dan Bibi Mary panik.

"Estelle, ada apa?" tanya Elias. Ia tersentak saat tiba-tiba Estelle memeluknya begitu erat, lalu menangis di dadanya. Tak hanya Elias, Bibi Mary dan Eleanor pun sama terkejutnya. Selama ini, Estelle selalu menghindari kontak fisik secara langsung dengan kakak tertuanya itu.

"Nona, ada yang salah?" tanya Bibi Mary. Estelle menggeleng, masih menangis keras. Gadis itu bahkan sampai kesulitan bernapas karena terlalu erat memeluk Elias.

"Estelle, katakan. Ada apa?" Elias menepuk-nepuk punggung Estelle pelan. "Oke, tidak apa-apa menangis dulu."

Setelah tiga menit, Estelle mulai tenang. Gadis itu melepaskan pelukannya pada Elias, lalu langsung melangkah mundur. "Maaf," cicitnya sembari menunduk.

"Tidak masalah. Kenapa kau menangis?" tanya Elias. Estelle mengangkat kepalanya, lalu menatap dekorasi itu. Matanya kembali berkaca-kaca saat melihat namanya berada di sana, tepat di sebelah nama Eleanor.

"Itu benar untukku juga?" tanyanya sembari menunjuk kue yang berhiaskan huruf 'E' di atasnya. Tidak hanya satu, tetapi ada dua di sana. Satu berwarna putih, dan satu lagi berwarna kuning, warna kesukaan Estelle.

"Iya, ini untukmu juga," sahut Eleanor. "Ada apa? Kau tidak menyukainya?"

Bibir Estelle kembali bergetar. Gadis itu menggeleng pelan. "Aku sangat suka," jawab gadis itu. "Terima kasih."

"Lalu kenapa kau menangis?" tanya Elias, masih penasaran. Estelle kembali menundukkan kepalanya, meremas-remas ujung piyama yang dikenakannya.

"Aku hanya terlalu senang," jawab Estelle. "Ini pertama kalinya ada yang memberiku kejutan ulang tahun. Biasanya, hanya Alicia dan Mommy Michelle yang membawakanku sebuah cupcake di tengah malam. Mereka harus sembunyi-sembunyi agar Lucian tidak marah."

"Mereka punya uang sebanyak itu, tetapi kau tidak pernah mendapatkan kejutan ulang tahun?!" Estelle mengangguk.

"Hadiah juga tidak?" Estelle menggeleng.

"Kata Lucian tidak penting. Mungkin karena aku tidak pantas mendapatkannya. Tapi hari ini ... aku ... tidak tahu, aku sangat senang." Estelle mulai kembali menangis. Eleanor pun langsung memeluk Estelle, membiarkan kembarannya menangis.

"Ayo, kita buka hadiahnya," ajak Eleanor. Estelle mengikuti langkah kaki kembarannya itu, mendekati dua kotak kado yang telah disiapkan di samping masing-masing kue. Yang satu bertuliskan 'untuk Eleanor', dan satunya lagi 'untuk Estella'.

Kedua gadis itu mulai membuka hadiah mereka masing-masing. Eleanor bersorak girang saat menemukan sebuah laptop baru. Saat Estelle membuka hadiahnya, gadis itu terkesiap saat mendapatkan hadiah yang sama, sebuah laptop baru.

"Ini untukku?" tanya Estelle.

"Iya, itu untukmu," jawab Elias. "Nanti, akan kuajari kau cara memakainya. Tapi tidak ada media sosial tidak apa-apa, ya? Cukup berisiko."

Estelle mengangguk. Senyum gadis itu mengembang. Ia memeluk laptop-nya dengan sangat hati-hati. Benda itu ... adalah barang elektronik pertamanya. Hadiah ulang tahun pertamanya.

"Ayo berfoto! Tahun ini, kita bisa merayakan ulang tahun berempat!" ajak Eleanor. Elias segera menghampiri kameranya yang sudah terpasang di tripod, lalu menekan timer.

"Setelah ini kembalilah tidur, biar aku yang membersihkan semuanya. Besok pagi, Tuan Muda akan mengajak kalian jalan-jalan."

Eleanor dan Estelle kompak menoleh ke arah Elias. "Benarkah?"

"Hm," jawab Elias. Eleanor segera bangkit, lalu mengajak Estelle masuk ke dalam rumah. "Hari ini, aku tidur denganmu, ya, Estelle?" izin Eleanor.

"Iya," jawab Estelle. Gadis itu menoleh ke belakang, tempat Elias dan Bibi Mary berada. "Terima kasih," ucap gadis itu tanpa suara.

***

Keesokan harinya, sesuai janji, Elias membawa akan kedua adiknya jalan-jalan. Estelle dan Eleanor sudah siap pagi-pagi sekali, bahkan sebelum Elias mandi.

"Aku memang akan mengajak kalian pergi, tapi tidak sepagi ini juga," gerutu Elias, membuat kedua gadis itu tertawa.

"Cepat mandi, Elias! Ini sudah jam delapan, kau jangan tidur terus seperti kerbau!"

Lima belas menit kemudian, Elias sudah siap berangkat. Ia menyusul kedua adik kembarnya yang sedang mengobrol dengan Bibi Mary di meja makan.

"Bi, kau benar tak ingin ikut?" tanya Elias. Bibi Mary mengangguk.

"Aku akan menjaga rumah, Tuan Muda. Pergilah bersenang-senang."

Elias mengangguk. "Kalau ada apa-apa, hubungi saja aku. Jangan lupa, gunakan ponsel yang sudah kumodifikasi."

"Baik, Tuan Muda," jawab Bibi Mary.

"Kami pergi dulu, Bi!" pamit Eleanor.

