Sherlock Holmes and The Fall...

By army_doctor

4.3K 746 89

Sherlock Holmes menjadi saksi dari ledakan yang dibuat Peter Pettigrew untuk memalsukan kematiannya, dia mene... More

Ch. 1 - Jari yang Tersisa
Ch.2 - Penyihir di Baker Street
Ch. 3 - Kisah Si Penyihir
Ch. 4 - Petualangan di Privet Drive
Ch. 5 - Penyihir Kenalan Sherlock
Ch. 6 - Bawah Tanah London
Ch. 8 - Klien Misterius
Ch. 9 - Ketakutan Terbesar John
Ch. 10 - Ruang Penuh Buku
Ch. 11 - Perangkap Tikus
Ch. 12 - Kisah Yang Hilang
Pengumuman!
IT'S HERE!

Ch. 7 - Tahanan Tak Bersalah

246 59 6
By army_doctor

Sherlock tersenyum kepada dua penjaga itu, meskipun tak mendapat balasan. Kemudian ia membuka pintu ruangan dan masuk, John menyelinap setelahnya.

Ruangan itu berbentuk lingkaran, dindingnya sama hitam dengan aula tadi meskipun yang ini kesannya jauh dari mengkilap –malah terlihat suram dengan cahaya remang-remang dari lilin-lilin bernyala biru yang menempel disana, baik Sherlock maupun John tak tau dan tak mau tau kenapa api lilin itu berwarna biru.

Tak ada apapun di ruangan itu, kecuali sebuah meja kecil dan dua kursi di kedua sisinya.

Di salah satu kursi, duduk seorang pria berambut hitam lusuh, meskipun sedang duduk tapi Sherlock tau dia pria yang jangkung, wajahnya tak terlihat karena dia menunduk, pakaiannya tak berubah sejak terakhir kali Sherlock melihatnya di TKP ledakan tempo hari, lengan kemejanya yang digulung se-siku terlihat sangat kusut.

Setelah menutup pintu, Sherlock mendekati meja, langkah kakinya yang menggema di ruangan itu membuat si pria yang duduk mendongak. Tampaklah oleh Sherlock wajahnya yang pucat, mata yang memerah namun tak mengeluarkan air mata, serta ekspresi yang sangat menyedihkan.

"Marah, sedih, kecewa, bersalah, menyesal" kata Sherlock, mengundang John memandangnya dengan heran.

"Anda tampaknya membutuhkan telinga yang bersedia mendengarkan Anda, Mr. Black" detektif itu kemudian mendekati meja perlahan lantas mengulurkan tangannya "Perkenalkan, saya Sherlock Holmes"

"Saya tidak butuh bantuan siapapun" saut Black tanpa menghiraukan tangan yang Sherlock ulurkan, lantas kembali menunduk "Anda hanya akan membuang waktu, saya tidak keberatan membusuk di Azkaban, saya merasa pantas untuk itu"

Sherlock duduk di depan Black sementara John berdiri disampingnya, ditatapnya orang yang sedang tak karuan itu sambil memikirkan diksi nya.

"Saya hanya bilang bahwa saya bersedia mendengarkan Anda, siapa yang memberitahu Anda kalau saya menawarkan bantuan?"

"Dumbledore-"

Sherlock ber 'oh' pendek menanggapinya, meskipun menurut John ekspresinya lebih seperti mengatakan 'sudah kuduga'.

"Tapi, Mr. Black" lanjut Sherlock "Apa Anda tidak peduli kepada Harry Potter?"

Sontak Black mengangkat kepalanya dan menatap Sherlock dengan matanya yang kelam "Apa maksud Anda?"

"Dia baru berusia satu tahun dan kehilangan orang tuanya, sebagai sahabat dari suami-istri Potter, apakah Anda tidak peduli dengan kelangsungan hidupnya?"

Suara Black terdengar lebih bertenaga ketika menjawab "Dari yang saya dengar dia akan diasuh oleh kakak perempuannya Lily yang seorang Muggle, satu-satunya keluarga yang ia punya, jadi saya tak perlu khawatir"

Sherlock menggeleng sambil tersenyum, dari yang John tau selama dia menemani Sherlock berpetualang, ekspresi itu adalah ekspresi puas karena sang Detektif mendapatkan pembenaran atas teorinya.

