IMPRISONED ✓ [TERBIT]

By tansapphira

2.5M 289K 99.1K

‼️ PART MASIH LENGKAP ‼️ Pre-order 1: Start 5 Januari 2022 Pre-order 2: Start 30 Maret 2022 THE GERRARDS : BO... More

CAST
PROLOG
IMP | 1
IMP | 2
IMP | 3
IMP | 4
IMP | 5
IMP | 6
IMP | 7
IMP | 8
IMP | 9
IMP | 10
IMP | 11
IMP | 12
IMP | 13
IMP | 14
IMP | 16
IMP | 17
IMP | 18
IMP | 19
IMP | 20
IMP | 21
IMP | 22
IMP | 23
IMP | 24
IMP | 25
IMP | 26
IMP | 27
IMP | 28
IMP | 29
IMP | 30
IMP | 31
IMP | 32
IMP | 33
IMP | 34
IMP | 35
IMP | 36
IMP | 37
IMP | 38
EPILOG
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2
EXTRA PART 3
SEBASTIAN-ISABELLA
VOTE COVER!
BACA YUK!
OPEN PO!
INFORMASI + CERITA TAMBAHAN
HAI!
KARYA KARSA
OPEN PO 2!
THE GERRARDS

IMP | 15

46.5K 6.2K 889
By tansapphira

Prediksinya sih bakal up besok, tapi karena hari ini ngga up Toxic, jadi up ini ajayah hehe

Enjoy!! ❤️

Estelle menatap pantulan dirinya di cermin. Kaus lengan pendek yang tampak kebesaran, celana jeans setengah paha, dan training shoes. Seumur hidupnya, Estelle bahkan tak pernah tahu bahwa benda-benda itu ada.

"Bagaimana? Kau menyukainya?" tanya Eleanor. Estelle mengangguk ragu, membuat Eleanor tertawa.

"Kau akan terbiasa. Ini jauh lebih nyaman daripada dress bermotif bunga atau baju berbahan satin yang biasa kau gunakan. Percaya padaku."

"Iya," jawab Estelle sambil mengangguk lucu. Tak jauh berbeda dengan Estelle, Eleanor pun mengenakan pakaian yang serupa, hanya berbeda warna dan gambar kausnya saja.

Dulu, saat ia masih tinggal bersama Lucian, laki-laki itu selalu memberinya dress berwarna cerah, juga flat shoes dengan pita yang tampak begitu manis. Estelle nyaman-nyaman saja sebenarnya, karena sejak kecil ia sudah terbiasa dengan pakaian seperti itu.

Hari ini, untuk pertama kalinya, Estelle mencoba mengenakan pakaian seperti orang pada umumnya. Kaus, celana panjang, sepatu training. Tak hanya itu, Eleanor juga sudah mempersiapkan pakaian lain seperti sweater, jaket jeans, dan sebagainya.

"Ayo kita datangi Elias dan Bibi Mary. Aku yakin mereka akan terharu. Bibi Mary pasti menangis." Eleanor cekikikan sendiri. Ia menarik tangan Estelle pelan, mengajak gadis itu pergi ke ruangan tempat Elias bekerja.

"Astaga!" Bibi Mary membeku saat melihat anak asuhnya. "Nona-nona ...."

Eleanor tertawa. "Benar, kan?" bisiknya saat melihat mata Bibi Mary mulai berkaca-kaca. Estelle ikut tertawa kecil, meski tangannya tak berhenti meremas-remas ujung kaus yang ia kenakan.

"Ini salah satu impianmu, kan, Bi?" tanya Eleanor. Bibi Mary mengangguk terharu. Sejak dulu, ia ingin sekali melihat Eleanor dan Estelle mengenakan pakaian yang serupa, seperti saudara kembar pada umumnya. Setelah enam belas tahun, akhirnya keinginannya pun terwujud.

"Shit!"

Elias yang baru keluar dari ruangannya, langsung mengumpat begitu melihat kedua adik kembarnya. Laki-laki itu mengusap wajahnya kasar, berusaha menyembunyikan senyum haru yang mendesak kedua sudut bibirnya untuk terangkat.

"Bagaimana?" Eleanor merangkul Estelle dengan bangga.