"Aku pergi, ya, Bibi," timpal Estelle. Kedua gadis itu berjalan keluar dari rumah dengan tangan yang saling bertautan. Entah mengapa, Estelle senang sekali bergandengan tangan dengan Eleanor.

"Supir, Tuan Putri sedang tidak ingin duduk sendirian. Jadi, aku akan menemaninya duduk di tengah." Belum sempat Elias mengomel, Eleanor sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil, diikuti oleh Estelle. Elias hanya bisa berdecak, lalu mulai melajukan mobilnya.

***

"Sudah lelah?"

Eleanor dan Estelle kompak menggeleng, membuat Elias menghela napas. Keputusan mengajak adik-adiknya mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan di pusat kota benar-benar sebuah kesalahan besar.

Bagaimana tidak? Entah sudah berapa banyak uang yang ia keluarkan. Eleanor benar-benar meracuni Estelle. Mereka membeli banyak sekali baju dan makanan. Bahkan, saking banyaknya, Elias sampai harus dua kali bolak-balik mobil untuk meletakkan tas belanjaan kedua adiknya itu.

"Kau kan kaya, jangan pelit-pelit!" protes Eleanor.

"Ya, dan sekarang aku sudah miskin," timpal Elias kesal, membuat Eleanor tergelak.

"Elea, apakah tidak berhenti saja? Uang Elias sudah habis," tanya Estelle sambil berbisik. Gadis itu benar-benar polos, membuat Eleanor gemas.

"Uangnya masih banyak, Estelle. Jangan khawatir. Dia bekerja siang dan malam untuk menyenangkan kita."

"Dasar babi pungut," umpat Elias pelan, yang tak dapat didengar oleh kedua gadis itu.

Eleanor dan Estelle baru selesai setelah makan malam. Akhirnya, saat-saat yang ditunggu Elias tiba juga. Pulang.

Perjalanan dari pusat perbelanjaan menuju rumah mereka cukup jauh, memakan waktu satu setengah jam. Mereka bahkan harus melewati hutan yang cukup lebat agar bisa sampai di rumah.

"Elias, ada apa?" tanya Eleanor saat Elias menghentikan mobilnya sepuluh meter dari rumah.

"Kalian tunggu di sini dulu," titah Elias. Laki-laki itu mematikan mesin lalu turun, meninggalkan ribuan pertanyaan di benak Eleanor dan Estelle.

Estelle tampak kebingungan. "Ada apa, Elea?"

"Tidak tahu," jawab Eleanor. Gadis itu mulai cemas, membuat Estelle juga ikut cemas. Sekali lagi, pikiran-pikiran buruk mulai menguasai Estelle.

Tidak, Estelle. Itu tidak benar. Tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja. Estelle berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Satu jam berlalu, Elias masih belum juga kembali. "Estelle, kau tunggu di sini, ya, biar aku menyusul Elias."

"Elea, tapi—"

"Tidak apa, Estelle. Percaya padaku." Eleanor tersenyum teduh. Ia mengusap tangan Estelle lembut, sebelum turun dari mobil dan berjalan mendekati rumah mereka.

Kecemasan mulai melingkupi Estelle. Gadis itu menggigiti kuku sambil meremas ujung pakaiannya. Estelle mulai sesak napas. Sudah setengah jam berlalu, Elias dan Eleanor belum juga kembali.

Estelle berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan. Diulangnya hal itu berkali-kali hingga akhirnya gadis itu kembali bisa bernapas normal.

Dengan segenap keberanian yang ada, Estelle akhirnya memberanikan diri untuk turun dari mobil, dan berjalan ke rumah. Gadis itu sangat takut, tetapi kekhawatiran akan keluarganya lebih mendominasi.

Gelap. Itulah yang Estelle dapatkan begitu ia membuka pintu utama. Tak ada satu pun lampu yang menyala, membuat pandangan Estelle terhalang. "Elea?" panggil gadis itu lirih. Estelle memekik tertahan saat kakinya menabrak meja di ruang tamu.

Saat itu juga, semua lampu mendadak dinyalakan. Estelle berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya lampu yang begitu menyilaukan. Detik selanjutnya, tubuh Estelle luruh begitu saja saat melihat pemandangan di hadapannya.

Seorang laki-laki duduk di antara keluarga Estelle yang terikat di kursi masing-masing dengan mulut yang diperban. Seringaian laki-laki itu terbit karena setelah sekian lama, ia akhirnya berhasil mendapatkan kembali gadisnya yang hilang.

"Hai, Estella."




Dah, buyar.













Spam yuk, udah lama ga di spam 😫👉🏻

Ada nggak sih, yang tau cerita ini bukan dari cerita Oliver? Kalo ada, kalian tau cerita ini darimana?

See you!! 👋🏻👋🏻

Imprisoned.
22-8-2021.

Continue Reading

You'll Also Like

15.1K 1.8K 48
PARK SUNGHOON (ENHYPEN) FANFICTION #1 [𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] Seorang Yoon Hyeju, gadis biasa yang tidak sengaja tanpa sadar terlibat dalam hidup seoran...
6.3M 393K 61
Hanya dalam satu kedipan, mampu membuat pria angkuh itu bertekuk lutut jatuh sejatuh jatuhnya dalam jurang tak kasat mata yang dibuat oleh si cantik...
1.1K 164 9
"Saat Dirimu Terus Tenggelam Dalam Kegelapan, Cahaya Yang Menerangi Dirimu Akan Perlahan Lahan Menghilang, Hingga Suatu Saat Kau Menyadari Bahawa, Ap...
466K 16K 68
HARUS FOLLOW karna Part acak dan Private!! Rate 17+ Sakit! Tentu. Siapa yang tak sakit hati dan kecewa bahkan marah saat dengan tega pacarnya menjadi...