Between Us // The Story Untold

By donteatmypizzasx

164K 11.6K 2K

[Sequel of The Student That I Love] Sooyoung pernah bilang kalau Rose akan melanjutkan pendidikan kuliah sete... More

O1. Si paling jomblo
O2. Ujian kelulusan
O3. Beasiswa
O4. Hot News
O5. Halo New York!
O6. Surprise
O7. Perasaan yang salah
O8. Nama dan foto
O9. Perbedaan jarak dan waktu
1O. Waktunya berpisah
11. Seminggu tanpa kabar
12. Harus tahu batas
13. Gue udah tunangan
14. Cedera kaki dan hati
15. Caper biar diperhatiin doi
16. Bule lebih cakep
17. Flashback Enu #1
18. Flashback Enu #2
19. Banyak duit, nih orang
21. Katanya romantic dinner

2O. Kantor pusat

3.6K 533 87
By donteatmypizzasx

New York, 10.15

Kelas pertama untuk hari ini baru saja berakhir. Dosen mata kuliah sebelumnya mengakhiri kelas 10 menit sebelum masuk ke mata kuliah selanjutnya. Beliau sengaja memberi waktu senggang sedikit bagi mahasiswa untuk merefresh otak. Rose duduk dibangku nya dan hendak mendengarkan lagu menggunakan earphone. Namun, Blake tiba-tiba menghampiri nya dan duduk disebelahnya.

"Hi, Roseline? How are you?"

"I'm fine, how about you?" Tanya Rose kembali sembari menggulung kabel earphone nya dan memasukkannya kembali ke dalam sebuah pouch.

"I'm fine, too."

"I'm a little bored sitting in the back alone. is it fine if we talk while waiting for the lecturer to enter the class?"

"Of course"

Mereka benar-benar mengobrol sampai dosen memasuki kelas dan memulai pembelajaran. Blake bahkan tidak beranjak dari tempatnya. Ia tetap duduk disebelah Rose sampai perkuliahan hari ini berakhir.

Keduanya keluar dari gedung fakultas bersama dan jalan beriringan hingga ke gerbang kampus. Mereka berpisah disana karena rupanya Blake membawa kendaraan ke kampus. "See you tomorrow, Roseline"

Rose mengangguk.

"Are you serious, you don't want me to take you home?"

Rose lagi-lagi mengangguk, "I can take care of my self"

Blake mengancungkan jempolnya lalu ia berbalik dan berjalan menjauh dari Rose.

Rose pun demikian, ia berjalan keluar dari area kampus.

"Ekhem"

Rose menoleh dan mendapati Jeffrey yang sedang bersandar disamping mobil sembari bersedekap dada. Gadis itu tersenyum lalu menghampiri Jeffrey. "Hai, kak!" Sapanya.

"Hm"

"Dia siapa?" Tanya Jeffrey

"Siapa, apanya?" Rose malah balik bertanya

"Yang nawarin kamu pulang bareng tadi"

"And wait, did he just call you roseline, too?"

Rose sempat terdiam dan mengerutkan keningnya seperti menerka-nerka sesuatu. Dan akhirnya ia teringat Blake. Iya, Blake juga memanggilnya dengan nama 'Roseline' ternyata.

"Oh, dia blake, temen kelas aku"

"Iya juga ya, dia panggil aku roseline sama seperti kakak" Rose terkekeh sedangkan Jeffrey hanya diam dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Aku gak suka dia panggil kamu roseline juga"

"Iya, nanti aku bilang ke dia buat gak manggil aku roseline lagi"

"Aku juga gak suka dia deket-deket kamu"

"Tapi kita temen sekelas. Kita pasti sering ketemu dan ngobrol"

"Gak usah ngobrol"

"Kenapa?"

"Aku gak suka, roseline..."

Rose tidak menjawab. Ia hanya diam.

"Ayo, kita jalan sekarang" Ujar Jeffrey yang langsung masuk ke dalam mobil tanpa membukakan pintu untuk Rose.

Rose menghela nafas lalu ia membuka pintu mobil dan Jeffrey langsung melajukan mobil itu memasuki halaman sebuah hotel.