"Petunia Evans" kata Sherlock, membuat Black melotot terkejut "Itu namanya, bukan?"

"Bagaimana Anda tau?"

"Oh, saya mengenalnya, atau lebih tepatnya mengenal keluarganya. Dia telah menikah dengan pria bernama Vernon Dursley dan sekarang tinggal di Privet Drive"

Kini bukan hanya Black, John juga terkejut. Jadi yang baru saja Sherlock pastikan adalah bahwa Petunia Dursley, istri Mr. Dursley adalah kakak dari Lily Potter. Dan mengingat deskripsi Sherlock tentang Vernon Dursley –sepertinya John tau kemana arah pembicaraan ini.

"Mungkin sekarang Harry yang malang sudah ada disana" lanjut Sherlock sambil mengedip kepada John –yang kemudian menyadari hal lain,

jika Harry Potter adalah bayi luar biasa yang telah mengalahkan Voldemort, maka kepindahannya tak mungkin ditangani oleh orang biasa.

Maka jawabannya hanya satu, Albus Dumbledore datang ke Privet Drive malam yang lalu adalah untuk mengantarkan Harry Potter kepada keluarga ibunya.

"Harry.. yang malang? Apa maksud Anda?" Tanya Black.

"Menurut sepengetahuan Anda, apakah Petunia dan suaminya mengetahui bahwa Lily Potter adalah Penyihir?" Sherlock malah balik bertanya.

"Ya, kalau tidak salah Lily sempat bercerita –pada saat mereka masih kecil Petunia sangat cemburu karena Lily memiliki bakat sihir dan dia tidak. Bahkan Petunia jadi membenci Lily karena itu"

"Anda sudah tau kalau Petunia membenci Lily karena sihir dan Anda masih berpikir Harry akan baik-baik saja disana?" Tanya Sherlock, memancing ekspresi hangat muncul di wajah Black "Ditambah lagi, Vernon Dursley bukanlah pria yang baik secara keseluruhan"

"Harry.. dia akan dibenci juga oleh mereka-" gumam Black

"Tunggu.. bagaimana Anda tau sebanyak itu tentang Muggle?" Black tiba-tiba bertanya diluar konteks "Anda.. Penyihir, kan?"

Sherlock menjatuhkan punggungnya ke punggung kursi, sementara dia berpikir, John berkata terlebih dahulu "Itu karena kami ini Penyihir kelahiran-"

Tapi Sherlock malah menyerobot "Ya, kami memang Muggle"

John melotot kepada Sherlock, begitu pula Black.

"Apa yang Muggle lakukan disini?!" Pekik Black "Anda tak ada urusannya dengan semua ini! Bagaimana Dumbledore membiarkan kalian ikut campur?!"

"Tolong tenang, Mr. Black" kata Sherlock kalem "Karena hanya saya yang bisa menyelamatkan Anda dan menghukum pelaku sebenarnya"

"Anda tau apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana bisa?"

"Itu hal yang tidak penting Mr. Black, dan bisa dijelaskan setelah kasusnya beres" ujar Sherlock "Untuk mempersingkat waktu, saya akan langsung mengatakan teori saya tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Anda awalnya adalah penjaga rahasia Keluarga Potter, namun untuk alasan tertentu menyarankan kepada Keluarga Potter untuk memberikan posisi itu kepada sahabat Anda bernama Peter Pettigrew.

Namun sayangnya ia adalah Pelahap Maut dan kemudian membocorkan rahasia Keluarga Potter kepada Voldemort. Hasilnya adalah apa yang sekarang ini kita tau. Apa ada bagian yang salah?"

Black menggeleng dengan terpana.

