TABELARD

By InstigoWidya

849 398 924

Kumpulan peristiwa yang dialami oleh seorang perempuan bernama Santi Meswari akan dituang disini. Mengamati 1... More

1. Malam Menjadi Bagiannya
2. Masa Kecil Imut
3. Uang Pembawa Petaka
4. Dia Sebuah Angin
5. Makanan Untuk Teman
6. Kita Bertemu lagi
7. Berdampak Mengerikan
8. Sebuah Neraka Dunia
9. Dia Pernah Hilang
10. Cermin Nyata
11. Aku Sayang Ibu
13. Beneran Gak Suci
14. Cerita Bumi Kesepuluh

12. Permainan Dunia

55 33 162
By InstigoWidya

Selamat membaca! 💘

---

Mau ditepok juga nih kepala, gak bakalan tidur. Pada dasarnya kayaknya ada yang salah sama nih keju. Masa iya harus nunggu 24 jam dulu?

Berat banget, coi. Pengen protes dikit. Walaupun punya mata transparan, percuma kalo gak bisa ngomong. Huh, asli. Orang dongo beneran. Eh, keju dongo maksudnya.

Lagi menghayati keadaan dikit. Ini rumah ternyata gak seserem itu. Beda jauh sama Dunia tempat aku tinggal. Kalo disana kayak rumah hantu, disini mirip rumah peri.

Benaran berwarna. Walau sekarang lagi mati lampu, tapi mata transparan gak bisa salah. Meja pujaan ayah yang biasa ayah duduki aja beda, tuh. Malah berubah jadi kursi piknik.

Ruang dapur yang isinya cuma piring, disini malah ada kulkas. Terus kulkasnya ada dua lagi. Disini juga ada lemari piring, jadi tertata rapi. Gak kayak di Dunia sebelah. Boro-boro lemari, piring aja ada dua.

Haha, kan aku hidup sendiri.

Ngomong-ngomong, apa aku beneran gak bakalan tidur? Aku lirik jam di dapur udah pukul satu dini hari. Beratnya melawati jam dua belas tadi. Diantara angka jam yang ada, cuma dia yang terasa lama dan mencengangkan.

Jangan heran, gini-gini juga aku keju penakut. Rumah ini juga kan, rumah horor di Duniaku.

Tuing!

Keajaiban apa ini? Aku langsung takjub sama diriku sendiri. Tau? Aku berubah jadi manusia! Manusia telanjang, babi!

Mataku sampe hampir keluar. Untung si Pencabut nyawa—Sinta maksudnya, yang ngeliat pemandangan ini.

"Cepet balik ke Dunia asal." Sinta berucap tegas sambil menutup mata.

Hah? Oh! Kain, oh kain, aku butuh sesuatu yang menutupi tubuh murahan ini.

Tiba-tiba dia ngelempar aku handuk yang cukup panjang. Kebetulan warnanya putih lagi. Bisa gitu, yak? Padahal tadi ditangannya kosong.

Dengan secepat kilat aku menutupi tubuhku yang polos ini. Meski sudah tidak sepolos itu. 

"Katanya 24 jam," ceplosku gak bersyukur banget.

Si Sinta malah melototin aku. Dan itu bikin aku sadar. "Segera pergi." Kok auranya beda.

"Gimana caranya?" beoku yang sebetulnya gak ikhlas.

Bukannya gimana, ya. Logikanya, ngapain juga aku balik ke Dunia biadab itu? Keluarga juga gak ada, apalagi teman. Lebih baik disini, kan? Ada Ibu sama Nenek juga. Oh iya, aku juga sebetulnya belum sempet ngomong sama Nenek di Dunia ini. Aku juga mau hukum Argas, hehe.

Gak papa kan, berubah jadi Pendosa sesekali? Gak berpengaruh juga sama wajahku yang indah nan imut kiyowok ini.

"Jangan berontak."

Itu kalimat terakhir yang manusia aneh itu katakan. Tau apa yang terjadi setelahnya? Aku tidur tanpa tau apa yang dia lakukan. Curiga dikit. Kayaknya dia belajar ilmu sihir?

Kya! Hebat dong? Gak heran lagi. Kenapa gak gabung ke dunia Dewa aja tuh orang?

Dumn!

Lagi asik tidur, malah ditepok. Aku buka nih mata gak transparan, eh ternyata Pencabut nyawa udah jemput. Padahal malam kemarin adalah malam teryenyak yang aku dapetin setelah tragedi itu.

Ingat, aku bukan anak piatu lagi. Aku punya ibu!

Hah, kenapa sih?

"Kok.., lo jadi manusia?" Lah bebek? Ada gerangan apa pagi ini?

"Hah?" Aku ngejawab dengan wajah bantal.

Wajahnya gak santai banget gilak. Dikira aku takut? Takut banget, coi. Matanya tuh keluar butiran emas, tapi gak menyejukkan mata.

"Bisa ngomong, 'kan? Juga, siapa yang ngijinin lo tidur disini?" Sinta sinting.

Kan dia sendiri yang nyuruh aku tidur. Eh? Oh iya juga, ngapain aku tidur disni?

Aku bangun dengan rasa malas. Pokoknya, mau gimanapun kondisinya, kalau emang pada dasarnya ngantuk, ya tak singkirin dulu semuanya.