---

New York, 14.28

Rose merebahkan dirinya di atas kasur, sementara itu Jeffrey terlihat fokus pada laptopnya. Sebelumnya pria itu memang sudah bilang pada Rose bahwa ia harus memberikan tanda tangan virtual pada file yang dikirimkan oleh Dimas melalui alamat emailnya.

Sudah 20 menit berlalu, Rose masih sabar menunggu karena ia sembari menonton drama korea di televisi.

Jeffrey tiba-tiba menutup layar laptop nya dan beranjak dari tempatnya. Ia menghampiri Rose lalu mengecup kening nya. "Aku mandi sebentar, ya?"

Rose mengangguk.

Saat Jeffrey sedang mandi, Rose hanya menonton tanpa menghiraukan sekitarnya karena scene dari drama korea yang sedang ia tonton semakin seru. Sampai akhirnya ponsel Jeffrey yang ternyata hanya digeletakkan diatas nakas begitu saja, berdering. Rose ingin mengabaikannya namun ia juga cukup terganggu dengan nada dering Jeffrey. Rose kemudian bergerak mendekati nakas dan meraih ponsel Jeffrey. Ia melihat nama penelfon di layar ponsel Jeffrey.

Kantor pusat...

Rose memandangi foto kontak dari 'Kantor pusat' tersebut. Kok cantik...

Tiba-tiba Rose mendengar pintu kamar mandi terbuka. Ia buru-buru meletakkan ponsel Jeffrey ke posisi semula lalu kembali menonton seperti tidak terjadi sesuatu.

"Can you help me, please?" Tanya Jeffrey setelah duduk di tepi kasur dan mengusap rambutnya yang basah dengan handuk kecil.

"Sure, what should i help?"

"Bantu keringin rambut aku"

Rose mengangguk lalu ia mendekati Jeffrey dan mengambil alih handuk untuk mengusap rambut Jeffrey yang basah. Rose tidak menyadari dirinya yang melamun. Ia terus terbayang akan 'kantor pusat' dan foto kontaknya yang seorang gadis cantik.

"Sayang...kamu melamun, ya?" Tanya Jeffrey yang menyadarkan Rose dari lamunannya.

Rose mengerjap beberapa kali lalu terkekeh, "Gak sadar. Aku keasikan ngeringin rambut kak jeffrey"

Jeffrey menahan tangan Rose yang masih bergerak mengusap rambutnya. Ia berbalik hingga pandangan mereka berdua bertemu. "Ada sesuatu yang lagi mengganggu pikiran kamu?" Tanya Jeffrey.

Iya, ada kak. kantor pusat itu siapa?

Dia beneran orang yang kerja di kantor pusat?

Tapi bukan itu yang keluar dari bibir Rose. Ia hanya menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin Jeffrey menganggap dirinya menuduh Jeffrey yang macam-macam.

"Bener?"

"Kalau ada apa-apa, ceritain semuanya sama aku, oke?"

Rose mengangguk.

"Yaudah aku pakai baju dulu, habis itu kita keluar jalan-jalan"

---

Jeffrey keluar lebih dulu dari kamar hotelnya, lalu disusul oleh Rose. Bersamaan dengan itu, orang dari kamar seberang juga keluar. Ia seorang ibu-ibu dan menatap Jeffrey juga Rose secara bergiliran. Rose dan Jeffrey pun demikian, mereka saling bertatapan lalu sama-sama menatap ibu itu. Jantung Rose mendadak berdegup dengan kencang. Ibu itu masih menatap Rose dan Jeffrey tanpa berbicara apapun. Rose jadi paham pikiran ibu itu. Pasti ia menyangka Rose dan Jeffrey adalah pasangan muda-mudi yang mesum. Yang sengaja menyewa kamar hotel untuk berbuat aneh-aneh.

Rose menyikut lengan Jeffrey, "He's my dad" Ujar Rose sembari tersenyum.

Ibu itu menelisik Jeffrey dari ujung kepala hingga ujung kaki. Lalu ia tertawa pelan, "Oh, sorry. I thought you two were lovers..."