"Lalu tentang kejadian di daerah kami itu, saya ada disana asal Anda tau. Dan yang menciptakan ledakan itu bukanlah Anda, Mr. Black, melainkan Pettigrew sendiri"

Black kini mengangguk, kemudian sedikit demi sedikit wajahnya dipenuhi amarah "Dia begitu takut ketika melihat saya, wajahnya yang sok polos itu membuat saya semakin murka saja. Saya pun mengejarnya, saya sangat ingin membunuhnya –tapi tikus Voldemort yang pengecut itu malah bunuh diri dengan meledakkan dirinya sendiri, sungguh ironi-"

Setelah mengatakan itu dengan emosi yang tertahan dan itu nampak menyiksanya, Black menenggelamkan wajah ke telapak tangannya disertai dengan erangan marah dan dendam.

"Mr. Black-" panggil Sherlock, kemudian bertanya perlahan "Apa yang akan Anda lakukan jika Pettigrew masih hidup?"

Pria yang sedih itu kembali mengangkat wajahnya "Dia masih hidup?" kemudian terkekeh dengan suara yang aneh "Mereka menemukan potongan jarinya, mana mungkin dia bertahan?"

"Maksud Anda ini?" Sherlock meletakkan jari Pettigrew yang beralaskan kain ke atas meja –yang ditatap dengan terkejut oleh Black –namun ekspresinya berubah menjadi jijik.

"Saya tidak tau bagaimana Anda bisa mendapatkan ini, tapi ya, ini memang jarinya, bukankah cukup untuk menyimpulkan bahwa dia mati?"

Sherlock menyatukan jemarinya ketika berbicara "Menurut rekan saya ini-" dia mengerling sekilas kepada John "Luka di jari itu terlalu rapi, Mr. Black, ledakan yang sangat keras seperti itu seharusnya meninggalkan bekas yang abstrak –bukan bekas potongan"

Black menatap Sherlock dengan kagum "Jadi dia sengaja memotong jarinya agar orang-orang mengira dia telah mati padahal kenyataannya dia masih hidup?"

"Menurut saya begitu"

"Kalau begitu dimana dia?!" Black melompat berdiri, matanya yang tadi putus asa dan tanpa cahaya kini berkilat penuh kemarahan.

"Saya belum tau-" jawab Sherlock –yang tetap tenang "Duduklah Mr. Black, jawablah pertanyaan saya jika Anda ingin ia ditemukan"

Black berusaha mengendalikan nafasnya yang memburu dan kembali duduk.

Sherlock pun melanjutkan "Anda waktu itu ada disana, bukan? Selain saya hanya Anda yang tau apa yang sebenarnya terjadi, dan Anda juga lebih dekat dengan ledakan daripada saya– apa menurut Anda dia bisa apparate?"

Black terlihat sedang berpikir, kemudian menggeleng dengan ragu "Saya tidak yakin, apparate seharusnya menimbulkan suara yang cukup keras –tapi karena ada ledakan yang baru saja terjadi saya tidak bisa memastikan"

"Ada cara lain selain itu?"

Black tiba-tiba menatap Sherlock dan mengerjap "Cara lain? Tidak, hanya apparate cara Penyihir menghilang dengan cepat dari suatu tempat"

Sherlock menatap Black dengan mata abu-abu nya yang tajam "Dua hari ini-" katanya "Setelah Voldemort dikalahkan, tidak ada tempat bagi Pettigrew untuk menyembunyikan keberadaannya. Bahkan di wilayah kami saja, di jalan raya, di kawasan industri, dimana-mana ada Penyihir berkeliaran.

Pettigrew tidak akan bisa menghindari mereka, tentu saja ceritanya akan berbeda apabila ia bisa bersembunyi di tempat-tempat sempit, dan tak terjangkau oleh manusia –baik itu Penyihir maupun Muggle-"

Black terlihat gelisah, seolah sebagian dirinya ingin sekali menangkap Pettigrew dan sebagian dirinya yang lain berusaha menyembunyikan sesuatu.

"Tolong kerjasama Anda, Mr. Black-" pinta Sherlock "Saya dan teman saya ini sudah terbiasa menjaga rahasia jika rahasia itu bisa menuntun kita kepada Pettigrew"

Black menarik nafas panjang "Kami berempat telah berjanji untuk menyimpan rahasia ini, Mr. Holmes" katanya sambil menunduk.

"Tapi salah satu diantara kalian telah berkhianat, Mr. Black, tolong dengarkan saya. Saya yakin James Potter ingin kita mengungkap kebenaran"

Lagi-lagi kalimat yang Sherlock lontarkan berhasil membuat Black mendongak dan terpana.

Sherlock melanjutkan "Dia pasti tidak ingin sahabat baiknya di penjara atas kesalahan yang tak dia perbuat"

"Tapi saya tetap bertanggung jawab, Mr. Holmes, andai saya tidak menyerahkan posisi penjaga rahasia kepada orang licik itu –mereka tidak akan meninggal"

"Kata 'andai' sudah kadaluarsa sekarang, Mr. Black, tak ada gunanya" tukas Sherlock "Yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki hal buruk yang terlanjur terjadi, kenapa harus membiarkan Harry yang malang diasuh keluarga yang tak menginginkannya sementara ada Anda yang sangat menyayanginya?!"

Black tersenyum "Anda pasti sudah tau kalau saya adalah Ayah Baptisnya Harry-"

Sherlock mengerjap "I'm sorry?"

"Eh?" Kata Black, ikut mengerjap "Anda belum tau?"

"Pokoknya-" Sherlock berkata setelah menyadarkan diri "Katakan, Mr. Black, apa benar, bahwa Peter Pettigrew adalah seorang Animagus?"

Masih perlu waktu sekitar satu menit sebelum Black mengangguk "Ya, Anda benar, saya, dia, James, dan Remus adalah Animagus. Kami mempelajari semua cara untuk bisa bertransformasi menjadi binatang ketika kami masih di Hogwarts, dan merahasiakan itu diantara kami berempat saja"

"Dan menjadi hewan apa tepatnya Pettigrew ketika bertransformasi?"

"Tikus"

Sherlock menyeringai "Bagus! Informasi ini lebih dari cukup, Mr. Black –saya berjanji akan menangkapnya secepat mungkin, ayo, John" katanya kemudian berdiri dan menjabat tangan Sirius Black, diikuti John yang melakukan hal sama.

"Saya ingin ikut menangkapnya-" kata Black sambil berdiri.

Sherlock menepuk pundaknya "Kami ini hanya penyusup di Dunia kalian, Mr. Black, dan posisi Anda adalah tersangka, saya yakin Anda tidak akan diperbolehkan, dan jika Anda memaksa, itu hanya akan menyulitkan kita. Tolong bersabarlah, dan percayakan kasus ini kepada kami"

Black menghela nafas dan mengangguk.

Sherlock kemudian membuka pintu, John menyelinap keluar terlebih dahulu, dan ketika ia melangkah ke bibir pintu, Black memanggilnya.

"Mr. Holmes-"

Sherlock berhenti dan menoleh.

"Sepertinya Anda bukan orang biasa, siapa Anda sebenarnya?"

Sang detektif tersenyum "The name is Sherlock Holmes, a Consulting Detective, and the adress is 221 B Baker Street" dia bahkan menambah keheranan Black dengan kedipan sebelah mata "Evening!"

John masih di depan pintu ketika Sherlock keluar.

"John–" panggil Sherlock "Sepertinya kita harus menunggu Albus Dumbledore–"

"Tidak–" saut John "There he is" dia menunjuk ke lorong, dimana Dumbledore sedang berbicara kepada seorang pria yang memakai pakaian serba hitam, rambut hitam panjang sebahu, dan wajah yang sama sekali tak ekspresif.

Sherlock langsung menghampiri Dumbledore, John mengikuti di belakangnya.

"Saya kira urusan Anda ada di luar Kementerian, Mr. Dumbledore-" kata Sherlock.

Pria serba hitam itu mengerling kepada orang yang tiba-tiba menginterupsi pembicaraannya, matanya yang hitam menyipit tidak suka.

"Aku pergi dulu, Albus-" katanya kepada Dumbledore dengan ketus, dan meninggalkan tiga orang lainnya begitu saja.

"Dia peracik obat-obatan ya? Suka menyendiri, tapi cukup pintar-" kata Sherlock.

Dumbledore tersenyum "Beruntung Anda mengatakan itu setelah dia pergi, Mr. Holmes, dia memang suka menyendiri di ruang bawah tanah Hogwarts, kepintarannya tak diragukan, tapi dia bukan peracik obat-obatan melainkan seorang Master Ramuan"

"Hanya beda penyebutan, bukan?" Sangkal Sherlock.

"Begitulah, tapi seperti biasanya, Mr. Holmes, apa yang ada pada staff saya itu sehingga Anda tau?"

"Bau akar-akar dan tanaman langsung menusuk hidung saya saat mendatangi kalian, juga ada beberapa goresan bekas pisau di jarinya, dia hanya bisa mendapatkan itu kalau cukup sering memotong bahan-bahan saat meracik obat tradisional –atau ramuan– kalau kata Anda.

Ekspresinya yang tak bersahabat itu menunjukkan dia bukan orang yang suka bergaul jadi lebih suka menyendiri, sekarang kita tau dia seorang Master Ramuan yang suka menyendiri, apa yang dia lakukan saat menyendiri? Menguji, mencipta, dan memodifikasi ramuan tersebut –dia pasti cukup pintar untuk bisa melakukan semua itu."

John menggeleng karena kagum, sebanyak itu yang Sherlock dapatkan dari pengamatan yang tak lebih dari sepuluh detik.

"Tapi tunggu dulu, rasanya yang saya sebutkan belum semuanya" kata Sherlock.

"Apa yang Anda lewatkan?"

"Saya tau Hogwarts adalah sebuah Sekolah Sihir, jika tuan tadi itu menyendiri disana itu artinya dia adalah pegawai, dan Anda, Mr. Dumbledore, berkata bahwa dia adalah staff Anda. Jadi, Anda sebenarnya adalah Kepala Sekolah Hogwarts-"

Dumbledore mengangguk sembari memperlebar senyumnya, mata birunya bersinar dibalik kacamata bulan separonya "Tepat seperti yang Anda katakan, Mr. Holmes-"

"Dan nampaknya posisi itu bukan sekedar pemimpin sebuah sekolah saja, Anda memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam komunitas Anda-"

"Semuanya benar" kata Dumbledore "Ngomong-ngomong, Mr. Holmes, bagaimana wawancara Anda dengan Black?"

"Oh!" Saut Sherlock "Sempurna, saya bahkan bisa mengatakan kalau lusa Peter Pettigrew sudah akan ada di posisi yang sekarang Mr. Black tempati. Oh ya, ini jarinya, saya sudah tak memerlukannya lagi-"

Dumbledore menerima bungkusan kain yang berisi jari Pettigrew dan memasukkannya ke saku jubahnya "Kalau begitu–" katanya "Mari saya antar Anda berdua keluar–"

Mereka keluar melalui jalan yang sama untuk masuk, Albus Dumbledore langsung berpamitan dan pergi ber-apparate ketika keluar dari kotak telepon. Malam sudah sangat larut, mereka memanggil taksi dan kembali ke Baker Street.

John –seperti biasa selalu memiliki daftar pertanyaan untuk ditanyakan kepada temannya sepulang dari sebuah petualangan yang membingungkan, tapi Sherlock langsung masuk ke kamarnya ketika mereka sampai, yang berarti dia sedang tak ingin berbicara –sama sekali.

Maka John pun masuk ke kamarnya sendiri, berharap bisa tidur tanpa memikirkan hal-hal aneh yang tengah mengelilinginya.

tbc :)
© Mark Gattis & Steven Moffat

Continue Reading

You'll Also Like

43K 2.6K 43
Fanfic Detective Conan/Case Closed + Magic Kaito [CoAi/ShinShi] Setelah 9 tahun telah berlalu, Conan -dengan bantuan para intelejen dari berbagai neg...
3.3K 398 4
Book ini adalah part II dari MBTI Groupchat. Genre: Komedi, Slice of Life. Taggar: MBTI, groupchat.
155K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
1M 86.3K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...