"Keluar!" Galak banget, seh.

Jalan sempoyongan itu gak enak asli. Nyawaku ini belum sepenuhnya terkumpul.

"Sinta! Sinta, Argas darurat!"

Kami berpandangan sebentar dengan manusia bernama Sinta itu. Seolah mencerna munculnya suara tersebut, aku membulat. Lah? Itu kan Santi! Eh, suaraku!

"Argas..," Tanpa ngomong lagi, dia pergi ninggalin aku.

Eh? Minimal dikasih makan dulu nih mahkluk asing. Keroncongan nih perut!

"Argas?" gumamku sadar. Argas brengsek maksudnya?

---

Cuih!

Aku kaget bukan main. Gumpalan darah keluar dari mulut Argas. Si Gembrot itu kayaknya emang bermasalah. Dia keliatan pucet banget.

Apa jangan-jangan..., Argas mau mati? Aih? Gak, gak!

Mau sekejam apapun si Gembrot dan sejelek apapun, aku ngerasa gak ikhlas. Aku langsung jongkok di bawah jendela, takut ketahuan.

Satu hal yang bikin aku penasaran. Si Pencabut—Sinta itu deket banget sama si Argas. Dia bahkan meluk Argas.

Terus..., si Angle kemana? Alurnya bener-bener gak gampang dipahami.

"Bapak udah nelpon pihak rumah sakit. Kamu makan telur rebus dulu," ujar Ibuknya Argas yang sejujurnya pertama kali liat orang tuanya sebagai itu.

Soalnya, setauku orang tuanya Argas gak peduliin anaknya. Bisa beda gitu, yak.

"Alangkah baiknya kamu minum susu, nak." Nenek?

Spontan aku bangkit ngeliat nenek. Nenek masih sehat? Aku nelen ludah saking terharu.

Semoga nenek sehat— "Siapa itu?!"

Duk! Amjink banget. Sakit banget, cok! Cenat cenut nih kelapa.

"Gak ada siapapun, Nek. Jangan sensitif dulu." Aku—Santi dua ngomong gitu.

"Nenek istirahat aja dulu, masih pagi." Ibu ngomong begitu.

Selanjutnya bisa kurasakan Nenek keluar rumah dan duduk di teras. Hah.., masih begitu, ya? Nenek gak diurus.

Aku jalan cepat sambil jongkok, berkeliling rumah demi ngintip Nenek. Dan ternyata bener. Rambut Nenek gak pernah disisir. Kenapa sebenarnya? Bukannya Nenek selalu baik?

"Kamu jadi pulang hari ini?"

"Liat kondisi Argas dulu. Suamiku bantu sampai Argas sembuh." Hm? Ayah jadi dokter?

"Nanti biaya bensinnya aku ganti." Tante munafik sok baik. Oh..,

Uekk!

"Argas!" Aku ngeliat sekitar. Sejujurnya gak nenangin banget hidup di dunia ini.

Aku takut ketahuan, juga takut hilang kendali. Gimanapun juga, gak ada yang beda di dunia ini. Hanya takdir yang berbeda.

Disekitarku juga gak bersih. Seingatku di Dunia brengsek itu halaman rumah gak sekotor ini. Juga di taman selalu ada bunga mawar dan melati menghiasi. Gak kayak rumah ini. Boro-boro ada bunga, yang kuliat hanya debu ngedempul.

"Sinta bantu Argas ganti baju," cakap tante munafik cabul.

Aku melotot kaget. Maksudnya apa?! "Baik, tante." Lah? Malah distujui!

Baru mau teriak, untungnya si Santi dua itu ngomong. "Lebih baik pakai baju gelap. Ini darahnya banyak banget."

Woah, sekarat tuh Gembrot? Otw mati dong?

Tapi kalo didenger lagi, suaraku di Dunia ini lembutnya seperti kain sutra. Dari suaranya aja, kedengeran orang baik.

Aih, aku kan memang baik.

Nah itu dia. Mobil yang ditunggu. Amjay, Ayah punya mobil baru. Mana mobil disini lebih kece lagi.

"Ayo naik." Argas dibopong bapak munafik, "semuanya boleh ikut kecuali Nenek."

Mulut siape tu? Keadilan ape tu? "Nenek diem aja disini. Mau ngehirup udara penyakit disana? Makan sendiri disini dulu." Ish! Bajingan banget.

Aku langsung keluar dari persembunyian karena gak tega ngeliat Nenek menyendiri.

--

Salam, 11Mei2023

Continue Reading

You'll Also Like

Criminal [END] By Sansan

Mystery / Thriller

410K 27.9K 35
"sa-saem tae..." "sssttt jangan berisik. bukan kah kita sedang bermain?ayo kau tinggal pilih Jungkook. pilih cacat atau mati?" 05/06/2022🎖️ #1-Namji...
S E L E C T E D By mongmong09

Mystery / Thriller

323K 17.1K 32
Tentang obsesi seorang pria misterius terhadap seorang gadis yang menolongnya. ---------------------------------------------------- Raina Karlova, se...
359K 30.9K 22
Ini tentang Na jaemin dengan cara anehnya, dalam mencitai Huang Renjun. Warning!!! mengandung kekerasan, adegan penyiksaan, dan sejenisnya:) BXB YAOI...
201K 5.7K 50
[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertin...