Lean on me |JUN|✔

By plitaamanda

3K 1.9K 3.6K

Start: 15.05.2021 End: 30.11.2021 Meskipun kita tak tau kapan kita akan berakhir, Meskipun sesuatu terjadi da... More

01.
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29 (End)
After (Extra Part)

13

103 64 244
By plitaamanda

Happy 1K Readers.. 🎉💕😭
Makasih yang sudah mau baca cerita absurd ku ini, semoga kalian betah sampai cerita ini ending yaaa

JUNRANGHAE.. ❤

typo mungkin bertebaran
Happy Reading..

Jun mengusak rambutnya kasar, berusaha mempertajam penglihatan nya untuk melihat angka berapa yang dituju jarum jam yang tergantung di dinding kamarnya.

Jam berwarna merah tersebut menunjukkan pukul 09:30 membuat Jun kembali merebahkan tubuhnya. Berusaha menutup telinganya sekuat mungkin menggunakan bantal.

Ayolah.. Jun baru tertidur selama 2 jam setelah mengantar Amanda ke sekolah jam setengah delapan tadi. Tapi apa sekarang? Gedoran bertubi-tubi di pintu kamarnya membuat tidurnya terusik sejak 5 menit lalu.

Jun sudah berusaha mengabaikannya, namun gedoran itu sialnya makin lama semakin keras, bahkan kini dibumbui dengan rengekan yang tak henti memanggil namanya.

"Bang Jun bangun.. "
"Bang Jun.. Buruan ih, urgent nih"
"BANG.. "
"JUN"
"WEN JUNHUI"
"JUNEDI BANGUN GAK LO"

sudah! Jun mana bisa tertidur lagi kalau seperti ini. Makanya ia sekarang bangun, meregangkan otot tubuhnya sebentar lalu berjalan membuka pintu kamar sambil menguap lebar.

"Ck, apaan sih chan.." Tanya Jun, Lengkap suara khas bangun tidurnya. Tidak ada intonasi marah ataupun emosi walaupun adiknya ini telah mengganggu tidurnya.

Jun tidak akan pernah meluapkan emosi atau marah besar kepada adik satu-satunya ini, em yah.. Keluarga satu-satunya ini walau senakal dan se nyebelin apapun tingkah sang adik.

Namun tetap kok, Jun juga punya caranya sendiri untuk mendidik adik kesayangan nya ini.

"Buset bang.. Bau naga" Tuhkan, Ichan tuh nyebelin pake banget.

"Buruan apa chan, abang ngantuk nih"

"Ichan ada PR, disuruh gambar hewan.. "

"Terus? Yaudah sini abang gambarin kucing". Ucap Jun menarik buku gambar dalam dekapan sang adik. Ichan menggeleng rusuh. Kucing? Ichan tau akan bagaimana gambar kucing buatan abangnya.

"Haa.. Jangan kucing dong, Ichan maunya gambar gajah!" Seru Ichan, ia sudah trauma akan gambaran kucing sang abang.

Pasalnya kucing yang Jun gambar itu badannya berbentuk kotak, lalu ia tambahkan telinga, mata, kumis kucing, juga kadang mulut yang sedang tersenyum. Selalu seperti itu gambaran kucing seorang Wen Junhui.

"Jadi gimana? Abang kan bisanya gambar kucing doang.." Belum sempat Ichan kembali merengek, ponsel Jun berbunyi nyaring. Menandakan telepon masuk, membuat Jun langsung bergerak mengambil ponsel yang tergeletak di atas tempat tidur.

Amanda is calling ~

Membuat Jun otomatis mengembangkan senyumnya. Untuk pertama kalinya dalam kurun waktu hampir sebulan Amanda, gadis itu menelepon nya.

Tidak lama memang, hanya sekitar 2 menitan sambungan kembali terputus dan Jun dengan segera mengambil jaket dan menyambar kunci motornya.

"Bang, mau kemana?" Tanya Ichan ketika melihat Jun sudah siap dengan jaketnya.

"Bentar ya.. Nanti abang gambarin deh gajah lagi duduk biar sama kaya merk sarung" Ucap Jun mengusak rambut adiknya sebentar, kemudian berlari.

"Bang.. " Terlambat. Bunyi pintu yang tertutup juga suara motor menandakan bahwa abangnya telah pergi.