Setelah ibu itu menjauh dari hadapan keduanya, Jeffrey melemparkan tatapan tidak percaya pada Rose. Rose mengatakan pada orang asing bahwa ia adalah ayahnya?. Jeffrey tidak percaya itu. Dan orang itu dengan gampangnya langsung percaya bahwa Jeffrey adalah seorang bapak-bapak. Memangnya Jeffrey terlihat setua itu?.

"Kak, maaf. Soalnya kalau gak gitu, Ibu-ibu itu pasti ngiranya kita pasangan mesum"

"Tapi aku bersyukur banget, untung ibu itu percaya"

"Kamu kan bisa bilang aku kakak kamu atau sepupu kamu. Kenapa harus jadi papa kamu?"

"Kalau itu, si ibu bisa aja gak percaya. Soalnya kak jeffrey terlalu muda buat jadi kakak aku"

Jeffrey membulatkan kedua matanya, "Berarti emang kamu yang nganggep aku udah tua!"

Rose berlari meninggalkan Jeffrey yang hendak mencekal tangannya.

Mereka keluar membeli es krim. Sebenarnya karena mereka belum ada tujuan lain lagi selain romantic dinner yang sudah Jeffrey persiapkan nanti malam. Tangan Jeffrey bergerak membersihkan sudut bibir Rose yang belepotan oleh es krim. "I think it's very funny" Ujar Rose sembari tertawa.

Jeffrey mengangkat sebelah alisnya karena tidak mengerti dengan apa yang Rose maksud lucu.

"Look at your self" Rose memposisikan kaca kecil miliknya di depan wajah Jeffrey.

Jeffrey dapat melihat sisa es krim yang menempel di hidung nya. Bahkan krim yang menempel di sudut bibir Rose sebelumnya, tidak seberapa dengan Jeffrey. Jeffrey pun tertawa lalu mengambil tisu untuk membersihkan hidungnya.

Bisa-bisanya ia sibuk memerhatikan Rose sampai ia tidak sadar es krimnya menempel di hidung.

"Hi, Roseline!" Sapa seseorang tiba-tiba yang membuat Rose serta Jeffrey menoleh ke sumber suara.

Nampak Blake yang sedang jalan menghampiri meja mereka. "Hi, blake" Sapa Rose kembali.

"I didn't think i could meet you here..."

Rose hanya tertawa merespon Blake.

"Ekhem"

Deheman Jeffrey berhasil menyadarkan Rose. Tidak hanya Rose, Blake pun baru menyadari kehadiran Jeffrey setelah Jeffrey bersuara. "Who is he, roseline?" Tanya Blake

"Ah, his name is jeffrey. He is my fiancé"

Blake nampak kaget. Berbeda dengan Jeffrey yang tersenyum dan merasa menang karena Rose memperkenalkannya sebagai tunangan. Jeffrey mengulurkan tangannya pada Blake, "Jeffrey, i'm roseline's fiancé" Ujar Jeffrey dengan tegas dan menekankan kata 'fiancé'.

Blake meneguk saliva nya dan membalas uluran tangan Jeffrey, "I'm blake, roseline's classmates"

Jeffrey mengangguk-anggukkan kepala, "Masih kalah jauh" gumamnya.

"Eum..I think i have to go home now. See you on campus tomorrow, Roseline. bye jef!" Ujar Blake dan menepuk pelan bahu Jeffrey.

Rose mengangguk, "See you, blake"

"Gak sopan sama orang tua main pukul aja" Jeffrey memegangi bahu nya bekas ditepuk oleh Blake.

"Lebay ih kak! cuma ditepuk aja kok" Rose mulai jengkel dengan Jeffrey karena sejak awal kurang ramah pada Blake.

"Dibelain? yaudah belain lah teman kamu itu"

"Cuma temen kok, aku yang tunangan kamu!"

"Iya aku tau, tapi kak jef bisa ramah sedikit gak sama temen aku?"

"Kalau dia gak lebih ganteng dari gue bisa aja" Gumam Jeffrey.

---

Tbc

jadi kamu minder, jef?

Continue Reading

You'll Also Like

Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3M 212K 37
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
3.1M 155K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
1.5M 105K 45
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
231K 21.9K 28
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...