"Ini terdengar menjijikkan, tapi ... aku sudah membayangkan hal ini sejak belasan tahun yang lalu," tutur Elias penuh kejujuran. "Kalian masih punya banyak stok baju kembar? Kalau tidak, akan kubelikan lebih banyak."

"Tadinya ada banyak. Tapi karena kau ingin membelikan lagi, maka aku akan bilang sedikit," jawab Eleanor, membuat Elias mendengus. Ia kembali ke dalam ruangannya, lalu keluar dengan membawa tablet hitam untuk diserahkan pada Eleanor dan Estelle.

"Belilah sesuka hati kalian. Estelle, kau boleh memilih sepuasnya," ucap Elias. Eleanor bersorak gembira, sedangkan Estelle mengangguk. "Iya."

Eleanor membawa Estelle kembali ke kamar, lalu keduanya berbaring di ranjang, dan mulai mencari baju apa yang mereka inginkan.

"Sepertinya ini lucu," tukas Eleanor, sebelum menoleh ke arah Estelle. "Kau menyukainya?"

Estelle tampak ragu, namun gadis itu tetap mengangguk. "Iya."

Eleanor mengerutkan kening. Ia kembali menunjuk baju yang menurutnya paling buruk dan paling jauh dari selera Estelle. "Kalau ini menurutmu bagaimana? Menurutku bagus."

"Iya, bagus," jawab Estelle cepat.

"Kalau ini?" Eleanor kembali menunjuk gambar yang lain. Celana setengah jadi, dengan lubang dan tambalan dimana-mana.

"Menurutmu bagaimana?" tanya Estelle.

"Menurutku sih bagus."

"Iya, bagus," jawab Estelle lagi.

Eleanor meletakkan tabletnya, lalu duduk dan menghadap Estelle. Helaan napas Eleanor membuat Estelle gugup. Gadis itu segera duduk, lalu menunduk dalam.

"A-apakah aku melakukan kesalahan? Aku salah bicara, ya? M-maaf," ucap Estelle lesu.

"Tidak," jawab Eleanor. Ia meletakkan tabletnya di pangkuan Estelle. "Estelle, aku ingin kau yang memilih."

"Eh? Tidak, jangan aku. Seleraku jelek, kau saja." Estelle kembali mendorong tablet itu pada Eleanor.

"Tidak, kau saja." Eleanor kembali membaringkan tubuhnya seperti tadi. "Nanti, kau tanya pendapatku. Apakah aku menyukainya atau tidak, begitu. Kita tukar peran."

Estelle tampak kebingungan. Gadis itu takut memilih sesuatu yang buruk dan berakhir Eleanor membencinya karena seleranya yang benar-benar mengerikan.

Sebuah elusan lembut membuat Estelle kembali menatap kembarannya. Eleanor tersenyum, menyuruh Estelle untuk kembali berbaring.

"Tak apa, aku percaya padamu. Coba, pilih satu."

Estelle pun akhirnya menurut. Ia menatap layar tablet, lalu mulai mencari. Estelle tak begitu mengerti bagaimana cara menggunakannya sebenarnya, ia hanya meniru apa yang dilakukan Eleanor tadi.

"Bagaimana kalau ini?" tanya Estelle. Ia menunjuk sebuah dress merah muda dengan lengan balon. Sangat Estelle, dan ... sangat tidak Eleanor.

"Kau suka?" tanya Eleanor.

"Kau ... tidak suka, ya?"

"Suka," jawab Eleanor, berbohong. "Oke, ambil dua!"

"Benarkah? Tidak, mungkin yang lain lebih bagus. Bagaimana kalau ini? Kau menyukai yang seperti ini, kan?" Estelle menunjuk kaus garis-garis hitam putih.

"Aku sedang ingin menjadi imut," tutur Eleanor. "Ambil yang tadi saja."

Estelle menggigit bibirnya, ragu. "Benar? Tidak apa-apa?"

"Seratus persen benar, dan seratus persen tidak apa-apa." Eleanor menekan-nekan layar, memasukkan dress tadi ke dalam keranjang, lalu menekan tombol check out.

"Sudah terbeli," ucapnya sambil tertawa kecil. Tawa Eleanor membuat Estelle ikut tersenyum. Perasaan senang kembali melingkupi gadis itu.

Estelle merasa dihargai.

"Sekarang, ayo kita cari lagi yang lain. Kita kuras uang hasil kerja Elias!" ajak Eleanor bersemangat.

***

Hari berlalu begitu cepat. Tak terasa, sudah tiga bulan Estelle tinggal bersama keluarga kandungnya. Gadis itu mulai bisa membuka diri, meski terkadang, Estelle masih trauma dan terserang panik.

Seperti tiga hari yang lalu, gadis itu tak sengaja memecahkan gelas di dapur. Estelle bahkan sampai menangis begitu keras, tubuh gadis itu menggigil hebat saking takutnya. Apalagi, saat Estelle melihat sosok Elias. Gadis itu baru bisa tenang saat Elias sudah pergi, dan tenaganya sudah habis untuk menangis.

"Estelle, kau ingin makan apa hari ini?"

Estelle tersentak kaget saat Elias tiba-tiba mendatanginya. Gadis itu langsung beringsut mundur, lalu kembali maju saat menyadari kesalahannya.

"Tak apa, tidak usah takut," ucap Elias, menenangkan. Ia merangkul Estelle lembut— berusaha untuk tak membuat gadis itu merasa terancam. "Ingin memasak bersama?"

Estelle masih diam. Meski Eleanor, Elias, dan Bibi Mary membiasakannya untuk memilih, namun Estelle terkadang masih ragu dan takut. Ia terbiasa diatur, bukan mengatur. Ia terbiasa dipilihkan, bukan memilih.

Elias tersenyum. Ia mengusap kepala Estelle lembut. "Kalau kau ingin memasak, tak apa, aku dan Elea siap. Kalau kau tidak mau pun tidak apa-apa, kau bisa menunggu saja. Tak ada jawaban yang salah, Estella."

Lama Estelle terdiam, akhirnya gadis itu mengangguk. Elias menyunggingkan senyumnya, lalu meraih tangan Estelle, mengajak gadis itu ke dapur.

"ELEA!" teriak Elias, membuat Estelle terlonjak kaget.

Elias terkekeh. "Maaf, kau kaget, ya?"

Estelle mengangguk lucu.

"Sekarang, kau yang berteriak. Telinga anak itu agak bermasalah," ucap Elias. Estelle menatap kakaknya itu ragu. Seumur hidupnya, Estelle tak pernah berteriak seperti yang Elias lakukan tadi.

Melihat keraguan di mata Estelle, Elias tersenyum lembut. "Tak apa, cobalah. Rasanya menyenangkan, apalagi saat orang yang kau teriaki itu adalah Elea. Ada kepuasan tersendiri saat melihatnya lari terbirit-birit karena teriakanmu."

Detik itu juga, Estelle langsung melepas genggamannya pada Elias, dan berjalan mundur. Ucapan Elias barusan benar-benar mengingatkannya pada Lucian.

Ada kepuasan tersendiri saat melihatnya lari terbirit-birit karena teriakanmu. Estelle tahu rasanya seperti apa. Itu benar-benar tidak menyenangkan, karena Lucian pasti akan sangat marah kalau Estelle terlambat beberapa detik saja.

"Estelle, ada apa?" Entah sejak kapan, Eleanor sudah berdiri di antara kedua saudaranya. Gadis itu menatap Elias, meminta penjelasan lewat tatapan mata. Elias pun sama bingungnya, ia tak menyadari apa yang salah.

Estelle langsung berjalan ke belakang Eleanor, meminta perlindungan. Dengan sigap Eleanor menarik Estelle ke dalam pelukannya, menepuk-nepuk punggung gadis mungil itu pelan.

"Elias, apa yang kau katakan?" tanya Eleanor tajam.

"Aku hanya mengatakan, bahwa sangat menyenangkan melihatmu lari terbirit-birit karena teriakanku. Apakah aku salah?"

Eleanor memelototi kakaknya. Ia tahu penyebab Estelle seperti ini. Gadis itu kembali menghadap Estelle, menghalang pandangan gadis itu dari Elias.

"Tenanglah, bukan itu yang dimaksud Elias," tutur Eleanor. "Dia sama sekali tidak sama dengan Lucian. Oke? Elias hanya bercanda, ia sama sekali tidak serius dengan ucapannya."

Estelle masih berusaha menormalkan deru napasnya. Gadis itu menatap Eleanor dengan pandangan ketakutan.