"Tapi.. Lo kan belum cuci muka bang"

🐱🐱🐱


Amanda tengah duduk di halte depan sekolahnya. Dengan earphone yang menyumbat telinganya sesekali ikut bersenandung mengikuti lirik dan irama yang keluar melalui earphone yang tersambung pada ponselnya.

Menunggu Jun, itulah yang ia lakukan sekarang. Padahal tadi Amanda sudah mengirim 6 pesan kepada lelaki tersebut namun tak kunjung mendapat balasan, di read pun tidak. Makanya ia memutuskan untuk mencoba menelepon Jun yang syukurnya diangkat. Guna memberi tau bahwa ia akan pulang naik bus saja hari ini, berhubung sekolahnya yang entah karena penyebab apa memulangkan seluruh siswa dengan cepat hari ini.

Mungkin karena akan ada rapat? Entahlah Amanda tidak terlalu peduli yang penting ia bisa pulang cepat hari ini. Namun diluar dugaan, Jun malah menyuruhnya untuk menunggu sebentar dan ngotot akan tetap menjemput Amanda. Tidak perduli Amanda yang terus menolak.

Ah benar, Amanda seharusnya ingat bahwa Jun itu pemaksa juga keras kepala. Ah.. Andai Amanda naik bus saja dan mengabari Jun jika ia sudah pulang ketika sudah sampai rumah. Namun lagi, otak Amanda sayangnya tidak berfikir sampai kesana.

Sekitar 15 menitan, yang ditunggu akhirnya datang. Jun datang dengan menggunakan boxer, kaos putih, juga jaket denim yang tidak terkancing. Membuat Amanda ingin tertawa melihatnya.

Bukan karena kaos putih+denim jacket yang tidak cocok jika dipasangkan dengan boxer,karena sungguh Jun itu tampan menggunakan apapun. Namun karena rambut Jun yang acak-acakan, kusut, seperti sarang burung.

"Abis diterjang tornado ya?". Jun tampak kebingungan, masih belum paham arah pembicaraan gadis didepan nya ini.

"Rambut lo" Jelas Amanda akhirnya, Jun langsung melihat kaca spion. Benar saja, rambutnya benar-benar berantakan, muka bantal pula. Aih.. Seharusnya Jun cuci muka dulu tadi sebelum berangkat. Amanda diam-diam tertawa kecil, Jun yang seperti ini tampak lucu di matanya.

Jun mencoba sebisa mungkin merapikan rambutnya, menyisir nya menggunakan jari.

"Udah gapapa.." interupsi Amanda membuat Jun menoleh sebentar, menatap sang lawan bicara.

"Huh?" tanya nya dengan alis yang terangkat sebelah.

"Gapapa, tetep ganteng". Entah Amanda sadar atau tidak dengan ucapannya barusan. Tapi seseorang tolong ingatkan Wen Junhui untuk tidak jantungan dulu saat ini.

Lagi, ponsel Jun berbunyi nyaring. Wonu budam is calling~ membuat Jun muram seketika. "Ganggu banget" batinnya.

Sekali lagi, Amanda tidak berniat menguping, namun memang ia memiliki pendengaran yang sehat makanya ia dengar kalau Jun berkata..

"Hah anjing, serius?"
"Lo absenin gue bentar, bilang gue lagi dijalan ini udah mau pulang"

Begitu, lalu telepon terputus, Jun menyimpan ponselnya dalam saku jaket dan menyuruh Amanda untuk cepat naik.

"Dosen tiba-tiba ngadain kelas via zoom , jadi kita kerumah aku dulu ya". Tidak ada alasan untuk Amanda tidak mengatakan 'oke' bukan? Tidak mungkin ia menyuruh Jun membolos kelas hanya demi mengantarnya pulang kerumah.

"Pegangan aku bakal ngebut"

"Oke" Juga tidak ada alasan untuk tidak mengatakan 'oke' untuk yang satu ini bukan? Well.. Amanda masih menyayangi nyawanya:)

***

"Ayo masuk" Titah Jun, membuka pintu putih besar itu menyuruh Amanda yang sedang asyik melihat halaman rumah terpaksa berlari kecil dan masuk ke rumah tersebut dengan canggung.

Rumah Jun memang tidak begitu besar, namun halaman nya cukup luas dengan 2 ayunan tua di depannya, sepertinya milik Jun dan adik nya sewaktu kecil.