"Begini, Estelle. Yang dimaksud Elias itu ... ah, begini saja. Ayo, kita pergi ke taman belakang!"

Eleanor mengajak Estelle menuju taman belakang. Ia melarang Elias untuk ikut, mengingat laki-laki itu adalah penyebab segala kekacauan ini.

Begitu sampai di taman belakang, keduanya berdiri berjajar, menghadap hamparan hutan yang ditutupi oleh pagar kayu menjulang. Ini pertama kalinya Estelle pergi ke taman belakang rumahnya. Tak ada apa-apa, hanya sebuah lapangan rumput yang cukup luas.

"Sekarang, kau ikuti aku." Eleanor meletakkan kedua tangannya di sekitar mulut, dan Estelle mengikutinya.

"Lakukan apa yang kulakukan, ya." Eleanor menarik napas. "HAAAAAAIII! NAMAKU ELEANOR NOVA SPENCER!"

"Sekarang giliranmu," ucap Eleanor. Ia berusaha menahan tawanya melihat wajah terkejut Estelle.

"Hai, aku Estella Luna!"

"Spencer!" lanjut Estelle, membuat Eleanor tergelak.

"Sekali lagi, yang lebih kencang!"

"Haaaii, aku Estella Luna Spencer!" Estelle berusaha mengeraskan suaranya.

"Sekali lagi, Estelle. Gunakan seluruh tenaga yang kau punya! Tarik napas yang dalam, lalu berteriaklah sekuat tenaga!"

Estelle menarik napasnya dalam-dalam. "HAI, AKU ESTELLA LUNA SPENCER!"

Estelle terengah. Gadis itu tak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan. Saat ia menatap Eleanor, ia bisa melihat binar penuh kebanggaan di mata saudaranya.

"Itu baru saudaraku!" Eleanor merangkul Estelle, membuat gadis itu tersenyum lebar.

"Bagaimana, menyenangkan, kan?" tanya Eleanor. Estelle mengangguk.

"Itu yang dimaksudkan Elias tadi. Jadi, jangan khawatir, ya. Dia tidak berbahaya," tutur Eleanor.

"Iya," jawab Estelle sambil tersenyum lebar, menampakkan gigi-giginya yang putih dan rapi.

"Sekarang, ayo kita masuk. Mau memasak, kan?"

Estelle mengangguk lagi. Kedua gadis itu kembali masuk ke dalam, lalu beranjak menuju dapur, menyusul Elias yang sudah berada di sana. Ketiganya  pun mulai memasak. Sebagian besar dilakukan oleh Elias, karena Eleanor terlalu banyak bicara. Kedua orang itu juga mengajari Estelle cara memotong bawang, mengupas kentang, dan lain-lain.

Hari ini, Estelle mendapat tiga hal baru.

1. Bagaimana cara berteriak.
2. Bagaimana cara memasak.
3. Bagaimana rasanya saat orang lain menatapmu bangga, dan mengatakan 'itu baru saudaraku!'.






Buat yang minta Estelle berubah jadi hulk, maap ya guys, Estelle tetap menye-menye 😚✋🏻 WKWKWKWK

Estelle sejak kecil udah dikekang, gaberani macem-macem. Salah dikit dihukum. Itu udah tertanam di otaknya dia sejak kecil, jadi kalo mau nyembuhin Estelle itu bakal laaamaaa banget, butuh waktu bertahun-tahun juga, atau bahkan ngga bakal bisa sembuh total.

Selain itu, aku suka karakter Estelle yang menye-menye🤓✋🏻 HAHAHA

Oh iya, buat yang masih bingung :
- Elias = laki-laki (kakak tertua, beda 4-5 tahun dari si kembar)
- Eleanor = perempuan (kembaran Estelle, tapi ga indentik)

Semoga memuaskan, ya! 🥰





See you!! 👋🏻👋🏻



Imprisoned.
13-8-2021.

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 101K 13
Dia Eldrich Nathaniel Franklin. Pemuda penuh misteri, menyimpan banyak kisah yang kelam dan mengerikan. Dia sosok tampan namun berbahaya, sang pemili...
1.3M 18.1K 37
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
4.8M 179K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
34.1K 1.5K 49
"Kalian akan mati..." - Athanase Atlantuise Cerita ini mengandung banyak kesadisan. Dimohon pengertian, terima kasih. CERITA SUDAH TAMAT