"Bang Jun.. Gambar gajah duduk, eh siapa ni?" Amanda yang tengah mengagumi bagaimana bersih dan rapinya rumah ini, mengingat yang tinggal di rumah ini adalah 2 orang lelaki sedikit terkejut melihat anak laki-laki yang baru saja keluar dari sebuah ruangan, dari kamarnya.

Ah.. Ini dia Ichan, adik Jun. Lucu dengan tinggi yang hampir menyamai Amanda.

(Say hi to Ichan..)

"Temen abang, kak Amanda". Amanda yang diperkenalkan tersenyum kikuk

"Amanda?"

"Kakak chan.. Umur dia diatas kamu" Perintah Jun, mengingatkan.

"Baru lagi bang? Perasaan 2 bulan yang lalu bukan yang ini" Katanya lagi, Jun sedikit terjengkit mendengar ucapan adik nya barusan. Matanya sedikit melotot kearah sang adik.

"Apa? Iyakan? Em.. Lo pacar baru abang ya?" Lihat, Ichan benar-benar bawel kan, benar adiknya Jun. Amanda menggeleng

"Bukan, temen" jawabnya.

"Kakak chan.. Jangan langsung manggil nama ga sopan" Peringat Jun lagi, beginilah cara Jun mendidik adiknya. Tidak ada emosi, intonasi tinggi atau kekerasan. Hanya menggunakan suaranya yang tenang terkesan tegas.

"Gapapa Jun, lagian kayanya umur kita gajauh beda" Ucap Amanda, tersenyum kearah Ichan.

"Tuh.. Dia aja ga masalah kok" Dan Ichan ini termasuk adek laknat yang susah di kasih tau.

"Engga man, dia ini kebiasaan manggil yang lebih tua cuma make nama ga sopan " Ichan yang mendengar abangnya bersuara hanya menggulirkan matanya.

"Iya iya.. Jadi kapan mau buat gajah duduk?" Jun menepuk dahinya, kemudian berlari menuju kamarnya.

"Amanda kamu bantuin Ichan bentar ya.. Aku ada kelas dulu" Ucapnya, kemudian menutup pintu kamar rapat-rapat. Meninggalkan Amanda yang mengerjapkan matanya bingung. Bantu apa?

"Kakak bisa gambarin gajah duduk?"

***

Posisi nya sekarang, Amanda sedang duduk diatas karpet berbulu lembut. Sedang menggambar gajah request-an Ichan.

Sedangkan anak lelaki itu sedang duduk ,menangkup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Memperhatikan Amanda sedari tadi.

"Udah siap kak?"

"Bentar lagi.. Tinggal gambar gading nya" Untungnya Amanda memang bisa menggambar. Tidak terlalu Bagus memang, tapi lumayan lah kata Ichan daripada gambaran kucing abang nya.

"Kakak beneran temen abang?"

"Iya"

"Kok mau temenan sama abang sih?"

"Huh?"

"Iya.. Abang kan suka ga jelas, absurd gitu"

"Iya sih, hehe" Dan Ichan ini banyak omong, bawel, lucu, persis Jun. Ramah, easy going, gampang membuat orang nyaman. Benar-benar adiknya Jun.

"Cha.. Uda selesai, nih Ichan yang warnain kan" Amanda menyerahkan hasil gambaran nya pada Ichan yang tentu diterima dengan antusias oleh anak itu. Sesuai perjanjian awal, Amanda yang menggambar dan Ichan yang mewarnai.

"Wah cantik banget.. Untung aja ada kakak, kalo ga pasti ujungnya digambarin kucing sama si junedi". Matanya berbinar, tersenyum cerah kepada Amanda menampakkan deretan giginya yang rapi. Kemudian mulai sibuk dengan pensil warnanya.

"Lagian Ichan bukannya udah kelas 9, masa disuruh gambar-gambar gini kaya anak SD aja"

"Sebenarnya ini bukan PR kak, ini Ichan remedial pelajaran seni budaya, tapi sst... Rahasia oke" Ucapnya meletakan jari telunjuk didepan bibir nya sendiri. Amanda mengangguk kemudian tersenyum.

Amanda memang suka anak kecil, walaupun Ichan tidak bisa dibilang anak kecil lagi sih. Tapi dia masih menggemaskan. Amanda jadi teringat adik saudara nya di kampung yang memang sepantaran Ichan.

Seekor kucing putih dengan corak abu-abu datang menghampiri. Mengeluskan kepalanya ke kaki Amanda. Membuat Amanda gemas dan menggendong kucing tersebut, menempatkan ke pangkuan nya.

"Kucing Ichan?"

"Iya, tumben pulang jam segini biasanya kelayapan nyari cewek" Jawaban Ichan membuat Amanda tertawa. Wah.. Ternyata kucing Jun bahaya juga ya.

"Namanya siapa?"

"Kucing"

"Iya kucingnya namanya siapa?"

"Kucing kak.."

"Iya chan.. Kucing nya namanya siapa?" oh shit, ternyata Ichan sama ngeselin nya seperti Jun.

"Iya kak.. Nama kucing nya kucing" Ah.. Sepertinya bukan Ichan yang nyebelin. Hanya Amanda yang sedikit lupa bahwa sedang berurusan dengan adiknya Jun.

"Ooh.." Ucap Amanda akhirnya.

"Iya, jadi waktu itu sebenarnya mau dikasih nama anjing sama abang, tapi kata temen abang, bang wonu tau? Dia bilang namanya curut aja, tapi Ichan gamau Ichan maunya namanya kucing, trus kami hompimpa deh nah Ichan menang, jadilah nama kucing nya kucing.." Jelas Ichan membuat Amanda tersenyum pasrah.

Benar, welcome to junhui's world Amanda.. Dengan orang terdekat Jun yang seperti nya satu frekuensi dengan cowok itu:)

"Lagi gibahin abang ya?". Jun keluar dari kamarnya, menuju dapur. Sepertinya kelas Jun sudah selesai.

"Dih malesin banget". Jawab sang adik

"Mau makan apa nich.. Biar babang Jun ganteng masakin". Perkataan Jun mampu membuat Amanda dan Ichan memasang muka jijik.

"Gausah banyak gaya deh bang, di kulkas cuma ada air dingin sama mi rebus doang. Lo kan gajadi belanja semalem"

"Heh.. Seriusan chan?"

"Punya mata kan?"

"Punya dong.. Cantik pula". Balas Jun sambil mengerjapkan matanya berulang kali. Ichan yang melihatnya hampir muntah, sedangkan Amanda sudah merinding. Jun kalau sudah sama adiknya beda ya.. Nambah gila nya:)

"Beli dulu sana chan ke depan naik sepeda"

"Eh..abang dong yang beli, ga liat apa Ichan lagi sibuk mewarnai"

"Heh kamu yang ga liat abang lagi sibuk di dapur"

"Apaan sih? sibuk apa emang"

"Sibuk berdiri"

"Ish.. Abang tuh.. " Dan perseteruan abang adek ini masih berlanjut. Entah ujungnya jadi makan atau tidak. Amanda tersenyum simpul. Enaknya punya saudara kandung, bisa diajak berantem:')

Tbc.. 💜
1.787 word, aku pegel gais.. 😭

Fyi:
부담 (Budam) artinya 'beban' dalam bahasa Indonesia.

'Wonu budam' maksudnya disini kalau Jun itu nganggep si wonu tuh beban buat dia, ya.. Mungkin karna suka nyusahin. Namanya juga temen :)

Budam sendiri memang kata iconic si Jun yang berawal waktu Seventeen vlive waktu itu*aku lupa vlive yg mana nya. Jadi sampe sekarang Budam itu sering dijadiin candaan sama member ataupun carat, ya gitulah~

Aku harap kalian yang non carat mengerti.. 😊

Correct me if  i wrong. ❤

And this is Wonu, si cakep sahabat Jun

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 264K 10
Kisah tiga insan yang berjuang melawan kejamnya tubuh mereka yang terus memberontak. ↠Huang Renjun ↠Lee Jeno ↠Na Jaemin Started; April 29, 2019. End;...
485K 112K 20
ft. nct 2018 ❃When NCT be a gamers. ©️jeezvr, 2O18 [#53 ─ humor]
715K 96.2K 27
[[I'm just FRIEND to you]] BoyFriend Dyudyu, 2019 Cerita nct lainnya dari Dyu Mantan - Renjun Pacar - Haechan Status - Jaemin Rich - Chenle Dingin...
1.1K 181 48
"He wants you, Shansa-"